Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah Pendapatan Domestik Regional Bruto

3. besarnya tabungan masyarakat adalah proposional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik nol. 4. kecenderungan untuk menabung marginal propensity to save = MPS besarnya tetap, demikian juga ratio antara modal-output capital-output ratio = COR dan rasio pertambahan modal-output incremental capital- output ratio = ICOR.

2.5.2. Ketimpangan Pendapatan Antar Wilayah

Ketimpangan pendapatan antar daerah atau wilayah dapat dipandang sebagai salah satu ukuran dalam melihat perbedaan tingkat kemakmuran antar daerah, walaupun kemakmuran itu sendiri tidak hanya diukur dengan indikator pendapatan per kapita, sebagaimana indikator yang digunakan dalam ketimpangan pendapatan daerah. Penyajian ketimpangan pendapatan antar daerah pada dasarnya hanyalah memberikan gambaran secara makro mengenai ketimpangan pendapatan rata-rata antara berbagai daerah atau wilayah tertentu dan tidak memperlihatkan pola pembagian pendapatan antar golongan penerima pendapatan. Todaro 1981 menggambarkan ketimpangan dengan mempertimbangkan hubungan antara tingkat pendapatan per kapita dan tingkat ketimpangan pendapatan untuk negara maju dan negara sedang berkembang dan menggambarkan ketimpangan pendapatan dari negara-negara tersebut dalam tiga kelompok, dimana pengelompokan tersebut disesuaikan dengan tinggi, sedang dan rendahnya tingkat pendapatan di masing-masing wilayah. Υ ⋅ Υ − Υ = ∑ i i i W n f CV 2 i Υ Υ Metode CV w umum digunakan untuk mengukur ketimpangan PDRB per kapita. Tingkat ketimpangan yang terjadi dalam metode ini tercermin dalam sebuah angka indeks. Cara pengukuran ini diperkenalkan oleh Williamson 1965 dengan menimbangnya dengan proporsi penduduk. Semakin besar angka indeks berarti semakin tinggi pula tingkat ketimpangan regional yang terjadi. Indeks CV w yang dihasilkan dari suatu perhitungan akan sangat sensitif terhadap perbedaan data yang digunakan. Rumus indeks yang diformulasikan Williamson 1965 adalah sebagai berikut: …………..………………………………………... 4 Dimana: CVw = indeks ketimpangan pendapatan daerah fi = jumlah penduduk di daerah i jiwa n = penduduk total jiwa = PDRB per kapita di daerah i rupiah = PDRB per kapita untuk propinsi rupiah

2.5.3. Pendapatan Domestik Regional Bruto

Prestasi ekonomi suatu bangsa atau Negara dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat. Secara umum, prestasi tersebut diukur melalui sebuah besaran dengan istilah Pendapatan Nasional. Pendapatan Nasional tidak hanya berguna untuk menilai perkembangan ekonomi suatu bangsa dari waktu ke waktu, tetapi juga membandingkannya dengan Negara lain. Dikenal beberapa ukuran pendapatan nasional, diantaranya: Gross National Product GNP atau Produk Nasional Bruto PNB, Gross Domestic Product GDP atau Produk Domestik Bruto, Net National Product NNP atau Produk Nasional Neto PNN, dan National Income NI atau Pendapatan Nasional PN Dumairy, 1996. Menurut Gillis et al. dalam Hendra 2004, produk Nasional Bruto PNB adalah penjumlahan nilai produk akhir barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun tanpa menghitung nilai produk antara. Produk Domestik Bruto PDB adalah penjumlahan nilai produk akhir barang dan jasa yang dihasilkan masyarakat selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun tanpa menghitung nilai produk antara, dalam penghitungannya mengeluarkan pendapatan warga Negara yang berada di luar negeri, dan memasukkan seluruh produksi dalam negeri termasuk pendapatan yang diterima warga Negara asing. PDB diangkat regional menjadi PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Penghitungan PDRB dapat dilakukan dengan dua metode yaitu: a. Metode Langsung Dalam menghitung PDRB dengan metode langsung, penghitungan didasarkan sepenuhnya kepada data daerah yang terpisah dari data nasional, sehingga hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Dalam metode ini PDRB dapat dihitung atau diukur dengan tiga pendekatan yaitu Dumairy, 1996: 1. Pendekatan Produksi PDRB merupakan jumlah barang dan jasa terakhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Unit-unit produksi dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi 11 sektor dapat juga dibagi menjadi 9 sektor yaitu: 1 pertanian; 2 pertambangan dan galian; 3 industri pengolahan; 4 listrik, gas dan air minum; 5 bangunan; 6 perdagangan; 7 pengangkutan dan komunikasi; 8 bank dan lembaga keuangan lainnya; 9 sewa rumah; 10 pemerintahan; 11 jasa-jasa. 2. Pendekatan Pendapatan PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu setahun. Balas jasa produksi dimaksudkan meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan. Semuanya dihitung sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam hal ini mencakup juga penyusutan dan pajak-pajak tak langsung neto. Jumlah komponen semua pendapatan persektor disebut nilai tambah bruto sektoral. Oleh sebab itu PDRB menurut pendekatan pendapatan merupakan penjumlahan dari nilai tambah bruto seluruh sektor atau lapangan usaha. 3. Pendekatan Pengeluaran PDRB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir, meliputi 1 pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan; 2 pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok; 3 pengeluaran konsumsi pemerintah; 4 ekspor neto yaitu ekspor dikurangi impor, dalam jangka waktu satu tahun. b. Metode Tidak LangsungAlokasi Menghitung nilai tambah suatu kelompok kegiatan ekonomi dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing-masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut. Pemakaian masing-masing metode pendekatan sangat tergantung pada data yang tersedia. Pada kenyataannya, pemakaiaan kedua metode tersebut akan saling menunjang satu sama lain, karena metode langsung akan mendorong peningkatan mutu atau kualitas data daerah, sedang metode tidak langsung akan merupakan koreksi dan pembanding bagi data daerah. Dilihat dari penjelasan diatas PDRB dari suatu daerahwilayah lebih menunjukkan pada besaran produksi suatu daerah, bukan pendapatan yang sebenarnya diterima oleh penduduk di daerah bersangkutan. Walaupun demikian PDRB merupakan data yang paling representative dalam menunjukkan pendapatan dibandingkan dengan data-data yang lainnya.

2.5.4. Konvergensi Absolut dan Konvergensi Bersyarat