126 Tabel 22 Waktu Layanan Aktual Puskesmas Slum
NO KETERANGAN
TRIWULAN 1 TRIWULAN 2
TRIWULAN 3 TRIWULAN 4
1 Jumlah Pelanggan Poli
Umumhari 115 orang
124 orang 128 orang
142orang 2
Rasio Jumlah SDM Medis + paramedishari
berbanding pelanggan hari
4 : 115 orang 1 : 28 orang
4 : 124orang 1 : 31 orang
4 : 128 orang 1 : 32 orang
4 : 142 orang 1 : 36 orang
3 Jumlah Jam kerjahari
360 menithari 360 menithari
360 menithari 360 menithari
Waktu layanan Mutu Kinerja
360 : 28 = 12.9 menit
Baik B 360 : 31=
11.6 menit Baik B
360 :32 = 11.3 menit
Baik B 360 : 36=
10 menit Baik B
Sumber : Hasil pengolahan data primer penelitian 2006
Dari paparan waktu layanan di ketiga Puskesmas sampel. Maka dapat disimpulkan bahwa kinerja terbaik adalah Puskesmas moderate, terutama di triwulan 2, di mana waktu
layanan yang digunakan berada pada ranking waktu minimal yang ideal. Selebihnya adalah waktu layanan yang digunakan rata-rata di bawah waktu minimal ideal 15 menit,
dan hal ini harus menjadi perhatian terutama masalah ketelitian petugas medis dalam memeriksa pasien.
b. Ketersediaan Obat
Indikator variabel operasi yang kedua, adalah ketersediaan obat. Norma yang digunakan Puskesmas dalam menjamin ketersediaan obat adalah didasarkan pada jumlah
pasien pada tahun anggaran sebelumnya ditambah dengan 25 . Di samping itu penyediaan obat juga memperhitungkan norma kelebihan atau kekurangan obat, batas
toleransi kelebihan atau kekurangan adalah 25 . Dengan demikian jika jumlah pasien per triwulan diketahui, maka penghitungan norma kesediaan obat per triwulan juga dapat
diketahui. Selanjutnya dalam penghitungan norma kesediaan obat, penghitungan akan menggunakan sampel poliklinik umum dengan sampel obat infeksi saluran pernapasan
atas ISPA yang termasuk dalam daftar 10 sepuluh penyakit terbanyak di ketiga Puskesmas.
Informasi yang perlu diketengahkan dalam penghitungan ketersediaan obat adalah ; 1 Data ketersediaan obat yang seharusnya pada setiap triwulan berdasarkan jumlah
pasien per triwulan saat ini ; 2 Data ketersediaan obat aktual berdasarkan perhitungan jumlah pasien tahun lalu pesediaan obat di Puskesmas didasarkan pada perkiraan jumlah
127 pasien tahun lalu ; 3 Data tentang kesejangan atau gap antara ketersediaan yang
seharusnya dengan yang aktual. Toleransi besaran gap maksimal adalah 25 , Sumber: judgment pihak Puskesmas, artinya gap ideal adalah jika tidak terjadi kelebihan obat
atau gap = 0 . Selanjutnya kinerja akan dilihat dari toleransi gap ketersediaan obat ini ; 4 Penentuan jenis penyakit dan obat. Oleh karena jenis obat dan jenis penyakit yang ada
di Puskesmas sangat bervariasi dan cukup banyak, maka pengukuran menggunakan sampel yakni poliklinik umum dengan jenis penyakit ISPA Infeksi Saluran Pernapasan
Akut, dengan alasan bahwa poliklinik umum adalah poli yang paling besar pengunjungnya, lebih dari 50 pasien Puskesmas adalah pengujung poli umum,
sedangkan penyakit ISPA adalah salah satu dari 10 besar penyakit yang paling banyak diderita oleh pasien umum. Selanjutnya dilakukan penghitungan jumlah obat dalam butir
per pasien dengan berdasarkan pada norma dosis dan macam obat untuk ISPA. Tabel 23 Pedoman Penilaian Ketersediaan Obat
SKOR MUTU KETERSEDIAAN OBAT PER TRIWULAN
5 A
Gap ketersediaan obat ideal 0 4
B ± 0.1 - 5
3 C
± 5.1 – 10 2
D ± 10.1 – 15
1 E
± 15
Sumber : Hasil Pen golahan Data Sekunder Penelitian 2005
Norma obat untuk pasien ISPA di Puskesmas adalah mengacu pada jenis dan komposisi obat serta dosis minum perhari. Pada umumnya komposisi obat yang diberikan
untuk pasien ISPA adalah 1 paracetamol, 2 amoxiciline, 3 obat batuk, dan 4 CTM. Jadi ada 4 jenis obat. Masing- masing diberikan dalam dosis 1 hari 3 kali selama 3 hari.
Berdasarkan perhitungan tersebut, kebutuhan butir obat dapat dihitung, yakni untuk 1 orang pasien ISPA diperlukan paracetamol 9 butir, amoxiciline 9 butir, obat batuk 9 butir,
dan CTM 9 butir. Berikut ini secara berturut-turut disajikan hasil verifikasi ketersediaan obat di
Puskesmas melalui sampel penghitungan obat yang dibutuhkan oleh pasien penyakit
128 ISPA, serta perbandingannya dengan normatif tahun sebelumnya yang telah ditetapkan
oleh Puskesmas. Jumlah pasien di Puskesmas elite pada triwulan 1 adalah 15.192 lima belas ribu
seratus sembilan puluh dua orang. Dari jumlah tersebut, 62 atau 9.419 Sembilan ribu empat ratus sembilan belas adalah pengunjung poli umum. Selanjutnya 72 atau 6.782
enam ribu tujuh ratus delapan puluh dua adalah pasien ISPA. Pada triwulan 2 Jumlah pasien di Puskesmas elite adalah 15.975 lima belas ribu
sembilan ratus tujuh puluh lima orang, 55 atau 8.786 delapan ribu tujuh ratus delapan puluh enam orang adalah pasien poli umum. Dari jumlah pasien poli umum tersebut, 65
penderita ISPA yakni 5.710 lima ribu tujuh ratus sepuluh orang Pada triwulan 3, terdapat 62 dari 17.048 tujuh belas ribu empat puluh
delapan orang adalah pasien poli umum. 54 atau 5708 lima ribu delapan orang diantaranya adalah penderita ISPA. Pada triwulan 4 ada 54 dari 19.350 sembilan
belas ribu tiga ratus lima puluh orang adalah pasien poli umum, 59 - nya atau 6.165 enam ribu seratus enam puluh lima orang adalah penderita ISPA Berdasarkan pada data
jumlah pasien ISPA per triwulan tersebut selanjutnya diketahui jumlah obat yang dibutuhkan adalah dengan mengalikan kebutuhan obat berdasarkan norma dosis dengan
jumlah pasien ISPA, hasilnya adalah sebagai berikut : Tabel 24 Kinerja Ketersediaan Obat Puskesmas elite, Per Triwulan 2005
Uraian Triwulan 1
dalam butir Triwulan 2
dalam butir Triwulan 3
dalam butir Triwulan 4
dalam butir Jenis Obat ISPA:
1. Paracetamol
6.782 x 9 = 61.038 5.710x9= 51.390
5.708x9=51.372 6.165x9=55.485
2. Amoxiciline
6.782 x 9 = 61.038 5.710x9= 51.390
5.708x9=51.372 6.165x9=55.485
3. Obat batuk
6.782 x 9 = 61.038 5.710x9= 51.390
5.708x9=51.372 6.165x9=55.485
4. CTM
6.782 x 9 = 61.038 5.710x9= 51.390
5.708x9=51.372 6.165x9=55.485
Total obat
244.152 205.560
205.488 221.940
Cadangan 25
61.038 51.390
51.372 55.485
Obat yang seharusnya tersedia
305.190 256.950
256.860 277.425
Obat yang tersedia saat ini termasuk sisa obat
343.690 300.200
300.010 300.049
Gap Kelebihan obat Persentase
38.500 12.61
42.250 16.83
43.150 16.79
22.624 8.15
Mutu Kinerja
D E
E C
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Penelitian, 2006
129 Berdasarkan Tabel 24 tersebut dapat dinyatakan bahwa gap atau kesenjangan
antara ketersediaan obat yang seharusnya dengan yang aktual tidak melebihi 25 dari norma yang ditetapkan. Angka yang tertera adalah pada triwulan 1 sebesar 12.61 atau
mutu kinerja ‘D’, triwulan 2, adalah 16.83 atau mutu kinerja ‘E’, sedangkan kesenjangan pada triwulan 3 yakni 16.79 atau mutu kinerja E, dan pada triwulan 4
adalah 8.15 atau mutu kinerja C. Gap ketersediaan obat mendekati ideal atau yang paling bagus adalah pada triwulan 4.
Dari jumlah pasien di Puskesmas moderate, sebanyak 13.034 tiga belas ribu tiga puluh empat orang pada triwulan 1, sejumlah 51 atau 6.647 enam ribu enam ratus
empat puluh tujuh orang adalah pelanggan poli umum. Dari jumlah tersebut, 70 atau 4.653 empat ribu enam ratus lima puluh tiga orang adalah pasien ISPA.
Pada triwulan 2 Jumlah pasien di Puskesmas adalah 14.192 empat belas ribu seratus sembilan puluh dua orang, 52 atau 7.380 tujuh ribu tiga ratus delapan puluh
orang adalah pasien poli umum. Dari jumlah pasien poli umum tersebut, 65 penderita ISPA yakni 4.797 empat ribu tujuh ratus sembilan puluh tujuh orang.
Pada triwulan 3, terdapat 60 dari 15.074 lima belas ribu tujuh puluh empat orang adalah pasien poli umum. 51 di antaranya atau 4.613 empat ribu enam ratus tiga
belas orang adalah penderita ISPA. Data selanjutnya, pada triwulan 4 ada 55 dari 16.199 enam belas ribu seratus
sembilan puluh sembilan orang adalah pasien poli umum, 53 -nya atau 4.722 empat ribu tujuh ratus dua puluh dua orang adalah penderita ISPA Berdasarkan pada data
jumlah pasien ISPA per triwulan tersebut selanjutnya diketahui jumlah obat yang dibutuhkan adalah dengan mengalikan kebutuhan obat berdasarkan norma dosis dengan
jumlah pasien ISPA, hasilnya adalah sebagai berikut : Data pada Tabel 5.17 menunjukan bahwa gap ketersediaan obat di Puskesmas
cukup baik karena mendekati angka ideal dengan prosentase gap yang lebih kecil bila dibandingkan dengan Puskesmas elite Pada triwulan 1 adalah 5.26 dengan mutu
kinerja ‘C’ , triwulan 2 adalah 4.23 dengan mutu kinerja ‘B’ , kemudian pada triwulan 3 hanya 3.57 dengan mutu kinerja ‘B’, dan pada triwulan 4 hampir sama yakni 3.53
dengan mutu kinerja ‘B’.
130 Tabel 25 Kinerja Ketersediaan Obat Puskesmas Moderate Per Triwulan 2005
Uraian Triwulan 1
dalam butir Triwulan 2
dalam butir Triwulan 3
dalam butir Triwulan 4
dalam butir Jenis Obat ISPA:
1. Paracetamol
4.653 x 9=41.877 4.797x9=43.173
4.613x9=41.517 4.722x9=42.498
2. Amoxiciline
4.653 x 9=41.877 4.797x9=43.173
4.613x9=41.517 4.722x9=42.498
3. Obat batuk
4.653 x 9=41.877 4.797x9=43.173
4.613x9=41.517 4.722x9=42.498
4. CTM
4.653 x 9=41.877 4.797x9=43.173
4.613x9=41.517 4.722x9=42.498
Total obat
167.508 172.692
166.068 169.992
Cadangan 25
41.877 43.173
41.517 42.498
Obat yang seharusnya tersedia
209.385 215.865
207.585 212.490
Obat yang tersedia saat ini
220.400 225.000
215.000 220.000
Gap Kelebihan obat Persentase
11.015 5.26
9.135 4.23
7.415 3,57
7.510 3.53
Mutu Kinerja
C B
B B
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Penelitian, 2006
Berikutnya adalah data ketersediaan obat pada Puskesmas slum Dari jumlah pasien di Puskesmas sebanyak 13.836 tiga belas ribu delapan ratus tiga puluh enam orang
pada triwulan 1, sejumlah 56 atau 7.748 tujuh ribu tujuh ratus empat puluh delapan orang adalah pelanggan poli umum. Dari jumlah tersebut, 52 atau 4.029 empat ribu
dua puluh sembilan orang adalah pasien ISPA. Pada triwulan 2 Jumlah pasien di Puskesmas adalah 14.950 empat belas ribu
sembilan ratus lima puluh orang, 58 atau 8.671 delapan ribu enam ratus tujuh puluh satu orang adalah pasien poli umum. Dari jumlah pasien poli umum tersebut, 53
penderita ISPA yakni 4.595 empat ribu lima ratus sembilan puluh lima orang. Pada triwulan 3, terdapat 67 dari 15.350 lima belas ribu tiga ratus lima puluh
orang adalah pasien poli umum. 60 diantaranya atau 6.170 enam ribu seratus tujuh puluh orang diantaranya adalah penderita ISPA.
Data selanjutnya, pada triwulan 4 ada 59 dari 17.126 tujuh belas ribu seratus dua puluh enam orang adalah pasien poli umum, 57 diantaranya atau 5.759 lima ribu
tujuh ratus lima puluh sembilan orang adalah penderita ISPA. Selanjutnya berdasarkan pada data jumlah pasien ISPA per triwulan tersebut
diketahui jumlah obat yang dibutuhkan adalah dengan mengalikan kebutuhan obat berdasarkan norma dosis dengan jumlah pasien ISPA, hasilnya adalah sebagai berikut :
131 Tabel 26 Kinerja Ketersediaan Obat Puskesmas slum Per Triwulan 2005
Uraian Triwulan 1
dalam butir Triwulan 2
dalam butir Triwulan 3
dalam butir Triwulan 4
dalam butir Jenis Obat ISPA:
1. Paracetamol
4.029 x 9 =36.261 4.595x9=41.355
6.170x9=55.530 5.759x9=51.831
2. Amoxiciline
4.029 x 9 =36.261 4.595x9=41.355
6.170x9=55.530 5.759x9=51.831
3. Obat batuk
4.029 x 9 =36.261 4.595x9=41.355
6.170x9=55.530 5.759x9=51.831
4. CTM
4.029 x 9 =36.261 4.595x9=41.355
6.170x9=55.530 5.759x9=51.831
Total obat
145.044 165.420
222.120 207.324
Cadangan 25
36.261 41.355
55.530 51.831
Obat yang seharusnya tersedia
181.305 206.775
277.650 259.155
Obat yang tersedia saat ini
250.200 250.000
300.000 300.000
Gap Kelebihan obat Persentase
68.895 37
43.225 20.90
22.350 8.0
40.845 15.76
Mutu Kinerja
E E
C E
Sumber : Hasil Pengolahan Data Sekunder Penelitian, 2006
Dari data dalam Tabel 26 nampak bahwa Puskesmas slum pada triwulan 1 memiliki kesenjangan ketersediaan obat paling tinggi bila dibandingkan dengan elite
maupun moderate, yakni 37 atau diatas batas toleransi yang ditetapkan, dengan demikian mutu kinerjanya adalah ‘E’. Pada triwulan 2 adalah 20.90 , juga masih tinggi
dengan mutu kinerja ‘E’. Sedangkan pada triwulan 3 turun menjadi 8 atau mutu kinerjanya ‘C’ , dan pada triwulan 4 gap ketersediaan obat naik menjadi 15.76 di mana
mutu kinerjanya adalah ‘E’ Berdasarkan temuan tersebut, maka secara keseluruhan, gap ketersediaan obat
yang terbaik adalah pada Puskesmas moderate, kemudian peringkat kedua adalah Puskesmas elite, dan yang memiliki gap tertinggi adalah Puskesmas slum
c. Penyuluhan Masyarakat