Kajian Empiris Kerangka Berpikir

33 4 Masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok 5 Kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit. 6 Setelah siswa dapat satu bolasatu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian 7 Evaluasi. 8 Penutup.

2.2 Kajian Empiris

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing bukanlah penelitian pertama yang dilakukan peneliti, melainkan sudah dilaksanakan oleh peneliti sebelumnya. Peneliti melakukan penelitian menggunakan kembali model tersebut karena peneliti menilai model pembelajaran tersebut efektif untuk meningkatkan hasil belajar pada penelitian sebelumnya. Keefektifan model pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing dapat dilihat dari hasil penelitian Siska Yuanita 2011 yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Slatri 01 Brebes Tahun Pelajaran 20102011. Simpulan dari penelitian tersebut adalah meningkatnya hasil belajar PKn siswa kelas V setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Peningkatan tersebut diketahui 34 setelah membandingkan hasil tes siklus I dan hasil tes siklus II. Hasil penelitian siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 70 dengan ketuntasan belajar klasikal 65,4 . Skor rata-rata aktivitas siswa sebesar 67,27 dengan kriteria BC. Skor performansi guru sebesar 77,25 dengan kriteria B. Pada siklus II nilai rata- rata kelas meningkat menjadi 83,4 dengan ketuntasan belajar klasikal 88,4 . Skor rata-rata aktivitas siswa meningkat menjadi 75,45 dengan kriteria B. Skor performansi guru juga menigkat menjadi 90 dengan kriteria A. Karena presentase ketuntasan sudah mencapai 75 maka siklus II dikatakan tuntas dan tidak perlu dilakukan penelitian pada siklus berikutnya.

2.3 Kerangka Berpikir

Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan ialah menitikberatkan pada pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada kenyaataannya, Pendidikan Kewarganegaraan hanya dipahami sebagai mata pelajaran yang cukup dihafalkan sampai ujian berlangsung dan setelah itu siswa dengan mudah melupakannya tanpa mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dan tidak mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Upaya untuk mencapai pemahaman terhadap materi ialah pembelajaran harus dibuat menjadi pembelajaran yang bermakna bagi siswa. Salah satu cara untuk membuat pembelajaran menjadi bermakna ialah dengan melibatkan siswa secara aktif menemukan ide atau konsep Pendidikan Kewarganegaraan itu sendiri. Keaktifan siswa disini ialah keaktifan dalam mengemukakan pendapatnya dan mampu bekerjasama dengan siswa lainnya. 35 Selama ini guru masih menganggap siswa sebagai anak kecil yang belum mampu makan sehingga masih harus disuapi tanpa mengajarinya cara makan yang benar. Kalimat tersebut merupakan kiasan tentang praktik pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan saat ini di mana guru hanya menyampaikan materi Pendidikan Kewarganegaraan tanpa mengajari siswa untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari melalui contoh yang nyata dan paling dekat dengan siswa. Akibat dari praktik pembelajaran semacam itu ialah siswa cenderung hanya mengahafal materi yang disampaikan guru tanpa tahu apa makna dari pembelajaran itu sendiri dan tidak mampu mengaplikasikan dalam kehidupannya. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran PKn. Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lainnya dalam menemukan konsep Pendidikan Kewarganegaraan sendiri melalui aktivitas pembelajaran. Guru berperan dalam membimbing dan membantu dalam menemukan ide atau konsep tersebut sehingga terjadi interaksi antara guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa. Keikutsertaan siswa dalam mengikuti pembelajaran akan membuat siswa merasa senang. Siswa yang merasa senang akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe snowball throwing bukan hanya membuat siswa merasa senang, tetapi juga akan memberikan makna belajar bagi siswa mengenai pentingnya bekerjasama dan saling menghargai sebagai wujud sikap bangga sebagai bangsa Indonesia. 36 Jadi, sudah dapat diperkirakan hasil belajar siswa pada materi bangga sebagai bangsa Indonesia dapat meningkat dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing. Kerangka berpikir dapat digambarkan dengan skema berikut ini:

2.4 Hipotesis Tindakan