Beberapa senyawa fenolik fenol dan hasil oksidasi enzimnya quinon menghasilkan ketahanan terhadap penyakit melalui reaksi penghambatan terhadap
enzim pektinolitik dan enzim patogen lain, tetapi bukan terhadap patogen itu sendiri. Pada beberapa penyakit pada jaringan yang lebih tahan, kandungan
fenolnya lebih tinggi dan fenol tersebut tidak menghambat pertumbuhan patogen. Fenol tersebut menghambat enzim pektinolitik dan memberi peranan dalam
ketahanan terhadap patogen Agrios, 1996.
2.5 Jamur
Collectotrichum
sp.
Colletotrichum
merupakan jamur yang bersifat kosmopolitan, sehingga jamur ini dapat menyebabkan penyakit pada beberapa jenis tanaman. Menurut Wahyuni
2011, pengamatan mikrokropis koloni
Colletotrichum
sp. memperlihatkan hifa bersepta tipis, konidiofor pendek tidak bercabang, konidium bersel satu, jorong
memanjang, tidak bersekat, dan terbentuk pada ujung konidiofor.
Penyakit
Colletotrichum
atau antraknosa menunjukkan simpton pada daun, batang, dan buah. Penyakit ini menyebabkan nekrosis pada daun. Gejala ini yang
disebut sebagai hawar daun
leaf blight
. Daun muda yang sakit dapat juga membentuk bintik-bintik kecil dan biasanya rontok. Pada daun dewasa, bercak-
bercak nekrosis tidak teratur. Bercak-bercak ini dapat menjadi lubang Semangun, 2000. Serangan lebih berat pada musim hujan. Pada serangan berat, batang dan
buah terserang juga Tjahjadi, 1989. Cuaca yang sangat lembap membantu jamur membentuk banyak spora pada bagian tanaman yang sakit. Pada bagian-bagian
bunga terjadi bintik-bintik kecil berwarna hitam dan akan menyebabkan sebagian atau seluruh kuncup bunga rontok Semangun, 1996.
Penyakit antraknosa tersebar melalui biji atau benih, angin dan sisa tanaman yang terserang. Pengendalian dilakukan dengan pemusnahan bagian
tanaman yang terserang, pergiliran tanaman dan penyemprotan fungisida yang disesuaikan dengan tempat penanaman varietas yang terserang Tjahjadi, 1989.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Desember 2012 di Laboratorium sentral, Mikrobiologi, Genetika, Departemen Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, dan Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah cawan petri, gelas benda, gelas penutup, mikroskop, kamera digital, polibag, gelas ukur, corong, Erlenmeyer, gelas beker, tabung
reaksi, rak tabung reaksi, spatula, tangkai pengaduk, neraca analitik, pinset, pisau, lampu spiritus, oven, inkubator, autoklaf, kulkas, silet, vortex, gunting, pipet
volume, mikro pipet, pipet serologi, pensil, penggaris, mortar, semprot tangan, aluminium poil, thermos, spektrofotometer dan sentrifus.
Bahan yang digunakan adalah biji terung belanda
Solanum betaceum
Cav varietas berastagi, media kompos : pasir : humus 1:1:1, sinar UV, kertas saring, akuades, gliserin, asetokarmin, HCl 1N, asam asetat, filtrat
Colletotrichum
sp., media PDA, media GYB, alkohol 70, H
2
SO
4
5, H
2
O
2
, Triton X 100 0,15 , nitrogen cair, buffer fosfat , buffer Tris-HCl, BSA, Quick Strat Bradford, dan
pyrogallol.
Universitas Sumatera Utara
3.3 Metode Penelitian