Penerapan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem.

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL

THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA PADA MATERI EKOSISTEM

Ditya Intan Kusuma Universitas Sanata Dharma

2015

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru Biologi di SMA Negeri 11 Yogyakarta, didapatkan adanya berbagai masalah seperti nilai rata-rata kelas hanya 66,3%. Selain itu motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong sangat rendah. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dengan tiga kali pertemuan dan siklus II dengan tiga kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) Perencanaan 2) Pelaksanaan3) Pengamatan 4) Refleksi. Pengumpulan data didapatkan dari hasil penilaian pre-test, post-test, lembar observasi, dan kuisioner.

Subyek penelitian adalah 32 siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk hasil belajar siswa aspek kognitif meningkat dari rata-rata 78,75 pada siklus I menjadi 82,5 pada siklus II. Sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 59,37% menjadi 100%. Hasil belajar siswa aspek afektif adalah 100% tinggi pada siklus I maupun siklus II. Motivasi siswa pada siklus I adalah 59,37% dan pada siklus II adalah 81,25% tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan indikator yang ingin dicapai telah memenuhi target yaitu 76 untuk nilai rata-rata, 75% untuk ketuntasan KKM, 70% untuk nilai afektif siswa, dan 70% untuk motivasi minimal tinggi siswa. Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi Ekosistem.

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Snowball Throwing, Motivasi, Hasil Belajar, Ekosistem.


(2)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING OF SNOWBALL THROWING TO INCREASE MOTIVATION AND STUDENT LEARNING

RESULT CLASS X SENIOR HIGH SCHOOL 11 OF YOGYAKARTA ON ECOSYSTEM FIELD

Ditya Intan Kusuma Sanata Dharma University

2015

Based on observations and interviews with Biology teacher at Senior High School 11 Yogyakarta, the researcher found that the class average score was 66,3%. Besides that, students motivation in class were far from the students learning expectation. The research was conducted to increase of motivation and learning outcomes at classroom X A SMA Negeri 11 Yogyakarta on the subject Ecosystem by implementating cooperative learning of Snowball Throwing methods.

Classroom action research was conducted in two cycles, three meetings in the first phase and three meetings in the second phase. Each cycle consists of 4 stages. 1) Planning 2) Implementation 3) Observation 4) Reflection. The data was collected from pre-test, post-test grading results, observation worksheets, and questionnaire filled in forms.

The research subject is 32 students class X A Senior High School 11 Yogyakarta. The research result is showing there’s motivation increase and student learning result. For cognitive aspect of student learning result increase from the average 78,75 on cycle 1 be 82,5 on cycle II. While student percentation who reach score of KKM increase from 59,73% be 100%. The afective aspect of student learning result is 100% (high) on cycle I as well as cycle II. Student motivation on cycle I is 59,73% and on cycle II is 81,25% (high). The data obtainable show indicator what’s want to reach is target completely is 76 for average score, 75% for KKM completely, 70% for student afective score and 70% for student high min motivation. Based of data, can be conclusing that Snowball Throwing Method can be increase motivation and student biology learning result class X A Senior High School 11 Yogyakarta on ecosystem field.

Keyword : Cooperative Learning, Snowball Throwing, Motivation, Learning Result, ecosystem.


(3)

i

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL

THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA PADA MATERI EKOSISTEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Disusun oleh : Ditya Intan Kusuma NIM : 111434017

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

Tuhan yang Maha Esa Orangtuaku tersayang Budi Wiyatno dan Setya Mardi Rahayuningsih Adik-adik tersayang Shella, Igor, dan Figo Keluarga besar tersayang Dosen-dosen Program Studi Pendidikan Biologi Sahabat-sahabatku Pendidikan Biologi 2011 Kekasihku Ryan Putranda Kristianto Universitas Sanata Dharma


(7)

v

MOTTO

Sabar dal am mengatasi kesul itan dan bertindak

bijaksana dal am mengatasinya adal ah sesuatu yang

utama

Bersabar, berusaha, dan bersyukur

Bersabar dal am berusaha

Berusaha dengan tekun dan pantang menyerah

Dan bersyukur atas apa yang tel ah diperol eh

Orang-orang yang sukses tel ah bel ajar membuat diri

mereka mel akukan hal yang harus dikerjakan ketika hal

itu memang harus dikerjakan entah mereka menyukainya

atau tidak

(Al dus Huxl ey)


(8)

(9)

(10)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL

THROWING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA PADA MATERI EKOSISTEM

Ditya Intan Kusuma Universitas Sanata Dharma

2015

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan Guru Biologi di SMA Negeri 11 Yogyakarta, didapatkan adanya berbagai masalah seperti nilai rata-rata kelas hanya 66,3%. Selain itu motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong sangat rendah. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yaitu siklus I dengan tiga kali pertemuan dan siklus II dengan tiga kali pertemuan. Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu 1) Perencanaan 2) Pelaksanaan 3) Pengamatan 4) Refleksi. Pengumpulan data didapatkan dari hasil penilaian pre-test, post-test, lembar observasi, dan kuisioner.

Subyek penelitian adalah 32 siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Untuk hasil belajar siswa aspek kognitif meningkat dari rata-rata 78,75 pada siklus I menjadi 82,5 pada siklus II. Sedangkan persentase siswa yang mencapai nilai KKM meningkat dari 59,37% menjadi 100%. Hasil belajar siswa aspek afektif adalah 100% tinggi pada siklus I maupun siklus II. Motivasi siswa pada siklus I adalah 59,37% dan pada siklus II adalah 81,25% tinggi. Data yang diperoleh menunjukkan indikator yang ingin dicapai telah memenuhi target yaitu 76 untuk nilai rata-rata, 75% untuk ketuntasan KKM, 70% untuk nilai afektif siswa, dan 70% untuk motivasi minimal tinggi siswa. Berdasarkan data, dapat disimpulkan bahwa Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi Ekosistem.

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif, Snowball Throwing, Motivasi, Hasil Belajar, Ekosistem.


(11)

ix

ABSTRACT

IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING OF SNOWBALL THROWING TO INCREASE MOTIVATION AND STUDENT LEARNING

RESULT CLASS X SENIOR HIGH SCHOOL 11 OF YOGYAKARTA ON ECOSYSTEM FIELD

Ditya Intan Kusuma Sanata Dharma University

2015

Based on observations and interviews with Biology teacher at Senior High School 11 Yogyakarta, the researcher found that the class average score was 66,3%. Besides that, students motivation in class were far from the students learning expectation. The research was conducted to increase of motivation and learning outcomes at classroom X A SMA Negeri 11 Yogyakarta on the subject Ecosystem by implementating cooperative learning of Snowball Throwing methods.

Classroom action research was conducted in two cycles, three meetings in the first phase and three meetings in the second phase. Each cycle consists of 4 stages. 1) Planning 2) Implementation 3) Observation 4) Reflection. The data was collected from pre-test, post-test grading results, observation worksheets, and questionnaire filled in forms.

The research subject is 32 students class X A Senior High School 11 Yogyakarta. The research result is showing there’s motivation increase and student learning result. For cognitive aspect of student learning result increase from the average 78,75 on cycle 1 be 82,5 on cycle II. While student percentation who reach score of KKM increase from 59,73% be 100%. The afective aspect of student learning result is 100% (high) on cycle I as well as cycle II. Student motivation on cycle I is 59,73% and on cycle II is 81,25% (high). The data obtainable show indicator what’s want to reach is target completely is 76 for average score, 75% for KKM completely, 70% for student afective score and 70% for student high min motivation. Based of data, can be conclusing that Snowball Throwing Method can be increase motivation and student biology learning result class X A Senior High School 11 Yogyakarta on ecosystem field.

Keyword : Cooperative Learning, Snowball Throwing, Motivation, Learning Result, ecosystem.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat dan kasih-Nya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta Pada Materi Ekosistem”.

Skripsi ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program studi Pendidikan Biologi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada

1. Tuhan yang Maha Esa yang selalu memberi rahmat kehidupan, penyertaan, dan memberkatiku sepanjang waktu.

2. Papaku Budi Wiyatno dan mamaku Setya Mardi Rahayuningsih yang telah memberikan dorongan semangat serta perhatian sehingga aku dapat sampai sekolah ke jenjang ini.

3. Ibu Dra Maslichah Asy’ari, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah sabar menghadapi saya selama bimbingan dan berkenan meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Titi Dwi Kurniasih S.Pd. selaku guru biologi SMA Negeri 11 Yogyakarta yang telah membantu dalam pelaksanaaan penelitian dan membimbing saya.

5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Biologi Pak Tri, Bu Luisa, Romo Wir, Bu Ika, Bu Nana, Bu Wiwid, Pak Suthardi, dan segenap Staff Sekretariat JPMIPA Sanata Dharma yang telah mendukung penulisan skripsi ini secara tidak langsung.

6. Adik-adikku Shella Mekaria, Igor Gadira, dan Figo Catur Palusa yang telah memberikan semangat untuk penulisan skripsi ini.

7. Kekasihku Ryan Putranda Kristianto yang telah memberikan semangat dan membantu dalam penulisan skripsi ini


(13)

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Belajar dan Pembelajaran ... 9

B. Motivasi Belajar ... 13

C. Hasil Belajar ... 20

D. Pembelajaran Kooperatif ... 27

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing ... 33

F. Pembelajaran Ekosistem... 37

G. Kajian Empiris ... 38


(15)

xiii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

A. Jenis Penelitian ... 41

B. Setting Penelitian ... 41

C. Rancangan Penelitian ... 42

D. Instrumen Penelitian ... 47

E. Validitas Instrumen ... 52

F. Analisis Data... 53

G. Indikator Keberhasilan ... 59

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN ... 60

A. Pelaksanaan Penelitian ... 60

B. Hasil Penelitian ... 60

C. Analisis Data... 76

D. Pembahasan ... 80

BAB V KESIMPULAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90

B. Saran... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penetapan Skor Kuisioner ... 51

Tabel 3.2 Kriteria Motivasi Siswa ... 52

Tabel 3.3 Kriteria Skor Ketuntasan Individu ... 53

Tabel 3.4 Kriteria Lembar Observasi Ranah Afektif Siswa ... 56

Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan Penelitian ... 57

Tabel 4.1 Hasil Pre-test siswa... 61

Tabel 4.2 Data Kuisioner Motivasi Awal Siswa ... 62

Tabel 4.3 Hasil Observasi Kelompok Aspek Afektif Siswa Siklus I ... 67

Tabel 4.4 Hasil Post-test Siklus I ... 68

Tabel 4.5 Data Kuisioner Motivasi Akhir Siswa ... 72

Tabel 4.6 Hasil Observasi Kelompok Siswa Aspek Afektif Siklus II ... 73

Tabel 4.7 Hasil Post-test Siklus II ... 74

Tabel 4.8 Perbandingan Post-test Siklus I dan Siklus II ... 76


(17)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Observasi Guru Mengajar dan Kondisi Kelas ... 60

Gambar 4.2 Setiap Ketua Kelompok diberikan Materi Pokok ... 63

Gambar 4.3 Siswa Membuat Pertanyaan Beserta Jawaban ... 64

Gambar 4.4. Siswa Melemparkan Pertanyaan ke Kelompok lain ... 64

Gambar 4.5 Siswa Berdiskusi bersama Kelompoknya ... 64

Gambar 4.6 Siswa bersama Kelompok mempersentasikan Hasil Diskusi ... 65

Gambar 4.7 Siswa Mengerjakan Post-test Siklus I ... 66

Gambar 4.8 Siswa Membuat Pertanyaan Beserta Jawabannya ... 70

Gambar 4.9 Siswa Melempar Bola Mainan yang berisi pertanyaan ... 70

Gambar 4.10 Siswa Berdiskusi Menjawab Pertanyaan yang telah dilemparkan oleh Kelompok lain ... 71

Gambar 4.11 Siswa Mempresentasikan Hasil Diskusi ... 71

Gambar 4.12 Peneliti Meriview dan Menjelaskan Materi Pembelajaran ... 71

Gambar 4.13 Grafik Persentase Motivasi Awal Siswa ... 75

Gambar 4.14 Grafik Persentase Motivasi Akhir Siswa ... 76

Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Persentase Motivasi Awal dan Akhir Siswa .. 80

Gambar 4.16 Perbandingan Nilai Kognitif Siklus I dan Siklus II ... 82


(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Silabus ... 92

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 95

Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Kunci Jawaban ... 96

Kisi-Kisi ... 126

Soal Pre-test, post-test, dan Kunci Jawaban ... 130

Materi Ekosistem ... 150

Lembar Observasi Kelas ... 161

Lembar Kuisioner... 164

Data Nilai Pre-test ... 171

Data Nilai Post-test I ... 173

Data Nilai Post-test II... 175

Data Perhitungan Lembar Observasi ... 177

Data Perhitungan Kuisioner Motivasi Awal dan Akhir ... 180

Hasil Post-test I terendah dan tertinggi ... 184

Hasil Post-test II terendah dan tertinggi ... 194

Hasil LKS terendah dan tertinggi siklus I pertemuan 1 ... 206

Hasil LKS terendah dan tertinggi siklus I pertemuan 2 ... 210

Hasil LKS terendah dan tertinggi siklus II pertemuan 1 ... 218

Hasil LKS terendah dan tertinggi siklus II pertemuan 2 ... 222

Pertanyaan Snowball throwing siklus I ... 230

Pertanyaan Snowball throwing siklus II ... 232

Hasil Lembar Observasi ... 235

Hasil Lembar Kuisioner Motivasi Awal ... 238

Hasil Lembar Kuisioner Motivasi Akhir ... 247

Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA ... 269


(19)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Listyarti (2012) pendidikan merupakan sebuah proses sadar dan terencana untuk terus mendorong perubahan serta pembaharuan individu dan sosial untuk mencapai mutu kehidupan yang lebih baik, dengan cara memaksimalkan kemerdekaan pribadi peserta didik, serta membela kondisi kemanusiaan dalam lingkungan sosialnya. Faktor mendasar dalam pendidikan adalah proses “mengada” si anak. Diantaranya adalah sasaran-sasaran sosial, makna-makna, dan nilai-nilai yang terwujud dalam pengalaman sejarah orang dewasa. Selain itu, yang mendasari proses pendidikan adalah metode yang memungkinkan interaksi antara faktor anak dan faktor orang dewasa.

Ada banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses belajar mengajar, antara lain guru sebagai fasilitator dan motivator, sarana dan prasarana yang digunakan, dan juga adanya minat dari siswa itu sendiri. Sebagai fasilitator dan motivator, guru memegang peranan yang sangat penting. Peran guru sebagai motivator adalah memberi motivasi kepada siswa agar mereka melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri sesuai dengan tujuan belajar yang ditetapkan oleh kurikulum. Peran guru sebagai fasilitator adalah memfasilitasi siswa agar dapat belajar dengan mendayagunakan potensi yang mereka miliki. Cara yang dapat dilakukan oleh


(20)

guru untuk memfasilitasi siswa antara lain dengan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan memberikan bimbingan pada saat kegiatan belajar (Sardiman, 2004). Inti dari proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran yakni keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.

Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, unsur-unsur dalam proses pembelajaran haruslah memberikan kontribusi yang maksimal pada proses pembelajaran. Salah satu cara untuk memberikan kontribusi maksimal adalah dengan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan dan didukung dengan sarana prasarana lainnya akan sangat membantu siswa untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Faktor lain yang juga dapat mendukung kegiatan belajar mengajar adalah suasana kelas, suasana yang menyenangkan dan tidak monoton. Maka suasana seperti ini akan membuat proses belajar mengajar menjadi menyenangkan bagi siswa.

Berdasarkan pengalaman selama masa PPL di SMA Negeri 11 Yogyakarta, diketahui bahwa kegiatan pembelajaran masih menggunakan metode ceramah dengan bantuan media powerpoint. Metode ceramah membuat siswa menjadi kurang aktif selama pembelajaran. Meskipun selama pembelajaran, guru memberikan kesempatan untuk melakukan tanya jawab, namun hanya 5 orang saja yang bertanya sehingga peran guru masih sangat dominan. Siswa hanya mendengarkan penjelasan pelajaran dari guru tanpa adanya aktifitas yang melibatkan siswa untuk aktif. Selain itu, selama proses pembelajaran siswa juga asik sendiri dan menghiraukan penjelasan dari guru


(21)

seperti mengobrol dengan teman sebangku hingga menggangu teman nya sampai membuat keributan di kelas. Hal ini menunjukkan bahwa guru masih sebagai teacher center bukan fasilitator. Hasil wawancara dengan guru pamong diketahui bahwa guru terkadang melakukan diskusi secara berkelompok, namun belum maksimal dikarenakan jumlah anggota dalam satu kelompok cukup banyak yaitu sekitar 4 sampai 5 orang sehingga hanya ada beberapa siswa yang aktif dalam mengerjakan tugas kelompok. Berdasarkan hasil ulangan harian biologi pada materi ekosistem kelas X sebelumnya didapatkan nilai rata-rata 66,3 dengan nilai terendah 60 dan tertinggi 85. Berdasarkan ulangan harian biologi yang dilakukan pada materi ekosistem terdapat 37,5 % siswa yang memperoleh nilai di atas KKM yang telah ditentukan. Sementara 62,5 % siswa memperoleh nilai di bawah KKM yang ditentukan. Secara nasional pembelajaran dianggap tuntas apabila ketercapaian KKM minimal 76 %. Dari data tersebut terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas X A masih perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena metode pembelajaran yang dipakai oleh guru masih menggunakan metode ceramah sehingga motivasi belajar siswa masih rendah. Metode yang digunakan hampir sama terus menerus di setiap materi pembelajaran maka akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa.

Setelah mengkaji hasil observasi selama masa PPL di SMA Negeri 11 Yogyakarta, maka peningkatan hasil belajar dapat dilakukan dengan cara memotivasi siswa baik motivasi dari diri siswa sendiri maupun dari luar siswa. Salah satu cara untuk meningkatkan motivasi adalah dengan


(22)

menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat memiliki minat terhadap proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. Biologi sebagai sebuah ilmu alam mengkaji tentang makhluk hidup. Objek biologi bisa diamati secara langsung dan akan lebih bermakna apabila menggunakan metode atau cara yang menyenangkan yang melibatkan siswa dalam berpikir sehingga mudah mendalami materi yang disampaikan dalam pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat mengembangkan keaktifan, minat, kemandirian, dan tanggung jawab, serta menunjang siswa dalam pembelajaran yang bermakna dengan memberikan kemudahan bagi siswa untuk merumuskan dan memahami konsep-konsep yang dianggap sulit. Peserta didik dapat saling mendiskusikan masalah yang dihadapi dengan temannya. Menurut Sugiyanto (2010) pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Salah satu metode kooperatif adalah Snowball Throwing yang diharapkan dapat membantu meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

Metode Snowball Throwing berasal dari kata Snowball yang berarti bola salju, sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran

Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya yang lain untuk


(23)

dijawab. Menurut Mohib Asrori (2010), Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran aktif (active learning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Menurut Widodo (2009), Model Pembelajaran

Snowball Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok.

Bertolak dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi Ekosistem”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi Ekosistem?”


(24)

C. Batasan Masalah

Agar dapat menemukan jawaban dari suatu masalah dengan efisien dan terarah, maka diperlukan suatu batasan masalah yang akan dikaji secara mendalam. Pada penelitian ini, batasan masalahnya adalah sebagai berikut.

1. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta semester genap tahun pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 32 orang.

2. Objek penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Kurikulum yang digunakan adalah KTSP.

b. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ekosistem dengan Standar Kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem dan kompetensi dasar 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi.

c. Motivasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah minat siswa dalam mempelajari pokok bahasan ekosistem yang diukur melalui angket/kuisioner yang diberikan kepada siswa.

d. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah aspek kognitif dan aspek afektif, aspek kognitif diketahui melalui hasil tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda, sedangkan aspek afektif diketahui melalui lembar observasi.


(25)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 11 Yogyakarta pada materi ekosistem melalui pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini bagi siswa, guru, sekolah, maupun bagi peneliti sendiri adalah sebagai berikut :

1. Manfaat bagi siswa.

Membantu siswa dalam memahami materi Ekosistem dengan mudah dan lebih menyenangkan, sehingga motivasi dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

2. Manfaat bagi guru

Menambah informasi bagi guru mengenai metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

3. Manfaat bagi sekolah

Sebagai masukan untuk mengembangkan metode pembelajaran yang dapat dijadikan arahan dalam melaksanakan proses pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa khususnya pada materi ekosistem.


(26)

4. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan cara meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran biologi dan dapat dijadikan bekal bagi masa depan sebagai seorang calon pendidik.


(27)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses yang menghasilkan suatu aktifitas dengan latihan dan pengalaman di sekolah, laboratorium, atau di alam terbuka. Belajar membuat seseorang menjadi tahu atau proses memperoleh pengetahuan. Dari belajar yang terus menerus membuat seseorang memperoleh pengalaman, sehingga dapat bereksplorasi, menggali, dan menemukan pemahaman pengetahuan dari belajar. Pada hakikatnya pengetahuan lahir dari fakta-fakta yang ada, sehingga fakta alami yang diperoleh berasal dari alam, dimana alam terus mengalami perubahan dan seiring perubahan alam tersebut pengetahuan terus berkembang setiap zamannya (Djiwandono,2006).

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut : “Belajar ialah suatu proses atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2010).


(28)

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah :

a. Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah (Slameto,2010).

b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya. Misalnya seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Disamping itu, dengan kecakapan menulis yang telah ia miliki, ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat, menyalin catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya (Slameto,2010).


(29)

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri. Misalnya perubahan tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena dorongan dari dalam, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar (Slameto, 2010).

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih (Slameto,2010)


(30)

e. Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku ini terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya (Slameto,2010).

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan satu berhubungan erat dengan aspek lainnya (Slameto,2010).


(31)

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan mengatur dan mengorganisasi lingkungan yang ada di sekitar sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar. Faktanya dalam praktik pembelajaran, terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Suyono dan Hariyanto (2011) berpendapat bahwa pendekatan pembelajaran berbasis lingkungan berkembang maka definisi belajar juga menyesuaikan diri. Belajar secara umum dapat dimaknai sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungannya. Dalam kaitannya dengan hikmah pembelajaran yang merupakan pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman yang kemudian dikembangkan dan saling berbagi, sehingga memberikan keuntungan.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi merupakan tenaga pendorong bagi seseorang agar memiliki energi atau kekuatan melakukan sesuatu dengan penuh semangat. Motivasi sebagai suatu kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Hamalik (2006), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan). Perubahan energi di dalam diri seseorang tersebut


(32)

kemudian membentuk suatu aktivitas nyata dalam berbagai bentuk kegiatan.

Motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin ia capai, maka akan semakin kuat motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga. Hanya dengan motivasi lah anak didik dapat tergerak hatinya untuk

belajar bersama teman-temannya yang lain (Djamarah,2006). 2. Macam-macam Motivasi

a. Motivasi Instrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar karena ingin menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.

Prayitno (2006) menyatakan bahwa di dalam proses belajar, siswa yang termotivasi secara instrinsik dapat dilihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena merasa butuh dan ingin mencapai tujuan belajar sebenarnya. Secara langsung dapat disimpulkan bahwa siswa yang termotivasi secara intrinsik aktifitasnya akan lebih baik bila dibandingkan dengan siswa yang termotivasi secara ekstrinsik.


(33)

b. Motivasi Ekstrinsik

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama dikelasnya (Daryanto dan Muljo,2012).

3. Komponen Motivasi

Komponen motivasi belajar meliputi tiga komponen, yaitu kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Kebutuhan terjadi bila individu merasa tidak ada keseimbangan antara yang ia miliki dan yang ia harapkan. Sedangkan dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan, kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau mencapai tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan merupakan inti dari motivasi. Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seseorang atau individu. Tujuan tersebut mengarahkan semua perilaku siswa, dalam hal ini perilaku belajar. Sehubungan dengan itu, maka motivasi menyangkut pemenuhan kebutuhan.


(34)

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

Menurut Ali Imron dalam Siregar dan Nara (2011), terdapat enam faktor yang mempengaruhi motivasi dalam proses belajar, meliputi : a. Cita-cita siswa, siswa akan memiliki motivasi belajar yang tinggi

ketika sebelumnya sudah memiliki cita-cita.

b. Kemampuan siswa, siswa yang mengetahui kemampuannya pada bidang tertentu akan termotivasi dengan kuat untuk terus menguasai dan mengembangkan kemampuannya di bidang tersebut.

c. Kondisi siswa, kondisi fisik dan kondisi psikis siswa akan mempengaruhi tinggi rendahnya motivasi untuk belajar.

d. Kondisi lingkungan siswa, kondisi lingkungan dapat diamati dari lingkungan fisik dan sosial siswa. Faktor lingkungan fisik mempengaruhi kenyamanan siswa saat belajar, sedangkan faktor lingkungan sosial seperti teman sepermainan, keluarga, dan teman kelas yang tidak menunjukkan kebiasaan belajar akan berpengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar siswa.

e. Unsur-unsur dinamis belajar siswa, dilihat dari upaya memotivasi tersebut dilakukan. Bahan pelajaran, alat bantu belajar, dan suasana belajar dapat mendinamisasikan proses pembelajaran.


(35)

f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa.

Menurut Uno (2008), hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Indikatornya meliputi: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

5. Peranan Motivasi dalam Belajar

Siswa di kelas masing-masing membawa sikap dan kebutuhan yang berbeda. Dari kedua hal tersebut dipengaruhi oleh motivasi dan partisipasi pada diri yang terlihat saat siswa mengikuti pelajaran dan interaksi dengan guru atau siswa lainnya. Terdapat dua peranan penting motivasi dalam belajar, peranan pertama adalah sebagai daya penggerak psikis dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan menjamin kelangsungan belajar untuk tercapainya tujuan yang diharapkan. Peranan kedua adalah memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi yang tinggi mempunyai dorongan


(36)

yang besar untuk melaksanakan kegiatan belajar (Siregar dan Nara, 2011).

6. Cara membangkitkan Motivasi Belajar

Cara logis untuk memotivasi siswa selama pelajaran adalah menghubungkan pengalaman belajar dengan minat siswa. Hal ini menjadi tidak mudah karena ada siswa yang harus menguasai mata pelajaran dasar tetapi siswa tidak berminat terhadap pelajaran tersebut. Maka peran guru sangat besar dalam membangkitkan minat siswa dengan memberi tugas yang berhubungan dengan minat siswa. Minat siswa dapat diamati dari tingkah laku siswa di kelas, bertanya langsung, atau dengan kuisioner.

Salah satu cara membangkitkan motivasi belajar siswa ialah dengan menggunakan teknik kerja sama dalam kelompok. Djiwandono (2006), menyatakan bahwa dalam situasi kerja sama setiap individu berusaha untuk memberikan sesuatu yang menguntungkan bagi individu lain maupun pada kelompok. Belajar dalam kelompok akan memperoleh suatu hasil dari kerja sama dan interaksi antar anggota. Hasil belajar dari belajar kelompok juga bervariasi, tergantung pada cara berkomunikasi dan siapa saja yang ada di dalamnya. Pemilihan metode kerja kelompok yang dipilih guru juga turut mempengaruhi hasil. Maka pemilihan metode yang tepat dan sesuai dengan materi maupun kondisi kelas dan siswa akan mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh siswa.


(37)

Menggunakan permainan merupakan proses yang menarik bagi siswa, karena suasana yang menarik membuat proses belajar menjadi bermakna secara afektif atau emosional bagi siswa. Sesuatu yang bermakna akan selalu diingat, dipahami, dan dihargai. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa maupun kelompok memberikan kesempatan siswa mengukur kemampuan diri sendiri maupun orang lain. Belajar bersaing juga menimbulkan upaya belajar bersungguh-sungguh. Selain menimbulkan persaingan antar siswa, motivasi belajar juga ditimbulkan dari mengembangkan persaingan dengan diri sendiri. Persaingan ini dilakukan dengan memberikan tugas atau ulangan yang dilakukan sendiri untuk mengetahui keberhasilan yang diperoleh selama ini.

Uno (2008) menjelaskan beberapa teknik yang dapat membangkitkan motivasi belajar, seperti menggunakan pernyataan sebagai penghargaan verbal. Pernyataan verbal diberikan kepada siswa sebagai penghargaan terhadap hasil belajar siswa yang baik, seperti pernyataan “Bagus sekali” atau “Hebat”. Pernyataan tersebut selain menyenangkan siswa juga menimbulkan interaksi dan pengalaman pribadi antara guru dengan siswa. Menimbulkan rasa ingin tahu juga merupakan daya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa yang penasaran akan berusaha keras untuk memecahkannya, upaya keras tersebut yang membuat motif belajar siswa bertambah besar.


(38)

C. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Ada tiga unsur yang terkandung di dalam proses belajar dan mengajar di antaranya yaitu tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil belajar. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan instruksional. Hal ini adalah karena isi rumusan tujuan-tujuan instruksional menggambarkan hasil belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah menerima atau menyelesaikan pengalaman belajarnya.

Ada beberapa pengertian hasil belajar menurut beberapa ahli yaitu menurut Lindgren dalam Suprijono (2009), hasil belajar adalah kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Sedangkan menurut Sudjana (2010) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

2. Cakupan Hasil Belajar

Menurut Gagne dalam Suprijono (2009), hasil belajar mencakup : a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan

dalam bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.


(39)

b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengkategorisasi, kemampuan analisis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan kognitif ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. d. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian

gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasikan dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Adapun aspek-aspek dalam setiap ranah hasil belajar adalah :

a. Ranah kognitif menurut Anderson dan Krathwohl dalam Gunawan, dkk (2013) merevisi taksonomi Bloom yang sudah lama digunakan, yaitu :


(40)

1. Mengingat

Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah lama didapatkan. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna dan pemecahan masalah. Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali dan memanggil kembali.

2. Memahami/mengerti

Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan dan membandingkan.

3. Menerapkan

Menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural. Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur, dan mengimplementasikan.


(41)

4. Menganalisis

Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian tersebut dan mencari tahu bagaimana keterkaitan tersebut dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif memberi atribut dan mengorganisasikan.

5. Mengevaluasi

Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat pula ditentukan sendiri oleh siswa. Standar ini dapat berupa kuantitatif maupun kualitatif serta dapat ditentukan sendiri oleh siswa.

Evaluasi meliputi mengecek dan mengkritisi. Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis.

6. Menciptakan

Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membetuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu


(42)

produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakan sangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya yang dapat dibuat oleh semua siswa. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu.

Menciptakan meliputi menggeneralisasikan dan memproduksi. Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan penemuan alternatif hipotesis yang diperlukan. Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognisi.


(43)

b. Ranah afektif menurut Kratwohl, Bloom, dkk dalam Winkel (2009) :

1) Penerimaan : mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan rangsangan tersebut, seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru atau mendengarkan dan memperhatikan jawaban teman sekelas.

2) Partisipasi : mencakup keleraan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

3) Penilai/penentu sikap : mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.

4) Organisasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam hidup. 5) Pembentukan pola hidup : mencakup kemampuan untuk

menghayati nilai-nilai kehidupan dari materi yang telah dipelajari.

c. Ranah psikomorik menurut klasifikasi Simpson dalam Winkel (2009) :

1) Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antar ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.


(44)

2) Kesiapan : terkait dengan konsentrasi dalam menyiapkan diri. 3) Gerak terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan

suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan.

4) Gerak yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. 5) Gerak kompleks : mencakup kemampuan untuk melaksanakan

suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien.

6) Penyesuaian pola gerak : mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

7) Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-pola yang baru, seluruhnya atas dasar prakasa dan inisiatif sendiri.

Dari beberapa cakupan hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil belajar yang dikategorikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara


(45)

fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif (Suprijono,2009).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Sugihartono (2007), yaitu :

a. Faktor Internal : faktor jasmaniah / fisik (fungsi alat indera, fungsi anggota badan, dan kondisi lingkungan fisik lainnya), dan faktor psikologis / psikis (intelegensi, perhatian, minat, motivasi, bakat, serta kepribadian siswa).

b. Faktor Eksternal : faktor lingkungan sosial (meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat) dan lingkungan non sosial (lingkungan alam dan lingkungan instrumental seperti kurikulum).

D. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembagian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu, belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Metode belajar yang


(46)

menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual.

Model pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang , siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitas, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : a. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

b. Menyajikan informasi

c. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar d. Membimbing kelompok belajar dan bekerja

e. Evaluasi

f. Memberikan penghargaan 1. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran Kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie (2006) adalah saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual dan keterampilan untuk


(47)

menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.

a) Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui : 1) saling ketergantungan mencapai tujuan 2) saling ketergantungan menyelesaikan tugas 3) saling ketergantungan bahan atau sumber 4) saling ketergantungan peran 5) saling ketergantungan hadiah.

b) Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru. Interaksi semacam itu sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya. Ini juga mencerminkan konsep pengajaran teman sebaya.

c) Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai


(48)

kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, karena itu tiap anggota kelompok harus memberikan sumbangan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok secara individual ini yang dimaksud dengan akuntabilitas individual.

d) Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru juga dari sesama siswa.

2. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional Dalam pembelajaran tradisional dikenal pula belajar kelompok, meskipun demikian, ada sejumlah perbedaan esensial antara kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar tradisional. Berikut perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional :

Kelompok Belajar Kooperatif :

a. Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

b. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok. Kelompok diberi umpan balik


(49)

tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

c. Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan.

d. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok. e. Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong

seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

f. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung, guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

g. Guru memperhatikan secara langsung proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

h. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal (hubungan antar pribadi yang saling menghargai).


(50)

Kelompok Belajar Tradisional :

a. Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok.

b. Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota kelompok lainnya hanya ‘enak-enak saja’ di atas keberhasilan temannya yang dianggap ‘pemborong’.

c. Kelompok belajar biasanya homogen.

d. Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. e. Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung.

f. Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

g. Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

h. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

3. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya adalah : a. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.

b. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan. c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.


(51)

d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.

e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois.

f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. g. Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan. h. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.

i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif.

j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing

Model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing berasal dari kata Snowball yang berarti bola salju, sedangkan Throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Dalam pembelajaran Snowball Throwing, bola salju merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat oleh siswa kemudian dilempar kepada temannya sendiri untuk dijawab. Menurut Asrori (2010),


(52)

(activelearning) yang dalam pelaksanaannya banyak melibatkan siswa. Peran guru di sini hanya sebagai pemberi arahan awal mengenai topik pembelajaran dan selanjutnya penertiban terhadap jalannya pembelajaran. Menurut Rachmad Widodo (2009), Model Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga model pembelajaran gelundungan bola salju. Model pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas, dan menyampaikan pesan tersebut kepada kelompok lain.

Menurut Aris Sohimin (2014), Pembelajaran dengan model

Snowball Throwing, menggunakan tiga penerapan pembelajaran antara lain : pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas melalui pengalaman nyata (constructivism), pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri (inquiry), pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari “bertanya” dari bertanya siswa dapat menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Di dalam model pembelajaran Snowball Throwing strategi memperoleh dan pendalaman pengetahuan lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan tersebut.


(53)

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing :

Fase 1 : Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan seluruh tujuan dalam pembelajaran dan memotivasi siswa.

Fase 2 : Menyajikan informasi

Menyajikan informasi tentang materi pembelajaran siswa.

Fase 3 : Mengorganisasikan siswa duduk dalam kelompok-kelompok belajar.

- Memberikan informasi kepada siswa tentang prosedur pelaksanaan pembelajaran Snowball Throwing.

- Membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4 orang.

Fase 4 : Membimbing kelompok bekerja dan belajar

- Memanggil ketua kelompok dan menjelaskan materi serta pembagian tugas kelompok.

- Meminta ketua kelompok kembali ke kelompok masing-masing untuk mendiskusikan tugas yang diberikan guru dengan anggota kelompok.


(54)

- Memberikan selembar kertas kepada setiap kelompok dan meminta kelompok tersebut menulis pertanyaan sesuai dengan materi yang dijelaskan guru.

- Meminta setiap kelompok untuk menggulung dan melemparkan pertanyaan yang telah ditulis pada kertas kepada kelompok lain.

- Meminta setiap kelompok menuliskan jawaban atas pertanyaan yang didapatkan dari kelompok lain pada kertas kerja tersebut.

Fase 5 : Evaluasi

Guru meminta setiap kelompok untuk membacakan jawaban atas pertanyan-pertanyaan yang diterima dari kelompok lain.

Fase 6 : Memberi penilaian / penghargaan

Memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.

Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing :

- Suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain.

- Siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada siswa lain.

- Membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa.


(55)

- Pendidik tidak terlalu repot membuat media karena siswa terjun langsung dalam praktik.

- Pembelajaran menjadi lebih efektif.

Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing :

- Memerlukan waktu yang panjang

- Murid yang nakal cenderung berbuat onar

- Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran.

F. Pembelajaran Ekosistem

Materi yang akan digunakan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi siswa kelas X dengan metode Snowball Throwing

adalah materi ekosistem dengan standar kompetensi : 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem dengan kompetensi dasar : 4.1 Mendeskripsikan peran komponen ekosistem dalam aliran energi.

Ruang lingkup materi dalam kompetensi dasar tersebut meliputi : Pengertian habitat, nisia, populasi, komunitas, ekosistem, faktor biotik, faktor abiotik, mengidentifikasi berbagai interaksi yang terjadi dalam ekosistem, mengidentifikasi pengertian rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi suatu ekosistem.


(56)

G. Kajian Empiris

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Alfii pada tahun 2014 dengan judul “Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas XI IPA Pada Materi Sistem Ekskresi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing di SMA Muhamadiyah 1 Prambanan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Snowball Throwing

dapat meningkatkan aktivitas belajar. Hal ini dapat dilihat pada peningkatan aktivitas belajar siswa pada siklus I 86,75% dan siklus II 96,03% , sehingga peningkatannya sebesar 9,28%. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I 69,23% menjadi 85,71% pada siklus II setelah melakukan pembelajaran melalui penerapan model Snowball Throwing.

Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Bothmir pada tahun 2011 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Snowball Throwing

untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 1V SDN Madyopuro 2 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa meningkat dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I mengalami peningkatan siswa yang dikatakan tuntas sebanyak 25 siswa (55,56). Pada siklus II meningkat lagi yaitu siswa yang tuntas sebanyak 42 (93,34) siswa setelah penerapan model Snowball Throwing. H. Kerangka Berpikir

Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran tidak lepas dari peran dan usaha guru sebagai fasilitator dan motivator, didukung dengan sarana


(57)

dan prasarana yang tersedia serta keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Namun, hal tersebut kurang berperan maksimal di SMA Negeri 11 Yogyakarta.

Berdasarkan observasi dan wawancara terhadap guru biologi diketahui bahwa pencapaian hasil belajar siswa tergolong rendah. Siswa merasa kurang termotivasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dikarenakan siswa merasa jenuh dengan pembelajaran yang monoton dengan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Motivasi belajar yang rendah ditunjukkan dari perilaku siswa yang kurang terlibat aktif dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar Biologi Kelas XI IPA SMA Muhamadiyah 1 Prambanan dan meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Madyopuro 2 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Maka dari itu, peneliti melakukan suatu tindakan yaitu melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

snowball throwing. Pembelajaran dilakukan dalam II siklus yang diharapkan mendapatkan hasil akhir yaitu meningkatnya motivasi dan hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta. Berikut adalah kerangka berpikir penelitian yang disajikan dalam diagram alir pada gambar 2.1


(58)

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Siswa Guru

Kondisi awal

Motivasi dan hasil belajar rendah

Model pembelajaran kurang bervariasi, model

pembelajaran yang digunakan adalah

ceramah.

Siswa masih pasif, kurang termotivasi, dan hasil

belajar rendah

Penelitian yang dilakukan oleh Nur Alfii tahun 2014 bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Throwing dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Biologi

Penelitian yang dilakukan oleh Bothmir tahun 2011 bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Madyopuro

Tindakan

Peneliti menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Snowball Throwing

Siklus I : menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing

Siklus II : menerapkan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dan memperbaiki proses

pembelajaran siklus I

Hasil Akhir


(59)

41

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hopkins dalam Setyosari (2010), penelitian tindakan kelas merupakan suatu proses yang dirancang untuk memberdayakan seluruh partisipan dalam proses pendidikan dalam hal ini adalah peserta didik, guru, dan pihak-pihak lain yang terkait, dengan tujuan untuk meningkatkan praktek pendidikan atau pelajaran yang dilakukan dalam pengalaman pendidikan. Penelitian tindakan kelas terdiri dari 4 tahapan meliputi planning, acting, observing, dan reflecting yang dilakukan secara berulang hingga memenuhi target yang diinginkan. B. Setting Penelitian

a. Lokasi Penelitian : SMA Negeri 11 Yogyakarta, Jalan A.M Sangaji No 50 Yogyakarta

b. Waktu Penelitian : 14 -29 Mei 2015

c. Objek Penelitian : Motivasi dan Hasil belajar pada Materi Ekosistem d. Subjek Penelitian : Siswa kelas X A SMA Negeri Yogyakarta

semester genap tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 32 siswa.


(60)

C. Rancangan Tindakan

Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Mc Taggart, setiap siklus penelitian meliputi tahap-tahap : Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan, Refleksi. Hasil refleksi digunakan untuk mengetahui tingkat perubahan yang terjadi dan tingkat pencapaian indikator-indikator yang telah ditetapkan. Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart disajikan dalam Gambar 3.1

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 3.1. Desain PTK Model Kemmis dan Mc Taggart (Taniredja,2011)

Penelitian ini didesain dengan melakukan proses pembelajaran yang akan dibagi menjadi 2 siklus penelitian. Penjabaran rangkaian kegiatan akan dilakukan selama proses penelitian adalah sebagai berikut.

Perencanaan 1 Refleksi

Perencanaan II Pelaksanaan Tindakan

dan Observasi Refleksi

Pelaksanaan Tindakan dan Observasi


(61)

1. Siklus I

a. Perencanaan

- Menelaah standar kompetensi dan kompetensi dasar Biologi Kelas X dan menelaah indikator bersama guru mata pelajaran.

- Menyusun RPP sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan serta skenario pembelajaran yang sesuai dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing.

- Mempersiapkan sumber belajar dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.

- Menyusun alat evaluasi untuk mengetahui motivasi dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.

b. Pelaksanaan

- Siswa mengerjakan soal pretest sebagai data mengenai kemampuan awal siswa

- Siswa mengerjakan angket (kuisioner) motivasi awal.

- Membagikan handout bahan belajar tentang materi yang akan digunakan dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing. - Membuat kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4 orang siswa

dengan cara berhitung setiap siswanya.

- Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.


(62)

- Siswa melaksanakan proses belajar dengan menggunakan model

Snowball Throwing menurut langkah-langkah pembelajarannya.

- Menggunakan skor hasil pembelajaran dan menentukan pemenang kelompok.

- Siswa bersama kelompok menjawab pertanyaan pada LKS.

- Siswa mengerjakan post test diakhir pembelajaran di setiap siklus.

c. Pengamatan

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan langsung terhadap murid mengenai beberapa aspek yaitu :

a. Kondisi atau suasana kelas saat proses pembelajaran. b. Perhatian murid selama mengikuti proses pembelajaran. c. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

d. Kemampuan bekerja sama dalam kelompok. e. Motivasi siswa mengikuti proses pembelajaran.

Observasi berjalan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang sedang dilakukan, sehingga keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Observasi dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh observer. Observasi dilakukan dengan mencatat segala aktivitas dalam proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.


(63)

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti merefleksikan proses pembelajaran yang terjadi, masalah-masalah yang muncul, dan segala hal yang berkaitan dengan tindakan selama kegiatan pembelajaran siklus I, baik berupa kelebihan maupun kekurangannya. Hal-hal yang direfleksikan pada akhir siklus I yaitu menggunakan hasil postest

siklus I, hasil kuisioner motivasi awal dan hasil pada lembar observasi, kemudian hasil nya direfleksikan dan di diskusikan bersama guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus II. 2. Siklus II :

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini, peneliti melakukan perbaikan dan penyempurnaan hal yang dirasa kurang pada kegiatan pembelajaran siklus I kemudian menyusun perencanaan baru bersama guru mengenai tindakan yang akan dilakukan berikutnya.

b. Pelaksanaan

- Membagi kelompok-kelompok belajar yang terdiri dari 4 orang siswa yang telah dibuat berdasarkan kemampuan kognitif siswa yang bervariasi.

- Menjelaskan langkah-langkah pembelajaran Kooperatif tipe Snowball Throwing seperti pada siklus I.


(64)

- Siswa melaksanakan proses belajar dengan menggunakan model

Snowball Throwing menurut langkah-langkah pada materi ekosistem siklus II.

- Menuliskan skor hasil pembelajaran dan menentukan pemenangnya disetiap kelompok.

- Siswa bersama kelompok menjawab pertanyaan pada LKS. - Siswa mengerjakan soal Post-test diakhir pembelajaran. - Siswa mengerjakan angket (kuisioner) motivasi akhir.

c. Pengamatan

Kegiatan observasi pada siklus II sama dengan kegiatan observasi pada siklus I yaitu pengamatan langsung terhadap murid mengenai beberapa aspek yaitu :

a. Kondisi atau suasana kelas saat proses pembelajaran. b. Perhatian murid selama mengikuti proses pembelajaran. c. Keaktifan siswa selama proses pembelajaran.

d. Kemampuan bekerja sama dalam kelompok. e. Motivasi siswa mengikuti proses pembelajaran.

Observasi berjalan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan yang sedang dilakukan, sehingga keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Observasi dilakukan oleh peneliti yang dibantu oleh observer. Observasi dilakukan dengan mencatat segala aktivitas dalam proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.


(65)

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh dari observasi ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif, seperti tes evaluasi, kuisioner motivasi siswa, dan lembar observasi siswa yang akan dibahas kemudian ditarik kesimpulan. Apakah tindakan yang sudah dilakukan berhasil atau tidak. Diharapkan pada akhir siklus II, motivasi dan hasil belajar siswa kelas X A SMA Negeri 11 Yogyakarta akan mencapai target indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan.

D. Instrumen Penelitian

Sanjaya (2011) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Tanpa instrumen yang tepat, penelitian tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan.

Penelitian ini menggunakan 2 macam instrumen sebagai alat untuk mengumpulkan data yakni instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen pembelajaran a. Silabus

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

2. Instrumen pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah


(66)

pre-test pada pertemuan awal siklus I dan post-tes pada pertemuan akhir siklus I dan siklus II. Sedangkan non tes yang digunakan peneliti adalah melalui pengamatan langsung (Observation) selama proses pembelajaran dengan bantuan lembar observasi siswa dan kuisioner diakhir siklus II.

a. Tes

Dalam penelitian ini, soal tes digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar aspek kognitif siswa pada materi ekosistem. Tes yang digunakan adalah pretest dan post test. Pretest

dilaksanakan pada awal pembelajaran siklus I yang digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pelaksanaan tindakan. Sedangkan pos-test dilaksanakan pada akhir pembelajaran di setiap siklus untuk mengetahui pemahaman siswa setelah pelaksanaan tindakan.

Bentuk soal tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif pilihan ganda. Jumlah soal pilihan ganda adalah 20 item. Menurut Arifin (2012), disebut dengan tes objektif karena penilaiannya objektif. Siapa pun yang mengoreksi jawaban tes objektif hasilnya akan sama karena kunci jawabannya sudah jelas dan pasti. Sedangkan variasi dari soal tes objektif adalah pilihan ganda. Soal tes bentuk pilihan ganda terdiri atas pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban.


(67)

b. Non tes

Teknik non tes yang digunakan peneliti adalah dengan pengamatan langsung atau observasi dan angket (kuisioner).

1. Lembar Observasi

Lembar observasi dipakai untuk menilai aktivitas dan respon siswa terhadap pemahaman materi ekosistem dan metode pembelajaran yang digunakan yaitu metode pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing. Berikut merupakan tabel 3.1 kisi-kisi lembar observasi.

Tabel 3.1


(68)

2. Angket (kuisioner)

Angket (kuisioner) dipakai untuk mengetahui dan melihat peningkatan motivasi belajar siswa terhadap pemahaman materi ekosistem dan penggunaan metode pembelajaran kooperatif tipe

Snowball Throwing. Angket (kuisioner) motivasi yang dipakai terdiri dari dua jenis motivasi, yaitu motivasi awal dan motivasi akhir. Motivasi awal diberikan pada awal pertemuan siklus I, sedangkan motivasi akhir diberikan pada akhir siklus II. Angket (kuisioner) motivasi terdiri dari 20 pernyataan, yaitu 10 item positif dan 10 item negatif. Berikut merupakan tabel 3.2 kisi-kisi angket (kuisioner).

Tabel 3.2

Kisi-kisi Angket (kuisioner) Motivasi Awal


(69)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Angket (kuisioner) Motivasi Akhir

No Indikator Motivasi Belajar

Bentuk Pernyataan Jumlah Pernyataan Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif 1. Dorongan Belajar

a. Keinginan siswa dalam belajar

3 1

b. Perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran

15 4,16 3

2. Partisipasi

a. Keaktifan dalam pembelajaran

11,19 7 3

3. Ketertarikan

a. Tertarik pada model pembelajaran

1 10 2

4. Perasaan dalam Pembelajaran a. Perasaan siswa selama

mengikuti pembelajaran


(70)

No Indikator Motivasi Belajar Bentuk Pernyataan Jumlah Pernyataan ` Pernyataan Positif Pernyataan Negatif 5. Keseriusan

a. Keseriusan siswa selama mengikuti pembelajaran

2,6 12,20 4

6. Penguasaan Materi a. Perasaan siswa ketika

mengikuti pembelajaran

9 14,18 3

Jumlah Pernyataan 20

E. Validitas Instrumen

Validitas digunakan untuk mengukur atau menentukan apakah satu Test sungguh mengukur apa yang mau diukur yaitu apakah sesuai dengan tujuan. Validitas menunjukkan pada kesesuaian, penuh arti, bergunanya kesimpulan yang dibuat oleh peneliti berdasarkan data yang dikumpulkan. Kesimpulan valid bila sesuai dengan tujuan penelitian (Suparno,2007).

Dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan validitas isi (content validity). Yang akan diuji dalam penelitian ini adalah keabsahannya yaitu dengan cara sebagai berikut :

1. Instrumen Tes

Validitas instrumen tes dilakukan dengan mempertimbangkan validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya. Artinya, tes tersebut mampu mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak dibentuk. Selanjutnya, akan meminta bantuan ahli yang berkompeten dibidangnya untuk menilai apakah instrumen yang dibuat telah memenuhi kelayakan sebagai alat pengumpul data (Sudjana,2010).


(71)

2. Instrumen bentuk Non Tes

Validitas instrumen non tes yang meliputi kuisioner, dan observasi siswa. Validitas dalam hal ini yaitu dengan membuat kisi-kisi. Selanjutnya, akan meminta bantuan ahli yang berkompeten dibidangnya untuk menilai apakah instrumen yang dibuat telah memenuhi kelayakan sebagai alat pengumpul data (Sudjana,2010). F. Analisis Data

a. Kuisioner/Angket Motivasi Belajar

Menurut Arikunto (2010), angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Angket dalam penelitian ini terdiri dari daftar-daftar butir pertanyaan yang dibagikan kepada responden dan dipergunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan motivasi belajar siswa dan metode pembelajaran kooperatif tipe Snowball Throwing.

Pada penelitian ini, kuisioner motivasi belajar siswa yang digunakan terdiri dari 20 item. Tiap-tiap pernyataan disediakan 4 alternatif jawaban dimana siswa harus memilih salah satu jawaban. Empat alternatif jawaban tersebut antara lain sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (ST), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Pernyataan-pernyataan tersebut terdiri dari item positif dan item negatif.


(72)

Tabel 3.4

Penetapan Skor Kuisioner

Pilihan Jawaban

Skor Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

Skor yang diperoleh siswa dalam kuisioner kemudian dicari skor keseluruhannya sehingga diperoleh data skor setiap siswa, kemudian dari skor tersebut dicari prosentase motivasi siswa dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Prosentase motivasi = 100%

Seluruh prosentase skor masing-masing siswa dikategorikan dengan acuan sebagai berikut :

Tabel 3.5 Kriteria Motivasi Siswa

Skor (%) Kategori

0-20 Sangat Rendah

21-40 Rendah

41-60 Sedang

61-80 Tinggi


(73)

Kemudian untuk menghitung prosentase jumlah siswa dengan motivasi minimal tinggi digunakan perhitungan sebagai berikut :

P = 100%

Keterangan :

P = prosentase motivasi kelas

b. Hasil Belajar

Data hasil belajar dalam penelitian ini mencakup 2 ranah, yaitu ranah kognitif dan ranah afektif. Setiap ranah memiliki penilaian yang berbeda. Untuk mengetahui tingkat hasil belajar pada ranah kognitif, peneliti berpedoman pada hasil tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda dan uraian. Sedangkan untuk mengetahui tingkat hasil belajar ranah afektif peneliti berpedoman pada lembar observasi. Perhitungan hasil belajar pada setiap ranah adalah sebagai berikut :

1) Ranah Kognitif

Pengukuran hasil belajar siswa pada ranah kognitif menggunakan tes tertulis.

Adapun teknik penskoran adalah sebagai berikut : a) Ketuntasan Individu

Setiap siswa dalam proses belajar mengajarnya dikatakan tuntas jika memperoleh nilai ≥ 76 (KKM). Tes kognitif


(1)

266

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

267

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

268

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

269

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

270

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

271

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Penggunaan Model Pembelajaran Snowball Throwing Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar IPS Pada Siswa Kelas VIII-4 Di SMP PGRI 1 Ciputat

1 4 249

Peningkatan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball 0hrowing pada siswa kelas III MI Hidayatul Athfal Depok

0 10 0

Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pai Mupaya Meningkatan Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Materi Kisah Nabi Adam As Dan Nabi Muhammad Saw Melalui Metode Snowball Throwing Di Kelas Iv Sdn Jatiwaringin Iv Bekasi

1 7 106

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJARKAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DAN SNOWBALL DRILLING PADA SUB MATERI TURUNAN DI SMA NEGERI 11 MEDAN.

0 3 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LINGKUNGAN HIDUP DI SMA NEGERI 5 MEDAN.

0 2 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING PADA MATA PEMBELAJARAN IPA MATERI PROSES DAUR AIR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 34

Penerapan pembelajaran kooperatif teknik picture and picture untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMS Negeri 10 Yogyakarta pada materi animalia.

0 2 188

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 1 Depok, Sleman, Yogyakarta pada materi sistem hormon manusia.

1 4 270

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR STRUKTUR BUMI Haryani.

0 0 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

0 22 8