Pengamatan Morfologi Intensitas Serangan

Tabel 4.1 Jumlah dan Tipe Kromosom Terung Belanda Perlakuan Jumlah Tipe Kromosom Kromosomn Metasentrik Submetasentrik U0T1 12 12 U0T2 12 12 U0T3 12 12 U1T1 12 11 1 no. 2 U1T2 12 10 2no. 6, 8 U1T3 12 12 U2T1 12 8 4 no. 3, 7, 10, 11 U2T2 12 9 3 no. 1, 7, 10 U2T3 12 8 4 no. 2, 3, 9, 11 U3T1 12 10 2 no. 5, 11 U3T2 12 9 3 no 6, 11, 12 U3T3 12 11 1 no. 3 Perbedaan kariotipe tanaman terung belanda kontrol dengan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.1. Lama penyinaran UV dan daya penyinaran UV tidak berpengaruh terhadap jumlah kromosom n= 12 tetapi berpengaruh pada tipe kromosom tanaman. Tipe kromosom tanaman ini ada dua yaitu metasentris dan submetasentris. Tanaman kontrol dan perlakuan U1T3 tidak memiliki tipe submetasentris. Tipe kromosom submetasentris tertinggi terdapat pada U2T1 dan U2T3 sebanyak 4. Dari semua perlakuan, submetasentris paling banyak terdapat pada kromosom no 11. Hal ini sama dengan penelitian Limbong 2013 pada tanaman kacang kedelai bahwa mutasi induksi UV dengan daya 10, 20, dan 30 watt dan lama penyinaran 5, 10 dan 15 menit dapat mengubah tipe kromosom. Menurut Deleeuw et al . 2003, radiasi UV merupakan mutagen yang kuat terhadap DNA. Menurut Lloyd 1986, induksi UV menyebabkan dimer timin yaitu terjadi ikatan kovalen antara timin dengan timin yang disebelahnya. Terjadinya ikatan kovalen dapat mengganggu aktivitas DNA.

4.2 Pengamatan Morfologi

Pengamatan morfologi terung belanda Solanum betaceum Cav meliputi tinggi dan jumlah daun. Tabel sidik ragam tinggi tanaman menunjukkan tidak berbeda Universitas Sumatera Utara nyata terhadap daya UV tetapi berbeda nyata terhadap lama penyinaran UV Lampiran 10, hal. 38. Jumlah daun tidak berbeda nyata terhadap daya UV dan lama penyinaran Lampiran 11, hal. 39. Data pengamatan morfologi terung belanda ditampilkan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Pengamatan Morfologi Terung Belanda Daya UV Rata-rata tinggi tanaman cm Waktu U0 U1 U2 U3 Rata-rata T1 9,97 10,53 12,17 14,23 11,72a T2 9,97 7,90 8,6 10,13 9,15b T3 9,97 9,90 11,5 7,4 9,69ab 9,97 9,44 10,75 10,58 10,18 Daya UV Rata-rata jumlah daun Waktu U0 U1 U2 U3 Rata-rata T1 5 8,33 5,33 7,33 6,49 T2 5 7,00 5,00 6,66 5,90 T3 5 7,00 5,66 4,66 5,58 Rata-rata 5 7,44 5,33 6,21 5,99 Keterangan: U daya UV, T waktu, U0 0 watt, U1 10 watt, U2 20 watt, U3 30 watt, T1 30 detik, T2 60 detik dan T390 detik, huruf kecil yang berbeda menyatakan berbeda nyata 5 setelah uji duncan Berdasarkan Tabel 4.2, rata-rata tinggi tanaman paling tinggi terdapat pada perlakuan U3T1 14,23 cm dan terendah terdapat pada perlakuan U3T3 7,4 cm. Rata-rata jumlah daun tertinggi terdapat pada U1T1 8,33 dan terendah terdapat pada U3T3 4,66. Batang tertinggi tidak mengikuti daun paling banyak, sedangkan batang terendah diikuti dengan jumlah daun yang sedikit. Hal ini terjadi karena mutasi UV terjadi secara acak dan berpengaruh terhadap perubahan fenotip sehingga hasil didapat tidak konsisten. Daya UV yang tinggi menyebabkan penurunan tinggi tanaman dan jumlah daun. Hal ini berbeda dengan penyinaran UV pada kacang kedelai yang dilakukan oleh Limbong 2013 bahwa pengaruh peningkatan daya 30 watt dan lama penyinaran UV 15 menit menyebabkan peningkatan tinggi tanaman. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.2 Pengaruh lama penyinaran UV terhadap rata-rata tinggi terung belanda

4.3 Intensitas Serangan

Colletotrichum sp. Pada Daun Tabel sidik ragam intensitas serangan pada daun terung belanda menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap lama penyinaran UV tetapi berbeda nyata terhadap daya UV Lampiran 12, hal. 40. Data intensitas serangan Colletotrichum sp. pada daun terung belanda dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Intensitas Serangan Colletotrichum sp. Pada Daun Terung Belanda Daya UV Intensitas serangan Waktu U0 U1 U2 U3 Rata-rata T1 32,96 8,67 18,27 7,09 16,75 T2 32,96 5,83 6,13 5,37 12,44 T3 32,96 34,55 7,69 7,22 20,61 32,96a 16,35a 10,70ab 6,56b 16,64 Keterangan: U daya UV, T waktu, U0 0 watt, U1 10 watt, U2 20 watt, U3 30 watt, T1 30 detik, T2 60 detik dan T390 detik, huruf kecil yang berbeda menyatakan berbeda nyata 5 setelah uji duncan Berdasarkan Tabel 4.3, intensitas serangan Colletotrichum sp. pada daun terung belanda tertinggi terdapat pada perlakuan U1T3 34,55 dan terendah pada perlakuan U3T2 5,37. Secara umum intensitas serangan Colletotrichum sp. lebih tinggi pada kontrol dibandingkan dengan perlakuan UV kecuali pada 2 4 6 8 10 12 14 T1 T2 T3 Ra ta -ra ta t ing g i ta na m a n cm Lama penyinaran UV detik Ket. : T1= 30 detik T2= 60 detik T3= 90 detik Universitas Sumatera Utara perlakuan U1T3. Sinar UV berperan terhadap ketahanan karena daya UV yang tinggi menurunkan intensitas serangan. Intensitas serangan patogen terhadap tanaman selain dipengaruhi oleh mutagen juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Menurut Soenartiningsih dan Haris 2010, intensitas serangan penyakit antraknosa dipengaruhi oleh kelembaban dan curah hujan. Menurut Semangun 1996, Cuaca yang sangat lembap membantu jamur membentuk banyak spora pada bagian tanaman sakit sehingga intensitas serangan juga meningkat. Kurva respon rata-rata intensitas serangan Colletotrichum sp. pada daun terung belanda terhadap daya UV dapat dilihat pada Gambar 4.3. Semakin tinggi daya UV maka semakin rendah intensitas serangan Colletotrichum sp. pada daun atau sebaliknya. Gambar 4.3 Pengaruh daya UV terhadap rata-rata intensitas serangan Colletotrichum sp. pada daun terung belanda Menurut Semangun 1996, 2000, penyakit antraknosa oleh Colletotrichum sp. pada daun muda menyebabkan daun mati dan pada daun dewasa menyebabkan terjadinya bercak-bercak nekrosis sampai menjadi lubang. Pada bagian-bagian bunga terjadi bintik-bintik kecil berwarna hitam dan akan menyebabkan sebagian atau seluruh kuncup bunga rontok. Serangan Colletotrichum sp. pada daun terung belanda dapat mengurangi hasil fotosintesis karena tempat untuk fotosintesis telah berkurang akibat jaringan daun mati. Hasil fotosintesis berkurang menyebabkan penurunan kualitas dan kuantitas tanaman. 5 10 15 20 25 30 35 U0 U1 U2 U3 Ra ta -ra ta inte ns it a s ser a ng a n Daya UV watt Ket. : U0= 0 watt U1= 10 watt U2= 20 watt U3= 30 watt Universitas Sumatera Utara

4.4 Kadar Protein