Kerangka Berpikir LANDASAN TEORI

penguatan negatif. Penguatan positif adalah sesuatu bila diperoleh akan meningkatkan probabilitas respons atau perilaku, misal memberikan hadiah reward , menyampaikan kata “bagus” kepada siwa. Sementara penguatan negatif adalah sesuatu yang apabila ditiadakan akan meningkatkan probabilitas respons. Dengan kata lain, reinforcement negatif itu sebenarnya adalah hukuman punishment. Hukuman dimaksudkan untuk memperlemah atau meniadakan perilaku tertentu dengan cara menggunakan kegiatan yang tidak diinginkan Achmad dan Catarina, 2009: 121. Skinner menyatakan bahwa hadiah reward lebih efektif daripada hukuman punishment, karena hukuman yang diberikan guru sebetulnya tidak akan menghilangkan perilaku, hukuman hanya melatih siswa berbuat tentang apa yang tidak boleh dilakukan. Berdasarkan hal tersebut pemberian faktor lain sebagai penguatan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team assisted individualization yang dipadukan denga time token adalah berupa reward hadiah, sehingga nantinya pembelajaran akan berlangsung dengan lebih nyaman untuk siswa. Siswa tidak merasa takut dengan apa yang akan diajarkan.

2.7 Kerangka Berpikir

Salah satu prinsip untuk pengembangan KTSP adalah harus berpusat pada kompetensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Artinya kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan potensinya. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik Bambang, 2006 : 5. Mengacu pada prinsip KTSP yang mengharuskan siswa untuk menjadi pusat pada proses pembelajaran student centered, siswa dituntut untuk bisa aktif dalam kegiatan belajar mengajar KBM yang dilakukannya, tetapi sampai sekarang masih sulit mangajak siswa untuk diajak aktif dalam KBM. Akibatnya proses pembelajaran masih terpusat pada guru teacher centered, sehingga kemampuan untuk berkomunikasi antar siswa maupun siswa dengan guru masih sangat minim. Hal ini terjadi karena siswa kadang masih merasa takut untuk menyampaikan masalah yang didapatkannya dalam KBM. Kemampuan berkomunikasi siswa dalam KBM yang masih rendah membuat guru kesulitan dalam penyampaian materi yang akan diajarkan, karena siswa cenderung pasif, sehingga guru tidak mengetahui apa yang menjadi masalah siswa pada materi yang sedang diajarkannya. Akibatnya siswa kadang kurang begitu paham terhadap materi yang sedang dipelajarinya. Ahirnya pada saat saat dilakukan pengujian akhir untuk mengukur kemampuan siswa menghasilkan hasil yang kurang memuaskan, kebanyakan siswa masih rendah dalam pencapaian hasil belajarnya, khususnya hasil belajar kognitif. Meskipun hasil belajar kognitif tidak sepenuhnya merupakan ukuran keberhasilan dari suatu proses pembelajaran tetapi dengan hasil belajar kognitif yang baik menjadikan indikator bahwa proses pembelajaran tersebut sudah berlangsung dengan baik. Mengingat hasil pembelajaran kognitif merupakan penilaian yang paling mudah dilakukan karena penilaiannya menggunakan tes yang bisa kita nilai secara objektif. Ada banyak faktor yang mempengaruhi agar dapat menghasilkan hasil belajar kognitif yang baik. Salah satu faktor itu adalah interaksi yang dilakukan siswa, dalam hal ini adalah kemampuan siswa untuk berkomunikasi, sehingga dapat dikatakan jika kemampuan komunikasi yang baik akan berpengaruh juga pada hasil belajar kognitif siswa. Hal ini dapat dijadikan acuan agar kemampuan berkomunikasi juga harus dikembangkan secara maksimal dalam proses pembelajaran agar hasil belajar kognitif yang diperoleh menghasilkan hasil yang maksimal. Mengingat adanya korelasihubungan antara kemampuan berkomunikasi yang baik dengan pencapaian hasil belajar, diperlukan adanya pembinaan yang baik terhadap siswa dengan cara penerapan model pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Model pembelajaran yang efektif secara langsung akan berpengaruh pada hasil belajar siswa, karena disini pembelajaran dilakukan dengan memaksimalkan prinsip-prinsip dalam mengajar. Pembelajaran yang efektif ini akan lebih maksimal jika diterapkan juga dengan pembelajaran yang menyenangkan, karena dengan pembelajaran yang menyenangkan siswa akan tertarik untuk mengikuti setiap pembelajaran yang dilakukan, sehingga dapat memacu siswa untuk melakukan interaksi. Salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI, karena pada pembelajaran TAI dilakukan diskusi kelompok yang terencana dengan baik. Disini anggota kelompok dalam satu tim di bentuk dengan pertimbangan prestasi siswa, sehingga siswa yang kurang pandai akan terbantu dalam menyelesaikan masalah yang ditemuinya dalam pembelajaran. Selanjutnya, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya. Meskipun TAI ditujukan untuk membantu individu yang kurang pandai dalam penguasaan materi ajar, tetapi kenyataan di lapangan menunjukan bahwa individu yang kurang pandai malah menggantungkan pekerjaannya pada individu yang pandai atau sebaliknya individu yang pandai mendominasi kegiatan pembelajaran, sehingga individu yang kurang pandai tidak diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil belajarnya kepada kelompokindividu lain. Aspek yang kurang pada model pembelajaran TAI inilah yang perlu diatasi, salah satunya caranya adalah memadukannya dengan model pembelajaran time token, yang mengharuskan setiap siswa untuk aktif dalam kelompoknya yakni dengan adanya tiket belajar yang menjadi tanggung jawab dari masing-masing siswa tanpa menghilangkan tanggung jawab terhadap kerja kelompoknya. Model pembelajaran time token ini menggunakan suatu konsep adanya tiket belajar yang harus dihabiskan oleh masing-masing siswa dengan cara menjawab soal yang diberikan oleh guru dan setiap tampil satu tiket belajar akan diberikan kepada guru. Berdasarkan alasan diatas, peneliti menggabungkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI team assisted individualization dengan model pembelajaraan time token agar menghasilkan model pembelajaran yang lebih baik dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa yang kemudian berimbas pada peningkatan hasil belajar kognitifnya. Kerangka berpikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1. Kelebihan dan kekurangan Gambar 2.1. Kerangka berpikir Pembelajaran yang terpusat pada guru teacher centered Siswa pasif sehingga kemampuan komunikasinya kurang Hasil belajar kognitif siswa rendah Model pembelajaran kooperatif Model pembelajaran kooperatif tipe TAI Model pembelajaran Time Token Perpaduan TAI dan Time Token Menumbuhkan kemampuan berkomunikasi dan peningkatan hasil belajar kognitif

2.8 Hipotesis