2.2 Model Pembelajaran Time Token
Menurut Arends, sebagaimana di kutip Fatmawati dan Haryono, menyatakan bahwa time token merupakan salah satu keterampilan
berperan serta dalam pembelajaran kooperatif yang bertujuan untuk mengatasi pemerataan kesempatan yang mewarnai kerja kelompok,
menghindarkan siswa mendominasi atau diam sama sekali dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil. Model
pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok diskusi mendapatkan kesempatan untuk
memberikan konstribusi mereka dan memberikan pandangan serta pemikiran anggota lain.
Model pembelajaran Time Token Arends 1998 merupakan model pembelajaran yang bertujuan agar masing-masing anggota kelompok
diskusi mendapatkan kesempatan untuk memberikan konstribusi mereka dan memberikan pandangan serta pemikiran anggota lain. Model ini
sangat cocok untuk melatih ketrampilan sosial sekaligus kemampuan berkomunikasi serta dapat menghindari siswa yang mendominasi
pembicaraan atau siswa yang diam sama sekali. Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan
ketrampilan komunikasi dan sosial antar siswa. Guru memberikan kupon berbicaratiket belajar pada setiap siswa dengan waktu yang sudah
ditentukan. Sebelum berbicara siswa menyerahkan satu kupon untuk setiap kali berbicara. Siswa dapat tampil kembali setelah bergiliran dengan siswa
lain. Siswa yang tiket belajarnya habis tidak boleh berbicara lagi, dan siswa yang masih mempunyai tiket belajar harus berbicara sampai tiket
belajarnya habis.
2.3 Perpaduan Model pembelajaran TAI dan Time Token
Kelemahan dan kelebihan yang ada pada kedua model pembelajaran yakni model pembelajaran TAI serta Time Token diharapkan
dapat saling melengkapi, aspek yang kurang pada model pembelajaran TAI yakni masalah dominasi pembelajaran pada satu siswa di setiap
kelompok atau mengurangi adanya partisipasi pasif pada siswa yang kurang pandai karena hanya mengandalkan kemampuan satu siswa,
sehngga dapat diatasi dengan model pembelajaran time token, yang mengharuskan setiap siswa untuk aktif dalam kelompoknya yakni dengan
adanya tiket belajar yang menjadi tanggung jawab dari masing-masing siswa tanpa menghilangkan tanggung jawab terhadap kerja kelompoknya.
2.4
Kemampuan Berkomunikasi
Komunikasi dapat diartikan sebagai proses pengiriman dan penerimaan pesan dari seseorang dengan orang lainnya baik secara lisan
maupun tulisan Suryadi, 2004: 9. Siswa mampu menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis dan menyampaikan perolehannya
baik proses maupun hasil belajarnya kepada siswa lain. Kemampuan berkomunikasi lisan yang baik dalam pembelajaran dapat membawa siswa
dalam pemahaman yang mendalam dan kemampuan dalam memecahkan masalah dengan lebih baik.
Terdapat enam indikator dalam keterampilan berkomunikasi menurut Rustaman 2005:87, yaitu:
1 Mengubah bentuk penyajian 2 Memerikan menggambarkan data empiris hasil percobaan atau
pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram 3 Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis
4 Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian 5 Membaca grafik atau tabel atau diagram
6 Mendiskusikan hasil kegiatan, suatu masalah atau suatu peristiwa Berdasarkan indikator diatas, kemampuan berkomunikasi dalam
penelitian ini meliputi kemampuan berkomunikasi secara lisan dan komunikasi secara tertulis. Komunikasi lisan diantaranya meliputi bobot
pertanyaan siswa serta kemampuan dalam penyampaian pertanyaan, kemampuan siswa untuk memberikan pendapat ataupun tanggapan
terhadap pertanyaan yang diajukan siswa lain, keaktifan siswa dalam diskusi kelompok, sedangkan kemampuan komunikasi secara tertulis
meliputi kemampuan siswa dalam membuat laporan praktikum dan kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasilnya.
Aspek kemampuan berkomunikasi yang diamati dalam penelitian ini, meliputi :
1
Bertanya
2
Menyampaikan pendapat
3
Berdiskusi
4
Presentasi hasil karya
2.5 Hasil Belajar Kognitif