murid-murid di lembaga ini. Bentuk-bentuk usaha lain yang dilakukan oleh lembaga ini adalah dengan memberdayakan murid-murid untuk mengjarkan `Islam kepada
masyarakat lain diluar Lembaga Pendidikan Islamiyah sehingga ajaran Islam tidak hanya terpusat di lembaga ini saja, tetapi menyebar ke wilayah lainnya.
4.2.1 Rekruitmen Guru di Lembaga Pendidikan Islamiyah pada Masa Pemerintahan Jepang
Proses belajar mengajar dalam sebuah sekolah tentunya menghadirkan pengajar dan yang diajarkan. Seorang tenaga pengajar akan melakukan berbagai
kegiatan yang berhubungan dengan kemajuan dari siswanya. Maka dari itu proses rekruitmen di dalam sebuah sekolah ataupun lembaga pendidikan haruslah dilakukan.
Pada Lembaga Pendidikan Islamiyah rekruitmen guru yang dilakukan adalah dengan melihat kemampuan dari seseorang.
Proses rekruitmen guru yang ada pada lembaga Pendidikan Islamiyah sejak berdirinya hingga pada akhir pendudukan Jepang di Sibolga dilakukan secara
terbuka. Apabila seseorang dianggap mampu melakukan tugas sebagai pengajar di dalam lembaga tersebut maka dia akan diminta untuk mengajar di lembaga itu. Oleh
kerena itu tidak terbatas kemungkinan apabila seseorang bisa mengaji ataupun mengetahui tentang cara membaca aksara Arab dan Melayu dijadikan guru.
Universitas Sumatera Utara
Stuktur kepengurusan yang ada pada Lembaga Pendidikan Islamiyah Sibolga pada masa pemerintahan Jepang yaitu :
Ketua : H. Muhammad Kasim Al-Mahmudi
Wakil Ketua : Ibnu Hajib Sekretaris :
Qamaruddin Bendahara
: Siti Rajin Pohan Anggota :
Jamahulkahar Chadijah Pohan
M. Kamil
60
Seperti sebelumnya, kepengurusan dari lembaga merangkap sebagai pengajar di Lembaga Pendidikan Islamiyah. Keterbatasan tenaga pengajar pada lembaga ini
menyebabkan seorang guru harus menguras tenaga serta waktunya dalam menjalankan tugas sebagai seorang tenaga pengajar yang baik. Seorang guru harus
mampu membagi waktu antara kelas yang satu dengan kelas yang lainnya akibat keterbatasan yang ada.
Kegiatan belajar mengajar untuk tingkatan pertama pada Lembaga Pendidikan Islamiyah dimulai pagi hari pada pukul 08.00 hingga pada pukul 11.00 siang. Untuk
tingkatan kedua dimulai pada pukul 12.00 siang hingga pada pukul 16.00 sore,
60
---------------, Perguruan Islamiyah Dari Masa Ke Masa, Sibolga: Tanpa Penerbit, 1995, hlm. 54
Universitas Sumatera Utara
sedangkan untuk tingkatan ketiga dimulai dari pukul 18.00 hingga pada pukul 21.00 malam. Dalam proses belajar mengajar yang terjadi pada lembaga tersebut tidak
terdapat istilah istirahat seperti sekolah-sekolah pada umumnya. Hal ini dilakukan untuk dapat mengajarkan seluruh siswanya secara merata dalam setiap pertemuan.
Selain itu, pihak Lembaga Pendidikan Islamiyah pada masa pendudukan Jepang membagi waktu dengan maksud agar dapat melakukan sholat berjamaah di masjid
dengan siswa-siawanya, sehingga pembagian waktu belajar dilakukan berdekatan dengan waktu sholat.
61
Kebanyakan tenaga pengajar dari Lembaga Pendidikan Islamiyah pada awalnya berasal dari Minangkabau, seperti H. Abdul Manam dan H. Muhammad
Kasim Al-Mahmudi. Akan tetapi untuk perekrutan guru atau tenaga pengajar dalam lembaga tersebut dilakukan terhadap masyarakat sekitar dan alumni yang dianggap
mampu untuk mengajar. Jika seseorang bisa membaca ataupun menulis Al-Qur’an dengan baik, serta dianggap mampu menjadi seorang pengajar maka dia dapat
dijadikan sebagai pengajar. Hal ini terjadi pada pengajaran tingkat dasar di Lembaga Pendidikan Islamiyah Sibolga.
62
Pada tingkat selanjutnya, yaitu tingkatan kedua dari Lembaga Pendidikan Islamiyah untuk rekruitmen guru dilakukan terhadap orang-orang yang mengetahui
dengan baik beberapa mata pelajaran yang diajarkan. Tenaga pengajar lebih banyak
61
Wawancara dengan Ibu Nur Hasanah pada tanggal 29 Maret 2011
62
Wawancara dengan Ibu Zainah Ramadhan pada tanggal 29 Maret 2011
Universitas Sumatera Utara
didatangkan dari Minangkabau sendiri mengingat masyarakat Sibolga belum mempunyai pengetahuan yang luas tentang Islam.
63
Pelajaran-pelajaran seperti Hadits, Fiqih, Lughoh, Nahwu Sharaf, Tarikh, Khat, Akhlak, Tafsir, Mahfuzhat,dan
Ilmu Kalam adalah pelajaran utama yang diajarkan pada saat itu. Untuk itu diperlukan tenaga pengajar yang memang benar-benar mengetahui tentang pelajaran
itu, sehingga tenaga pengajar atau guru didatangkan dari Minangkabau guna memberikan pengajaran yang lebih baik tentang pelajaran-pelajaran yang disebutkan
diatas.
4.2.2 Kurikulum Lembaga Pendidikan Islamiyah pada masa Pemerintahan Jepang