BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada perkembangan bisnis saat ini, didirikannya suatu perusahaan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui
peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham Ramadhan, 2009 . Tujuan tersebut dapat dicapai apabila pengelolaan perusahaan diserahkan kepada
para profesional manajerial dan insiders atau sering disebut agen, karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan Shelly, 2009.
Kepemilikan institutional institusional ownership merupakan persentase kepemilikan saham oleh investor-investor institutional. Sedangkan kepemilikan
manajerial merupakan persentase kepemilikan saham oleh pihak manajerial yang dapat mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham.
Kepemilikan manajerial manajerial ownership dapat mempengaruhi keputusan pencarian dana yang berupa keputusan untuk menggunakan hutang atau dengan
mengeluarkan saham baru. Damayanti, 2006. Dalam pengelolaan perusahaan, pihak manajemen sering mempunyai tujuan lain yang bertentangan dengan tujuan
utama perusahaan sehingga timbul konflik kepentingan antara pihak manajemen dengan pemegang saham.
Manajemen cenderung melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif dan tidak produktif untuk kepentingan pribadinya, seperti peningkatan gaji dan status
sedangkan pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut
Universitas Sumatera Utara
karena akan menambah biaya perusahaan dan penurunan dividen Aryadi, 2009. Ini berarti bahwa manajer tidak menjalankan kebijakan yang terbaik bagi
pemegang saham karena resiko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham principal. Perbedaan kepentingan
ini dapat berpengaruh terhadap keputusan pencarian dana. Konflik tersebut dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme
pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan yang terkait. Akan tetapi, munculnya mekanisme pengawasan tersebut akan menimbulkan biaya yang
disebut sebagai agency cost. Dengan peningkatan mekanisme pengawasan dalam perusahaan yaitu dengan mengaktifkan monitoring melalui investor-investor
institutional maka dapat mengurangi agency cost Aryadi, 2009. Dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal terhadap kinerja manajemen Damayanti, 2006. Teori keagenan menyebutkan bahwa agency cost adalah jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk kepentingan struktural, administrasi, dan pelaksanaan kontrol baik formal maupun non- formal, ditambah residual loss Jensen dan Meckling,
1976 yang dikutip Kurniati 2007. Aspek-aspek masalah keagenan selalu dimasukkan kedalam keuangan perusahaan karena banyaknya keputusan
keuangan yang diwarnai oleh masalah keagenan Shelly, 2009. Permasalahan agensi agency problem akan terjadi apabila proporsi kepemilikan manajerial atas
saham kurang dari 100 sehingga manajer cenderung bertindak mengejar kepentingan sendiri dan sudah berdasarkan maksimalisasi nilai perusahaan dalam
Universitas Sumatera Utara
pengambilan keputusan pendanaan Jensen dan Meckling, 1976 yang dikutip Kurniati 2007.
Selain itu, Free cash flow biasanya juga menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer. Free Cash Flow merupakan kas lebih
perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk operasi atau investasi Damayanti, 2006. Manajer
berkeinginan dana tersebut digunakan untuk investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa mendatang akan menambah insentif bagi
manajer, sedangkan pemegang saham menginginkan dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraannya. Untuk mengatasi dugaan penggunaan free
cash flow oleh manajer maka diperlukan pembentukan hutang. Hal ini bisa mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan aliran kas bebas atau free
cash flow guna membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak optimal Aryadi, 2009. Penelitian yang mengenai faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang
perusahaan telah banyak dilakukan. Penelitian ini tidak akan menghasilkan jawaban yang maksimal dari yang sebenarnya tanpa ada teori-teori dan
penemuan-penemuan sebelumnya yang mendukung. Diantara hasil penelitian yang mendukung tersebut adalah penelitian Damayanti 2006, Imanda dan Moh.
Nasir 2006, Kurniati 2007, Shelly 2009, dan Yeniatie Nicken 2010. Damayanti 2006 menguji hipotesis pengaruh free cash flow dan struktur
kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan dari tiga variabel independent dan dua
variabel kontrol yang digunakan hanya dua variabel yang tidak berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
signifikan terhadap kebijakan hutang yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional, sedangkan Free cash flow FCF berpengaruh signifikan
dan positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Imanda dan Moh. Nasir 2006 menganalisis persamaan simultan
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijkaan dividen dalam perspektif teori keagenan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
kepemilikan manajerial secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan Kepemilikan institusional secara statistik tidak
berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang
Kurniati 2007 menguji hipotesis mengenai pengaruh struktur kepemilikan kebijakan hutang perusahan. Sebagai objek penelitian difokuskan pada
perusahaan industri tekstil dan garmen yang terdaftar di BEJ. Hasil Penelitian Wahyuning
menunjukkan bahwa kepemilikan saham oleh manajemen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Kepemilikan saham oleh institusi
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang,
Shelly 2009 menguji tentang pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang pada perusahaan food and beverages di BEI. Hasil penelitian tersebut
menyatakan bahwa free cash flow tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.
Yeniatie dan Nicken 2010 menguji faktor- faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan hasilnya adalah Kepemilikan institusional, struktur aset, profitabilitas perusahaan dan pertumbuhan perusahaan mempengaruhi kebijakan
Universitas Sumatera Utara
hutang, sedangkan kepemilikan manajerial, kebijakan deviden dan kebijakan resiko bisnis tidak mempengaruhi kebijakan hutang
Penelitian ini menguji kembali variabel independen yang tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan pada penelitian Damayanti
2006. Penelitian ini juga ingin membuktikan kembali pengaruh kepemilikan saham oleh manajerial dan institusional dalam mengendalikan hutang perusahaan,
yang berdasarkan penelitian sebelumnya selalu memiliki hasil dan arah yang tidak konsisten, sehingga ada ketertarikan untuk menguji kembali pengaruh variabel
tersebut secara simultan dengan variabel free cash flow. Penelitian ini dilakukan pada industri tekstil dan garmen yang telah terdaftar
di Bursa Efek Indonesia. Perkembangan industri tekstil dan garmen di Indonesia menarik untuk dicermati. Perdagangan bebas membuat seluruh kuota tektil bagi
Indonesia dihapuskan dan Perjanjian Tekstil dan Garmen Agreement on Textile and Clothing- ATC adalah perjanjian di masa transisi yang memuat tahapan-
tahapan dan cara pengintegrasian tekstil dan garmen dalam skema perdagangan internasional sebelum seluruh kuota dihapuskan selama 10 tahun 1 Januari 1995
sd 31 Desember 2004. Mulai 1 Januari 2005 tidak ada lagi kuota yang diberikan sehingga kompetisi berlangsung antara negara pengekspor tekstil dan garmen.
Studi AKATIGA menemukan bahwa periode 2000- 2005 ekspor tekstil dan garmen Indonesia tumbuh lebih cepat, namun banyak persoalan serius yang
dihadapi antara lain: dihapusnya kuota, membanjirnya impor produk Cina dan iklim berusaha yang kurang kondusif banyak menghambat kinerja dan data
saingnya.
Universitas Sumatera Utara
Data API Asosiasi Pertekstilan Indonesia mengungkapkan tercatat 467 industri tekstil dan garmen gulung tikar dalam 5 tahun terakhir. Selain itu, pasca
ATC menyebabkan impor tekstil dan garmen dari Cina meningkat 380 dalam 5 tahun terakhir.
Hal inilah yang menjadi alasan peneliti memilih perusahaan tekstil dan garmen sebagai sampel penelitian karena industri ini merupakan salah satu
industri yang masih bertahan di tengah kondisi perekonomian Indonesia. Tahun yang diamati dalam penelitian ini adalah tahun 2008 sampai dengan
tahun 2010. Alasan peneliti menggunakan tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 adalah karena periode tersebut merupakan periode di mana industri tekstil dan
garmen tak putus didera masalah hingga saat ini. Peneliti ingin melihat bagaimana pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan free cash flow
terhadap kebijakan hutang pada periode tersebut.
Perbedaan penelitian ini jika dibandingkan dengan penelitian lain adalah data yang digunakan sebagai sampel dan penggunaan tahun dalam menguji
dampak yang ditimbulkan dari adanya struktur kepemilikan dan free cash flow terhadap kebijakan hutang. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang pada
Perusahaan Industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di BEI”
Universitas Sumatera Utara
B. Perumusan Masalah