55
3 penyebaran titik - titik tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar,
4 penyebaran titik-titik sebaiknya tidak berpola.
c. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghazali 2005:91-92 Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel
bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk deteksi apakah model regresi yang dipakai bebas dari
permasalahan multikolinearitas dapat dilihat dari :
1. Besaran VIF Variance Inflation Factor dan tolerance, dimana nilai VIF
tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0.1 2.
Koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah 0.70 3.
Nilai R
2
menunjukkan nilai yang lebih kecil dari pada koefisien korelasi simultan R
d. Uji Autokorelasi
Menurut Ghazali 2005:95 uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi maka ada problem autokorelasi. Masalah ini timbul karena residual kesalahan
pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Untuk melihat adanya autokorelasi digunakan uji Durbin-Watson.
Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu: 1
Tidak ada autokorelasi positif jika 0 DW dl 2
Tidak ada autokorelasi positif jika dl ≤ DW ≤ du 3
Tidak ada autokorelasi negatif jika 4 - dl DW 4 4
Tidak ada autokorelasi negatif jika 4-du≤ DW ≤ 4 – dl 5
Tidak ada autokorelasi positif dan negatif jika du DW 4 – du
56
3.7 Uji Hipotesis
3.7.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Model analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis pada penelitian ini adalah regresi linier berganda Multiple Regression Analysis
dengan persamaan sebagai berikut. Y1 =
α+β
1
X
2
+β
2
X
2
+β
3
X
3
+ e Y2 =
α+β
1
X
2
+β
2
X
2
+β
3
X
3
+ e Dimana:
Y1 : Pertumbuhan Asset
Y2 : Pertumbuhan Ekuitas
a : intersep konstansta
X
1
: firm value to book value of PPE VPPE X
2
: market value to book value of equity MVBVE X
3
: value to depreciation expense VDEP e
: standar error β1,2,3 = Koefisien masing-masing variabel independen
3.7.2 Uji Parsial t – tes
Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelasindependen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen Ghozali, 2005:84. Hipotesis statistik yang diajukan adalah: Ha : b
1
≠ 0 : ada pengaruh Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis dua arah
adalah:
a. Ha diterima atau H
ditolak apabila -t tabel t hitung t tabel, pada α =
2,5 dan nilai probabilitas level of significant sebesar 0,05, b.
Ha ditolak atau H diterima apabila -t tabel thitung t pada tabel, pada
α = 2,5 dan nilai probabilitas level of significant sebesar 0,05.
57
3.7.3 Uji Signifikansi Simultan Uji F
Uji F dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh secara bersama-sama variabel independen terhadap variabel dependen. Tingkat signifikansi yang
digunakan adalah sebesar 5 dengan derajat pembilang V
1
= k dan derajat penyebut atau kebebasan df = n-k-1, dimana n adalah jumlah observasi dan k
adalah jumlah variabel. Hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H
a
: b =
b
1
= b
2
≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh H
: b = b1 = b2
≠ 0 : semua variabel independen tidak berpengaruh Kriteria yang digunakan dalam menerima dan menolak hipotesis yaitu :
1. Jika F
hitung
F
tabel
maka Hipotesis ditolak, yang berarti tidak terdapat pengaruh yang signifikan diantara variabel yang teliti.
2. Jika F
hitung
F
tabel
maka Hipotesis diterima, yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan diantara variabel yang diteliti.
3.8 Analisis Koefisien Determinasi
Analisis koefisien determinasi membahas derajat hubungan antara variabel X dan variabel Y. Untuk menentukan besarnya pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel bebas secara simultan maka koefisien korelasi multiple tersebut dikuadratkan yaitu R
2
, yang merupakan koefisien determinasi variabel di atas.
Nilai koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas -1
≤ R ≤1
Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran data yang akan dianalisis dalam penelitian ini baik itu variabel dependen maupun
variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yang mencakup nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata – rata mean, dan penyimpangan standar
deviasi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah real growth perusahaan yang terdiri dari pertumbuhan asset dan pertumbuhan ekuitas, sedangkan variabel
independen yang digunakan adalah investment opportunity set IOS berbasis harga saham perusahaan yang terdiri dari rasio market value equity to book value
equity MVEBVE, rasio value to depreciation expense VDEP dan rasio firm value to book value of plan, property and equipment VPPE. Adapun statistik
deskriptif dari masing – masing variabel yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation PA
84 -.77
7.75 .3166
.84356 PE
84 -.82
10.26 .3963
1.11927 VPPE
84 1.07
629.41 34.5899
78.61775 MVEBVE
84 .19
4.92 1.4131
.98705 VDEP
84 1.75
583.28 46.1189
88.38664 Valid N listwise
84
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah unit analisis N dalam penelitian ini adalah sebanyak 84 dari 28 perusahaan real estate dan
59
property yang terpilih menjadi sampel dan diteliti dalam periode tahun 2009 - 2011. Variabel – variabel yang terdapat pada tabel 4.1 dapat dijelaskan sebagai
berikut: a.
Pertumbuhan Asset Rasio yang menunjukkan adanya perubahan asset perusahaan. Peningkatan
asset berimplikasi terhadap kemampuan perusahaan untuk mengelola asset yang dimiliki. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif
terhadap pertumbuhan asset menunjukkan nilai minimum sebesar –0,77 yang terdapat pada PT. Lippo Cikarang Tbk yang berarti bahwa PT. Lippo
Cikarang Tbk memiliki pertumbuhan asset terendah dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property lainnya dan nilai maksimum
sebesar 7,75 yang terdapat pada PT. Lippo Karawaci Tbk yang berarti bahwa PT. Lippo Karawaci Tbk memiliki pertumbuhan asset tertinggi
dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property yang mengalami pertumbuhan asset. Nilai rata – rata dari pertumbuhan asset
adalah 0,3166. Statistik deskriptif diatas menunjukkan bahwa secara garis besar pertumbuhan asset perusahaan real estate dan property yang terdaftar
di BEI dari tahun 2009 – 2011 relatif rendah. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar 0.84356 berarti selama periode penelitian, ukuran
penyebaran dari variabel pertumbuhan asset adalah sebesar 0.84356. b.
Variabel pertumbuhan ekuitas Rasio yang menunjukkan adanya perubahan nilai buku ekuitas perusahaan.
Peningkatan nilai buku ekuitas perusahaan dapat dikategorikan sebagai
60
salah satu indikator realisasi pertumbuhan perusahaan. . Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas , statistik deskriptif terhadap pertumbuhan ekuitas
menunjukkan nilai minimum sebesar -0.82 yang terdapat pada PT. Lippo Cikarang Tbk yang berarti bahwa PT. Lippo Cikarang Tbk memiliki
pertumbuhan nilai buku ekuitas terendah dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property lainnya dan nilai maksimum sebesar 10,26
yang terdapat pada PT. Lippo Karawaci Tbk yang berarti bahwa PT. Lippo Karawaci Tbk memiliki pertumbuhan nilai buku ekuitas tertinggi
dibandingkan dengan perusahaan sampel real estate dan property lainnya yang mengalami pertumbuhan nilai buku ekuitas. Nilai rata – rata dari
pertumbuhan ekuitas adalah 0,3963. Nilai negatif menunjukkan adanya penurunan nilai buku ekuitas perusahaan sampel. Sedangkan nilai standar
deviasi sebesar 1,11927 berarti selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel pertumbuhan ekuitas adalah sebesar 1,11927.
c. Rasio firm value to book value of plan, property and equipment VPPE
VPPE merupakan rasio yang menunjukkan adanya investasi pada aktiva tetap yang produktif sebagai asset in place. Berdasarkan hasil pada tabel
4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap VPPE menunjukkan nilai minimum sebesar 1.07 yang terdapat pada Roda Vivatex Tbk dan nilai maksimum
sebesar 629,41 yang terdapat pada Bekasi Asri Pemula Tbk. Nilai rata – rata dari rasio VPPE adalah 34,5899 dan standar deviasinya sebesar
78,61775. Rasio VPPE yang tinggi disebabkan oleh naiknya harga saham suatu perusahaan sedangkan nilai tetap aktiva net nya tidak berubah.
61
Komposisi PPE yang besar dan struktur aktiva dapat menunjukkan adanya potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan.
d. Rasio market value equity to book value equity MVEBVE.
Rasio MVEBVE menunjukkan besarnya perbandingan antara nilai pasar saham dengan besarnya ekuitas perusahaan. Perusahaan dengan rasio
MVEBVE yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki pertumbuhan nilai pasar saham yang besar dan akan memiliki
pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang besar. Berdasarkan hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap MVEBVE menunjukkan nilai
minimum sebesar -1,7 yang terdapat pada Surya Semesta Internusa Tbk dan nilai maksimum sebesar 1,59 yang terdapat pada PT. Bhuwanatala
Indah Permai Tbk
. Nilai
rata – rata dari rasio MVEBVE sebesar 0,1233 dan standar deviasinya adalah 0,68496. Nilai MVEBVE yang tinggi
disebabkan oleh naikknya harga saham suatu perusahaan sedangkan total ekuitasnya tetap.
e. Rasio value to depreciation expence VDEP
Rasio VDEP menunjukkan besarnya pengurangan asset in place. Semakin besar rasio ini menunjukkan adanya kesempatan investasi. Berdasarkan
hasil pada tabel 4.1 di atas, statistik deskriptif terhadap VDEP menunjukkan nilai minimum sebesar 1,75 yang terdapat pada PT.
Danayasa Arthatama dan nilai maksimum 583,28 yang terdapat pada PT. Alam Sutera Realty Tbk
.
Nilai rata – rata dari rasio VDEP adalah 46,1189 dengan standar deviasi sebesar 88,38664. Nilai VDEP yang tinggi
62
disebabkan oleh naiknya harga saham suatu perusahaan sedangkan biaya depresiasi perusahaan tetap. Salah satu faktor yang menyebabkan harga
saham naik adalah tingkat suku bunga. Jika tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka harga saham akan cenderung menurun, begitu pula
sebaliknya jika tingkat suku bunga turun maka harga saham akan naik.
4.2 Pengujian Asumsi Klasik