Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Psikomotorik
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil Minat Belajar Siswa
Instrumen yang digunakan adalah angket dengan jumlah soal 20 butir dengan skor antara 1
– 4. Dari angket tersebut diperoleh data pretest minat belajar siswa terhadap mata pelajaran TIK dengan skor terendah yang diperoleh siswa adalah 43,
skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 59 dan rata-rata sebesar 51. Sedangkan pada data posttest minat belajar, skor terendah yang diperoleh siswa adalah 54, skor
tertinggi yang diperoleh siswa adalah 68 dan rata-rata sebesar 61,5. Skor rerata ideal dijadikan kriteria untuk mengetahui kecenderungan skor
minat belajar siswa. Skor ideal tertinggi adalah 80 dan skor ideal terendah adalah 20. Sedangkan untuk skor rerata ideal M adalah 50 dan simpangan baku ideal sebesar
60 65
70 75
80 85
Penilaian Psikomotorik
Nilai rata
-r ata
Perbandingan Rata-rata Hasil Belajar Psikomotorik
Siklus I Siklus II
10. Pengambilan skor pretest dilakukan sebelum pelajaran dimulai pada siklus I sedangkan pengambilan skor posttest dilakukan setelah pelajaran selesai pada siklus
II. Peningkatan minat belajar siswa yang dianalisis dengan tabel kecenderungan
skor minat belajar menunjukan bahwa peningkatannya termasuk dalam kategori tinggi. Hal ini menunjukan keberhasilan penerapan metode pembelajaran Student
Facilitator and Explaining. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Yeni Saraswati 2009 bahwa penerapan pembelajaran kooperatif model Student
Facilitator and Explaining SFAE dapat meningkatkan minat belajar siswa.
4.2.2 Hasil Belajar Ranah Kognitif
Hasil belajar kognitif mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dan sudah memenuhi kriteria ketuntasan. Peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan
oleh penerapan metode pembelajaran Student Facilitator and Explaining pada materi format tabel, gambar dan grafik. Dalam proses pembelajaran, diterapkan metode
pembelajaran SFAE dengan membentuk lima kelompok yang beranggotakan 5 – 6
orang. Masing – masing kelompok membuat baganpeta konsep untuk selanjutnya
dipresentasikan. Pada siklus I, ketuntasan klasikal yang diperoleh belum mencapai nilai
optimal dan belum bisa dikatakan berhasil. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami konsep pelaksanaan metode pembelajaran yang diterapkan sehingga siswa
belum menguasai materi dengan baik. Sebagian besar siswa juga masih merasa
bingung untuk membuat bagankonsep materi sehingga guru harus membimbing secara khusus. Selain itu, masih banyak dijumpai siswa yang secara berulang-ulang
meminta bantuan guru karena masih merasa bingung dan ragu dengan pekerjaannya, sehingga diskusi kelompok tidak berjalan secara optimal. Kegiatan diskusi kelompok
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengolah berbagai informasi yang diperoleh setelah siswa mendapatkan penjelasan materi dari guru. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Dimyati 2009:166 yang menyatakan bahwa salah satu tujuan pengajaran pada kelompok kecil adalah memberi kesempatan kepada setiap siswa
untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional. Pada siklus II, hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan dari siklus
sebelumnya. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai memahami konsep metode pembelajaran yang diterapkan. Waktu yang tersedia untuk diskusi kelompok semakin
dapat dimanfaatkan oleh siswa, sehingga pertukaran informasi antar siswa juga semakin membaik. Hal ini terlihat pada saat siswa mempresentasikan hasil diskusi
kelompok dengan jelas dan benar. Prinsip keterlibatan siswa secara langsung dalam metode pembelajaran
Student Facilitator and Explaining terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Dita Wuri Andari 2013 yang
menyimpulkan bahwa metode Student Facilitator and Explaining dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik ranah kognitif, ranah afektif dan ranah
psikomotorik.
4.2.3 Hasil Belajar Ranah Afektif