Kurikulum Lembaga Pendidikan Islamiyah pada masa Pemerintahan Jepang

didatangkan dari Minangkabau sendiri mengingat masyarakat Sibolga belum mempunyai pengetahuan yang luas tentang Islam. 63 Pelajaran-pelajaran seperti Hadits, Fiqih, Lughoh, Nahwu Sharaf, Tarikh, Khat, Akhlak, Tafsir, Mahfuzhat,dan Ilmu Kalam adalah pelajaran utama yang diajarkan pada saat itu. Untuk itu diperlukan tenaga pengajar yang memang benar-benar mengetahui tentang pelajaran itu, sehingga tenaga pengajar atau guru didatangkan dari Minangkabau guna memberikan pengajaran yang lebih baik tentang pelajaran-pelajaran yang disebutkan diatas.

4.2.2 Kurikulum Lembaga Pendidikan Islamiyah pada masa Pemerintahan Jepang

Pendidikan pada masa pemerintahan kolonial merupakan suatu hal yang sullit untuk didapatkan bagi masyarakat pribumi. Hal itu terkait dengan kedatangan kolonial yang hanya ingin menguras kekayaan alam Indonesia. Kemudian pada perkembangan selanjutnya, muncul pula politik etis yang merupakan politik balas budi terhadap negara jajahan. Munculnya suatu kebijakan yang melahirkan politik etis tersebut kemudian membuka jalam masyarakat untuk dunia pendidikan, 63 Wawancara dengan Ketua Yayasan Perguruan Islamiyah Sibolga Bpk. Raja Zafar Hutagalung pada tanggal 28 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara walaupun sangat terbatas. Dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sumbangan dari pemerintahan Belanda terhadap masyarakat jajahannya di Indonesia. Perkembangan pendidikan di wilayah Indonesia pada awalnya membuka sekolah-sekolah milik pemerintahan Belanda kemudian muncul pula sekolah-sekolah zending Kristen. Di Sibolga hal serupa juga terjadi. Hanya terdapat sekolah milik Belanda dan Zending Kristen di daerah ini. Hingga pada tahun 1926 muncul sekolah yang berbeda, yaitu Islamiyah School yang kemudian berubah menjadi Lembaga Pendidikan Islamiyah. Pada awalnya setelah Jepang berkuasa di wilayah Sibolga dengan sifat fasismenya, Jepang meleburkan sekolah-sekolah milik pemerintahan Belanda yang penuh dengan kelas-kelas sosial itu menjadi satu. Semua sekolah hanya terdiri dari satu, yaitu sekolah rakyat dengan lama pendidikan 6 enam tahun. Orang Jepang menyebut sekolah tersebut Zintyo Koto Syogakko yang artinya sekolah milik pemerintah. Penghapusan sistem kelas dalam pendidikan ini ditujukan untuk mengurangi pengaruh yang diberikan pemerintahan Belanda yang lebih dahulu berkuasa di Sibolga. Selain dari penghancuran sistem kelas, pemerintahan Jepang menekankan pemakaian bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia sebagai pengganti bahasa Belanda bertujuan untuk penghapusan secara menyeluruh terhadap pengaruh Belanda serta menciptakan paradigma baru terhadap Jepang. Universitas Sumatera Utara Lembaga Pendidikan Islamiyah sebagai suatu sekolah atau lembaga pendidikan yang ada pada masa pemerintahan Jepang ternyata hanya tersentuh oleh perubahan bahasa yang dicanangkan oleh pemerintahan Jepang. Untuk peleburan pendidikan seperti sekolah milik Belanda lainnya, lembaga tersebut tidak melakukannya. Hal ini dikarenakan pemerintahan Jepang beranggapan bahwa Lemaga Pendidikan Islamiyah hanya merupakan sebuah perkumpulan untuk mengajarkan Islam saja, dan pendidikan umum yang terdapat di dalamnya hanyalah sebuah tambahan pendidikan yang tidak terlalu penting dan bersifat formalitas. Keberadaan Lembaga Pendidikan Islamiyah pada awal masa pendudukan Jepang di Sibolga membawa perubahan baru di wilayah ini. Dengan lahirnya Lembaga Pendidikan Islamiyah yang ada di Sibolga menjadi sebuah keuntungan terhadap perkembangan pendidikan. Keuntungan yang dimaksudkan adalah perkembangan pendidikan yang semakin beragam dengan lahirnya lembaga tersebut, tidak hanya adanya pendidikan formal pada masa pendudukan Belanda dan sistem pendidikan zending Kristen, tetapi juga pendidikan yang bercorak Islam. Pendidikan yang lahir melalui Lembaga Pendidikan Islamiyah Sibolga tidak dapat dipungkiri mampu membentuk suatu sistem pendidikan yang baru, yaitu sistem pendidikan Islam yang kemudian berkembang hingga saat ini. Pada masa kedatangan Jepang peran utama yang mendapatkan sorotan adalah perkembangan lembaga Islamiyah yang memperkenalkan masyarakat terhadap dunia pendidikan Islam. Selain itu, terbentuknya sistem pendidikan Islami yang lebih kokoh Universitas Sumatera Utara dan akurat dari sebelumnya, juga menjadi sebuah kemajuan yang pesat dalam kurun waktu yang sempit. Hal ini ditandai dengan timbulnya beberapa bagian atau jenjang pendidikan yang disusun secara baik di lembaga tersebut. Perkenalan pendidikan Islam di wilayah Sibolga oleh Lembaga Pendidikan Islamiyah turut pula mencerdaskan masyarakat di sekitaranya. Perkembangan pendidikan Islam tentunya tetap mendapat hambatan dari pemerintahan Jepang. Hambatan yang diterima dari pemerintahan Jepang berupa kebijakan yang mewajibkan masyarakat, khususnya pemuda-pemudi, untuk mengikuti latihan militer dan kerja paksa atau romusha. Sehingga pendidikan merupakan hal kedua bagi masyarakat. Terlebih lagi pemerintahan Jepang hanya mengutamakan tenaga-tenaga muda yang masih kuat untuk dijadikan romusha, setelah lulus sekolah-sekolah Jepang pada umumnya pemuda memilih sebagai tentara sukarelawan Jepang karena mereka takut dijadikan romusha. Pada dasarnya sistem pendidikan yang diterapkan pada masa pemerintahan Jepang di Sibolga ataupun daerah-daerah lain memproritaskan tentang pelatihan militer, sehingga sedikit banyak terdapat ikut campur pemerintahan Jepang dalam sebuah lembaga ataupun sekolah di Sibolga. Untuk kurikulum, 64 Jepang berusaha menciptakan kurikulum yang dapat membantu melahirkan siswa yang mampu memenangkan Jepang dalam perang Asia Timur Raya. 64 Kurikulum berasal dari bahasa Latin yaitu curriculae yang berarti jarak yang harus ditempuh. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk pembelajaran siswa. Universitas Sumatera Utara Secara umum untuk pendidikan yang diadakan Jepang di Indonesia, tidak dilakukan perubahan terhadap kurikulum sebelumnya. Akan tetapi tetap dipergunakan dan ditambah dengan pelajaran adat istiadat Jepang dan bahasa Jepang. Selain itu, setiap siswa pada sebuah sekolah ataupun lembaga dikenakan wajib militer, senam pagi serta melakukan beberapa kegiatan seperti menghormat bendera Jepang sebelum dan sesudah memulai pelajaran. Kegiatan ini dilakukan guna mendukung Jepang dalam perang yang akan dilakukan. 65 Seperti yang dipaparkan sebelumnya, bahwa pada tingkatan dasar di Lembaga Pendidikan Islamiyah disajikan pelajaran bahasa Arab yang berarti setiap murid atau siswa harus belajar tulisan Arab huruf Hijaiyah dengan segala aturannya. Kemudian pada tingkat selanjutnya, yaitu tingkatan kedua pada Lembaga Pendidikan Islamiyah siswa akan belajar lagi bahasa Arab Lughotul Arabiyah. Kebijakan yang dilakukan dengan belajar bahasa Arab tersebut dilakukan mengingat bahwa lembaga Islamiyah merupakan sebuah sekolah Islam yang harus tetap memprioritaskan agama Islam. 66 Selanjutnya, karena tulisan lain seperti tulisan latin belum banyak yang mengenal, maka lembaga tersebut mempergunakan tulisan Arab dengan bahasa Melayu, lalu timbullah istilah tulisan Arab Melayu atau tulisan Melayu. 67 Tulisan-tulisan ini dipergunakan untuk menerjemahkan buku-buku berbahasa Arab dan dipergunakan 65 Wawancara dengan Bpk. Khairuddin Panggabean pada tanggal 13 Maret 2011 66 Wawancara dengan Ibu Syamyiah pada tanggal 25 Mei 2011 67 Wawancara dengan Bpk. Raja Zafar Hutagalung pada tanggal 25 Mei 2011 Universitas Sumatera Utara untuk surat-surat penting dan surat-surat umum. Surat penting yang dimaksudkan adalah surat edaran lembaga yang ditujukan kepada orang tua siswa ataupun surat keputusan kepala lembaga mengenai kebijakan yang diambil. Penggunaan huruf Arab Melayu ini mulai digunakan sejak pertama didirikannya Lembaga Pendidikan Islamiyah Sibolga. Pada awalnya tulisan latin memang kurang diminati oleh siswa dan sekolah Islamiyah, karena tulisan Arab telah dianggap cukup untuk kebutuhan belajar bahkan untuk kepentingan umum. Selain itu, terdapat anggapan bahwa tulisan latin merupakan tulisan penjajah sehingga penggunakan tulisan latin semakin kurang diminati. Akan tetapi, seiring dengan perjalanan waktu, sekolah-sekolah umum lainnya yang ada di wilayah Sibolga telah menggunakan tulisan latin, sehingga Lembaga Pendidikan Islamiyah juga harus menyesuaikan diri. Keputusan untuk menggunakan tulisan latin pada Lembaga Pendidikan Islamiyah dilakukan guna tidak terjadi ketertinggalan pada lembaga tersebut. Pada awalnya tulisan latin selalu identik dengan bahasa Belanda pada zaman kolonial, sehingga Lembaga Pendidikan Islamiyah mengajarkan sedikit tentang bahasa Belanda. Selain itu Belanda juga sangat licik menanamkan pengaruhnya kepada penduduk pribumi. Penggunaaan bahasa Belanda menambah hambatan sosial antara mereka yang bisa menggunakan bahasa Belanda dan tidak dapat menggunakannya. Strata sosial seseorang akan naik bagi mereka yang dapat Universitas Sumatera Utara menggunakan bahasa Belanda, sedangkan mereka yang tidak dapat mempergunakannya akan merasa tertekan dan rendah diri. 68 Pembelajaran bahasa Belanda yang ada pada lembaga tersebut tidak terprogram dengan baik, sehingga pelajaran bahasa Belanda pada lembaga ini hanya berjalan beberapa bulan saja. Setelah kedatangan Jepang, bahasa Belanda tidak lagi menjadi perhatian sekolah atau lembaga, dan akhirnya tidak dipergunakan lagi, selanjutnya bahasa Belanda diganti dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jepang. Jepang menanamkan ideologinya melalui bahasa, sehingga pada setiap sekolah ataupun lembaga diwajibkan untuk mengajarkan bahasa Jepang. Kurang lebih tiga setengah tahun Jepang berada di wilayah Sibolga, namun kurikulum tentang pendidikan pada masa pemerintahan Jepang kurang jelas. Oleh karena itu begitu Jepang meninggalkan Sibolga ataupun Indonesia, kurikulum yang jelas tidak dimiliki. Khususnya pada Lembaga Pendidikan Islamiyah, terlebih setelah dijadikannya gedung lembaga tersebut menjadi lapangan terbang untuk pesawat “capung” milik Jepang, segala sesuatu invetarisasi tentang kurikulum pendidikan pada masa Jepang musnah. Kebanyakan informasi tentang pendidikan pada masa pendudukan Jepang adalah hasil dari percakapan dan ingatan seseorang kepada orang lain. 68 Wawancara dengan Bpk. Parlindungan Halomoan Simatupang pada tanggal 26 Mei 2011 Universitas Sumatera Utara BAB V PERAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAMIYAH TERHADAP MASYARAKAT SIBOLGA TAHUN 1942-1945

5.1 Keberadaan Lembaga Pendidikan Islamiyah Bagi Masyarakat Sibolga