Uraian Tentang Pengertian BUMN

terutama akibat rasa rendah diri, fatalisme, malas, dan rasa terisolir. Sedangkan, dari aspek politik berkaitan dengan kecilnya akses terhadap berbagai fasilitas dan kesempatan, diskriminatif, posisi lemah dalam proses pengambil keputusan. Ada 2 teori kemiskinan, yaitu teori struktural dan kultural, atau yang sering disebut dengan kemiskinan alamiah dan kemiskinan buatan. Yang pertama, teori struktural buatan mengatakan bahwa kemiskinan disebabkan oleh struktur sosio- politik yang membuat masyarakat miskin. Dengan kata lain, struktur sosial masyarakat yang disebabkan kebijakan politik tertentu, atau struktur hukum tertentu membuat masyarakat kehilangan kesempatan dan sulit membangun kesempatan untuk memberdayakan dirinya dalam hal ekonomi. Dan yang kedua, teori kultural alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Karena penyebab kemiskinan yang terjadi di Indonesia sangat kompleks, maka perspektif dalam melihat kemiskinan tersebut cara untuk mengatasinya pun harus dilihat berdasarkan persoalan real dalam masyarakat. Masyarakat mana yang harus secara langsung mendapat bantuan dana, dan masyarakat mana yang harus disiapkan baik dari segi pendidikan, pelatihan maupun lapangan kerja.

D. Uraian Tentang Pengertian BUMN

Sesuai dengan isi dari Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 disebutkan bahwa Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Universitas Sumatera Utara Sedangkan Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 lima puluh satu persen sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. Bagi direksi perusahaan yang berbentuk persero terdapat ketentuan perusahaan yang lebih khusus, sebagaimana diatur dalam pasal 6 sampai dengan pasal 17 Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan Persero, sebagaimana telah diubah dengan PP No. 45 Tahun 2001. Keberadaan direksi persero, disamping diatur dalam UUPT juga diatur dalam PP No. 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan Persero. Dan Perusahaan Perseroan Terbuka, yang selanjutnya disebut Persero Terbuka, adalah Persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi kriteria tertentu atau Persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal. Disamping itu, terdapat ketentuan lain yang khusus berlaku dalam perusahaan berstatus BUMN, yaitu Keputusan Menteri BUMN No. 117M- MBU2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan praktek Good Corporate Gouvernance dalam Badan Usaha Milik Negara BUMN. Dalam ketentuan ini antara lain menyatakan Perusahaan Perseroan Persero sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 2 PP No. 121998. Oleh karena itu, perusahaan perseroan Persero harus tunduk kepada ketentuan yang diatur dalam Keputusan Menteri BUMN Widiyono, 2004 : 119 Ketentuan tersebut dimaksudkan sebagai perintah dari Menteri BUMN kepada BUMN yang berada di bawah pengawasannya agar menjalankan prinsip Good Corporate Gouvernance, disamping sebagai upaya untuk memberikan landasan Universitas Sumatera Utara hukum dan pedoman bagi BUMN dalam melaksanakan Good Corporate Gouvernance. Prinsip-prinsip Good CorporateGouvernance meliputi : 1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevean mengenai perusahaan. 2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa bantuan kepentingan dan pengaruh tekanan dari pihak mana pun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ sehingga perusahaan terlasana secara efektif. 4. Pertanggung jawaban, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. 5. Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yag timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku Widiyono.2004:121 6. UU RI No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN, BAB I Ketentuan Umum Pasal 2 ayat 1 tentang maksud dan tujuan pendirian BUMN.

E. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan