masyarakat Desa Guntung Ujung, Nepenthes gracilis pernah menjadi sumber penghasilan masyarakat sebagai tumbuhan hias. Masyarakat Dayak Siang dan
Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah menamai Nepenthes spp dengan sebutan ―Kusak Kameluh‖. Masyarakat Dayak Bukit di Kalimantan Selatan
menyebutkannya dengan nama ―Lanjung Datu‖. Kedua penamaan ini memiliki pengertian yang serupa yaitu sebagai tempat membawa barang kusak, bakul,
lanjung milik orang halus atau penghuni khayangan. Nepenthes juga digunakan orang Dayak sebagai tempat bagi busur senjata ‖Sipet‖ atau ‖Sumpit‖. Informasi
tersebut merupakan gambaran dari peran N.gracilis terhadap lingkungan sosial
dan budaya. Berbagai penjelasan yang telah dikemukakan merupakan pembuktian
peran penting dari N.gracilis dalam komunitas hutan kerangas. Karakterisasi peran penting N.gracilis bagi lingkungan akan meningkatkan tingkat kepentingan
untuk mengelola dan mengkonservasi N.gracilis dan kawasan hutan kerangas.
D. Simpulan
Karakterisasi peran N.gracilis terhadap lingkungan teridentifikasi melalui nilai manfaat tumbuhan bagi lingkungan fisik-kimia, biologi-ekologi dan bagi
lingkungan sosial ekonomi dan budaya. Kemampuan N.gracilis mengatasi keterbatasan hara dan air memberikan manfaat bagi lingkungan fisik-kimia
komunitas hutan kerangas. Sumbangan hara bagi lingkungan terutama unsur N dan P dapat berasal dari guguran daun, kantong dan sisa serangga yang
terdapat di dalam kantong N.gracilis. Simbiosis antara N.gracilis dan organisme lainnya mendeskripsikan peran N.gracilis terhadap lingkungan bio-ekologi hutan
kerangas. Pemanfaatan N.gracilis sebagai bahan pengobatan atau penggunaan lainnya bagi masyarakat merupakan peran N.gracilis bagi lingkungan sosial.
Hubungan berbagai jenis Nepenthes terhadap kehidupan budaya masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan merupakan gambaran
bahwa keberadaan Nepenthes spp. berperan terhadap lingkungan sosial budaya masyarakat.
Berbagai pembuktian mengenai nilai jasa lingkungan dari N.gracilis merupakan bentuk nilai manfaat dari biodiversitas. Nilai manfaat ini diharapkan
akan berkembang menjadi stimulus untuk sikap dan aksi konservasi para pihak dalam menyusun perencanaan konservasi hutan kerangas melalui konservasi
tumbuhan N.gracilis.
6.
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN OBAT DAN MANFAAT LAINNYA DI HUTAN KERANGAS
A. Pendahuluan
Hutan kerangas sebagai suatu komunitas tumbuhan yang berkembang pada kondisi tapak yang terbatas sangat mudah terdegradasi. Bila sekali
mengalami degradasi maka akan berkembang menjadi savana terbuka yang disebut sebagai ―Padang‖ Bruenig 1995 Hutan kerangas yang telah mengalami
gangguan akan sukar untuk pulih kembali. IUCN The International Union for The Conservation of Nature
mengkategorikan hutan kerangas dengan status vulnerable
rawan. Hutan terdapat di Desa Guntung Ujung Kecamatan Gambut Kabupaten
Banjar Kalimantan Selatan merupakan salah satu contoh tipe hutan kerangas yang telah mengalami degradasi. Struktur hutannya telah berubah menjadi
savana terbuka dan terfragmentasi menjadi kumpulan tegakan hutan berupa asosiasi dua jenis pohon Combretocarpus rotundatus dan Melaleuca cajuputi,
bahkan sekarang mengarah pada hutan murni untuk tingkat tiang dan pohon Combretocarpus rotundatus.
Sikap konservasi terhadap hutan kerangas yang tidak terbentuk pada individu masyarakat dan pengelola menjadi pemicu terdegrasinya hutan
kerangas. Bertitik tolak dari permasalahan tersebut, diperlukan suatu pendekatan stimulus dalam memunculkan ketertarikan dan membangun sikap dan aksi
konservasi. Membangun stimulus dapat dimulai dari nilai manfaat sehingga penerapan konservasi terhadap hutan kerangas dapat dilakukan. Diharapkan
dari stimulus manfaat atau pemanfaatan ini selanjutnya akan mendorong pemaknaan kembali secara komprehensif stimulus alam bagi para pihak yang
selanjutnya akan berkembang menjadi stimulus kerelaan untuk aktifitas konservasi di hutan kerangas.
Penggunaan biodiversitas
tumbuhan sebagai
bahan pengobatan
merupakan salah satu alternatif untuk menemukan nilai manfaat dari hutan kerangas. Hutan kerangas sebagai suatu komunitas tumbuhan spesifik yang
tumbuh dan berkembang pada habitat tanah yang kesuburannya sangat terbatas merupakan kawasan yang menjadi sumber keanekaragaman tumbuhan dengan
potensi besar dalam menghasilkan metabolit sekunder. Secara alami komunitas tumbuhan yang tumbuh pada kondisi tapak ekstrim atau terbatas potensial
menghasilkan metabolit sekunder yang menjadi sumber bioaktivitas tertentu.