Faktor Ekonomi Faktor Politik

5.2.1 Faktor Ekonomi

Perjuangan Jepang pada perang Asia Timur Raya telah membawa banyak perubahan yang mendasar bagi masyarakat Sibolga. Kemiskinan menjadi gambaran yang umum pada masa pemerintahan Jepang. Oleh karena perang, barang-barang kebutuhan sehari-hari sangat langka, sehingga masyarakat di kota Sibolga dipaksa untuk bercocok tanam di setiap lahan yang ada di pinggiran kota guna mengisi lumbung makanan. Suatu proses kemiskinan di segala bidang masyarakat terjadi. Tentu saja karena hal tersebut masyarakat harus difokuskan dalam melakukan kegiatan yang dapat mempertahankan sumber kehidupan yaitu tetap mengadakan pangan bagi tentara perang. Selain itu demi kelangsungan hidup masyarakat harus tetap melakukan kegiatan bertani. Sehingga segala kegiatan yang tidak berkaitan dengan bercocok tanam ditiadakan. Kegiatan di Lembaga Pendidikan Islamiyah juga mengalami kemunduran karena hal tersebut. Segala kegiatan yang pernah dilakukan di lembaga itu di non aktifkan karena masyarakat termasuk tenaga pengajar dan siswanya harus tetap mengikuti segala keinginan Jepang untuk bercocok tanam guna kelangsungan hidup. Kemiskinan yang terjadi pada masa pemerintahan Jepang telah merubah seluruh kegiatan lembaga tersebut. Kegiatan belajar serta kelangsungan penyebaran Islam Universitas Sumatera Utara oleh lembaga tersebut berhenti karena harus fokus pada segala kegiatan yang diperintahkan oleh Jepang. 72

5.2.2 Faktor Politik

Perang yang dilakukan oleh Jepang di Asia Timur Raya dengan lebih mengaktifkan Gerakan 3A Jepang Peminpin Asia, Jepang Pelindung Asia, dan Jepang Cahaya Asia merubah segala bentuk politik di wilayah kota Sibolga. Berbagai kegiatan dan kebijakan Jepang seperti menjadikan pemuda-pemuda sebagai tenaga bantuan dalam perang dan menjadikan mereka sebagai romusha menjadi hal yang merubah setiap kegiatan masyarakat. Pemerintahan Jepang mengambil kebijakan yang mewajibkan setiap instansi dan masyarakat yang ada di Sibolga mengambil peran dalam segala kegiatan yang berhubungan dengan perang yang dilakukan Jepang. Banyaknya pemuda-pemuda yang dijadikan sebagai romusha serta pembatu dalam perang menjadikan kegiatan yang mereka lakukan sebelumnya seperti sekolah menjadi terhenti. Fokus mereka adalah mengikuti keinginan Jepang untuk tetap bertahan di wilayah tersebut dengan melakukan kerja paksa atau romusha. Karena banyaknya pemuda-pemuda yang dijadikan sebagai romusha oleh Jepang maka pelajar-pelajar di Lembaga Pendidikan Islamiyah pun mengalami 72 Wawancara dengan Ibu Nurkasminah Panggabean pada tanggal 28 Maret 2011 Universitas Sumatera Utara kekosongan. Tentunya kegiatan belajar mengajar tidak dapat dilakukan tanpa adanya orang yang diajarkan. Ini merupakan hambatan lembaga tersebut untuk melakukan segala aktifitas yang sebelumnya telah dilakukan. 5.2.3Sistem Keyakinan Upacara Sukerei merupakan suatu upacara yang dilakukan dan diterapkan di berbagai instansi oleh pemerintahan Jepang di Sibolga. Upacara Sukerei yang merupakan upacara untuk menghormati kaisar Jepang dilakukan oleh setiap masyarakat. Tidak terkecuali di Lembaga Pendidikan Islam. Hal ini menjadi pembiasan terhadap sistem keyakinan sebagai dampak upacara sukerei yang dipaksakan yang bertentangan dengan Islam. Oleh karena munculnya dua keyakinan dalam lembaga yaitu agama Islam dan kepercayaan kepada kaisar Jepang dalam bentuk upacara Sukerei menyebabkan kebingungan dalam masyarakat Sibolga. Akibatnya muncul kebimbangan dan berkurangnya rasa percaya masyarakat terhadap penyelenggaraan sistem pendidikan pada lembaga tersebut. Dengan hilangnya keyakinan masyarakat terhadap lembaga itu, tentu saja akan berdampak terhadap segala aktifitas lembaga. Selanjutnya terjadi penurunan terhadap segala kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Islam dalam penyebaran Islam di berbagai wilayah lain di sekitar Sibolga. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan pikiran-pikiran di ataslah, secara psikologis masyarakat tidak berkeinginan untuk menyekolahkan anak-anak mereka di Lembaga Pendidikan Islamiyah. Selain itu, Lembaga Pendidikan Islamiyah tetap menjadi penyeimbang dalam masyarakat Sibolga sebagai sebuah bentuk perkumpuan yang mempu menyuarakan aspirasi masyakarat pada masa pemerintahan Jepang. Universitas Sumatera Utara BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan