Analisis Ketimpangan Pendapatan Analisis Konvergensi

Υ ⋅ Υ − Υ = ∑ i i i W n f CV 2 i Υ Υ

3.3.1. Analisis Ketimpangan Pendapatan

Pengukuran ketimpangan pendapatan antar daerah di Kawasan Timur Indonesia dilakukan dengan menggunakan metode CVw yang diperkenalkan oleh Williamson 1965 dengan rumus: dimana: CVw = indeks ketimpangan pendapatan daerah fi = jumlah penduduk di daerah i jiwa n = penduduk total jiwa = PDRB per kapita di daerah i rupiah = PDRB per kapita untuk propinsi rupiah Oshima dalam Matolla 1985 menetapkan sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat ketimpangan taraf rendah, sedang atau tinggi. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Ketimpangan taraf rendah, bila indeks ketimpangan kurang dari 0,35 b. Ketimpangan taraf sedang, bila indeks ketimpangan antara 0,35 – 0,50 c. Ketimpangan taraf tinggi, bila indeks ketimpangan lebih dari 0,50

3.3.2. Analisis Konvergensi

Dalam Garcia dan Soelistianingsih 1998 disebutkan model yang digunakan untuk menguji apakah terjadi konvergensi absolut kabupaten yang lebih miskin tumbuh lebih cepat dari pada kabupaten yang lebih kaya dapat ditulis sebagai berikut: t t y b a t y y ε + + = ln ln t i t b y b a t y y ε + Χ + + = 2 1 ln ln …………………………………………………. 5 dimana: lny t y t = Pertumbuhan pendapatan per kapita per tahun pada tahun akhir t y = PDRB per kapita tahun awal 1993,1996 dan 1998 y t = PDRB per kapita tahun akhir 2004 a = Konstanta b = Koefisien regresi t = tahun akhir dikurangi tahun awal ε t = error Jika nilai b0 akan mengakibatkan kecenderungan untuk mencapai konvergen yang tinggi atau nilai konvergensi pendapatan yang terjadi tinggi. Untuk melihat tingkat konvergensi absolut yang terjadi, data yang digunakan adalah dengan meregresikan PDRB per kapita tahun 2004 dengan PDRB per kapita tahun 1993, tahun 1996, dan tahun 1998. Untuk menguji apakah terjadi konvergensi bersyarat kabupaten yang lebih miskin tumbuh lebih cepat dari pada kabupaten yang lebih kaya jika variabel yang lain seperti presentase pendidikan dimasukkan maka model analisis yang digunakan adalah: .................................................................6 dimana: lny t y t = Pertumbuhan pendapatan per kapita per tahun pada tahun akhir t y = PDRB per kapita tahun awal 1993,1996 dan 1998 y t = PDRB per kapita tahun akhir 2004 X i = Tingkat Pendidikan tahun awal a = Konstanta b 1 , b 2 = Koefisien regresi t = tahun akhir dikurangi tahun awal ε t = error Untuk melihat tingkat konvergensi bersyarat yang terjadi, dapat dilihat dari nilai koefisien regresi. Jika nilai koefisien regresinya lebih kecil dari nol b1 0 maka akan cenderung konvergen atau nilai konvergensi antar kabupatenkota di Kawasan Timur Indonesia tinggi. 3.3.3. Koefisien Determinasi R 2 dan Adj R 2 Digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel terikatnya. Menurut Gujarati 1993, terdapat dua sifat R 2 yaitu: 1. Merupakan besaran non-negatif 2. Batasnya adalah 0 ≤ R 2 ≤ 1. Jika R 2 bernilai 1 berarti suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika R 2 bernilai 0 maka tidak ada hubungan antara variabel terikat dan bebasnya. Salah satu masalah jika menggunakan ukuran R 2 untuk menilai baik buruknya suatu model adalah akan selalu mendapatkan nilai yang terus meningkat seiring dengan penambahan variabel bebas ke dalam model, sehingga Adj R 2 bisa juga digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel terikatnya. Uji ini juga digunakan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan kedalam model dapat menerangkan model. Secara umum, R 2 Adj merupakan besaran yang paling sering digunakan untuk mengukur kebaikan-suai goodness of fit garis regresi. Koefisien determinasi mengukur persentase atau proporsional total varians dalam variabel endogen yang dijelaskan model regresi. Sifat dasar dari R 2 Adj adalah besaran yang selalu bernilai positif namun lebih kecil dari satu. Nilai R 2 Adj berkisar antara 0 hingga 1 kecocokan model dikatakan lebih baik jika R 2 Adj semakin mendekati 1 satu

3.3.4. Pengujian Terhadap Model Penduga Uji F