Simpulan KARAKTERISTIK HABITAT PREFERENSI NEPENTHES GRACILIS KORTH. DI HUTAN KERANGAS

3 Peran hutan kerangas terhadap lingkungan sosial-ekonomi Hutan kerangas di lokasi penelitian utama sejak lama dikenal sebagai penghasil kayu bagi masyarakat sekitar. Beberapa jenis kayu yang pernah dihasilkan adalah dari jenis belangiran Shorea belangiran, irat Cratoxylon arborescens , merapat Combretocarpus rotundatus, palawan Tristaniopsis obovata , bintangur Callophylum sp. alaban Vitex pubescens dan galam Melaleuca cajuputi. Hutan kerangas Liang Anggang yang formasi tanahnya lumpur bergambut pernah sebagai penghasil kayu dari jenis belangiran yang diameter pohonnya mencapai ≥ 100 cm. Gambar 4.3 merupakan sisa kayu rebah dari jenis belangiran yang membuktikan bahwa hutan kerangas Liang Anggang dulunya merupakan penghasil kayu bagi masyarakat. Gambar 4.3 Sisa kayu rebah dari pohon belangiran Shorea belangeran Pemanfaatan kayu oleh masyarakat masih berlangsung di hutan kerangas Liang Anggang. Pemanenan jenis kayu merapat untuk pertukangan dan kayu galam untuk kebutuhan kayu bakar dilakukan masyarakat hingga saat ini. Trend pemanfaatan kayu se karang relatif menggunakan kayu ―Galih‖ istilah untuk log kayu terutama dari jenis belangiran, nipa dan merapat yang tertimbun lama dalam tanah dan masih layak untuk dimanfaatkan untuk kayu gergajian, yang mana pemanfaatannya relatif untuk pemenuhan kebutuhan sendiri. Peran hutan kerangas sebagai penghasil kayu juga terjadi di lokasi referensi baik yang terdapeat di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. belangiran S.belangeran dan irat Cratoxylon arborescen merupakan jenis kayu yang banyak dipanen dari hutan kerangas oleh masyarakat Kabupaten Kotawaring Timur dan Palangkaraya. Kedua jenis ini kayu ini digunakan sebagai kayu pertukangan baik untuk kebutuhan sendiri atau dijual. Jenis merapat C.rotundatus dan belangiran S.belangeran merupakan jenis kayu pertukangan yang dipanen dari hutan kerangas oleh masyarakat Tanjung-Muara Kelanis. Kayu alau Dacridium beccarii merupakan jenis kayu pertukangan yang sampai saat ini masih dipanen dari hutan kerangas oleh masyarakat di Palangkaraya dan Kabupaten Barito Timur. Hutan kerangas juga sebagai penyedia kayu bagi masyarakat Kabupaten Barito Utara, terutama untuk jenis kayu irat C.arborescens dan masupang Shorea velunosa yang digunakan untuk membuat sirap atau kayu pertukangan. Selain hasil hutan kayu, di lokasi utama penelitian Desa Guntung Ujung, sejak tahun 1996-an kawasan hutan kerangas merupakan penghasil utama daun rambuhatap atau jungrahab Baeckea frutescens yang dijual penduduk kepada pedagang pengumpul. Pemanfaatan jenis tanaman ini juga menghasilkan pendapatan ekonomi langsung bagi masyarakat. Pemungutan daun rambuhatap yang dimulai sejak tahun 1995-an merupakan mata pencaharian tambahan utama bagi penduduk selama menunggu antara musim tanam dan musim panen padi sawah. Gambar 4.4 merupakan deskripsi tumbuhan rambuhatap. Gambar 4.4 Rambuhatap atau jungrahab Baeckea frutescens sebagai salah satu contoh tumbuhan obat dari hutan kerangas Rambuhatap merupakan jenis tumbuhan yang dikenal sebagai komponen penting dari bahan yang digunakan dalam industri jamu. Sandra dan Kemala 1994 mengemukakan bahwa permintaan simplisia jenis tumbuhan ini mengalami trend kenaikan aan jenis ini permintaan sebesar 20,55 per tahun. Berdasarkan hasil penelitian permintaan simplisia rambuhatap tahun 2000 mencapai 4.839 ton. Soediarto et al dalam Sandra dan Kemala 1994 mengemukakan bahwa secara total pemanfaatan simplisia rambuhatap oleh industri jamu di Jawa Tengah frekuensinya mencapai 41 jamu. Fenomena yang terjadi pada kasus penjualan daun Rambuhatap atau adalah para pedagang pengumpul membelokkan informasi tentang manfaat tumbuhan ini hanya untuk kebutuhan industri obat nyamuk bakar. Pembelokan informasi ini dilakukan agar mereka bisa mendapatkannya dengan harga murah dan menjualnya dengan harga mahal kepada pihak yang membutuhkannya.