Acara Pemeriksaan Biasa. Acara Pemeriksaan Singkat. Acara Pemeriksaan Cepat.

di adili oleh pengadilan di lingkungan peradilan umum. Hal ini dapat dikecualikan jika menurut menteri pertahanan dengan persetujuan menteri kehakiman harus diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan peradilan militer. Untuk itu harus dilakukan penelitian bersama oleh Jaksa atau Jaksa Tinggi dan Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi Pasal 90 KUHAP. Dasar untuk menentukan pengadilan mana yang memeriksa perkara itu adalah besarnya kepentingan umum atau kepentingan militer yang dirugikan oleh perbuatan tersebut. Apabila cukup alsan untuk mengajukan perkara korupsi dilingkungan peradilan Militer sesuai dengan ketentuan Pasal 40 Undang-undang No 31 Tahun 1999,maka ketentuan pasal 123 ayat 1 huruf g Undang-undang No 31 tahun 1999 tidak dapat diberlakukan. Didalam praktek dikenal 2 dua sistem pemeriksaan, yaitu accusatoir dan inquisitoir. Dalam pemerikasaan accusatoir tersangka atau terdakwa diperlakukan sebagai subjek hukum. Oleh karena itu, di berikan kebebasan untuk melakukan pembelaan diri dan pemeriksaan dilakukan dengan pintu terbuka. Sementara dalam sistem pemeriksaan inquisitoir, tersangka atau terdakwa diperlakukan sebagai objek pemeriksaan dan karenanya dilakukan dengan pintu tertutup. Pemeriksaan perkara disidang pengadilan di lakukan dengan sistem accusatoir,sementara pemeriksaan di penyedikan dengan sistem inqiusitoir. Pelimpahan perkara kedepan pengadilan dikenal dalam 3 tiga bentuk yaitu: 40

1. Acara Pemeriksaan Biasa.

40 Ibid Universitas Sumatera Utara Disini perkara dilimpahkan kepengadilan oleh jaksa penuntut umum dengan surat dakwaan perkara demikian biasannya perkara besar dan sulit pembuktiannya.

2. Acara Pemeriksaan Singkat.

Adalah perkara-perkara yang sifatnya bersahaja, khususnya mengenai soal pembuktian dan pemakaian Undang-undang,dan hukum,an yang dijatuhkan yang diperkirakan tidak lebih dari 1satu tahun. Dalam perkara acara pemeriksaan singkat tidak dibuat suirat dakwaan, tetapi penuntut umum menghadapakan terdakwa beserta saksi ahli, juru bahasa, dan barang bukti yang diperlukan Pasal 2 05 KUHAP. Setelah hakim ketua sidang menanyai identitas terdakwa, seperti : nama lengkap, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tibnggal, agama dan pekerjaan terdakwa Pasal 155 KUHAP,selanjutnya hakim ketua sidang mempersilahkan penuntut umum secara lisan kepada terdakwa yang di buat dari catatannya tentang tindak pidanan yang didakwakan dengan menyebut waktu Tempos delicti, tempat kejadian locus delicti dan keadaan pda waktu tindak pidana di adakan. Pemberitahuan ini di catat dalam berita acara sidang dan dijadikan penganti surat dakwaan.

3. Acara Pemeriksaan Cepat.

a. Tindak Pidana Ringan. Adalah tindak pidana dengan ancaman pidana penjara paling lama 3 tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 7.500, 00 tujuh ribu lima Universitas Sumatera Utara ratus rupiah . Dengan pengecualian seperti apa yang ditentukan dalam Pasal 205 ayat 2 dua KUHAP. b. .Perkara Rol Polisi Adalah perkara-perkara pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas Pasal 211 KUHAP .Setelah Pengadilan Negeri menerima pelimpahan perkara dari Penuntut Umum, maka ketua mempelajari apakah perkara itu termasuk wewenang pengadilan yang dipimpinnya Pasal 147 KUHAP . Apabila ketua berpendapat bahwa perkara pidana itu tidak termasuk wewenang pengadilan yang dipimpinnya tetapi termasuk dalam wewenang Pengadilan Negeri lain kompetensi relatif , maka ia menyerahkan surat pelimpahan perkara tersebut kepada Pengadilan Negeri lain yang dinggap berkompeten mengadilinya. Untuk itu ia membuat surat penetapan dan memuat alasannya. Surat pelimpahan perkara kembali diserahkan kepada Penuntut Umum, untuk selanjutnya menyampaikannya kepada Kejaksaan Negeri tempat Pengadilan Negeri yang berkompeten tersebut. Turunan surat itu disampaikan kepada Terdakwapenasihat Hukum dan Penyidik. Dalam hal Penuntut Umum berkeberatan terhadap surat penetapan itu Pasal 149 KUHAP maka ia dapat mengajukan perlawanan Verzet kepada Pengadilan Tinggi dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah penetapan itu diterimanya. Universitas Sumatera Utara Tidak terpenuhinya ketentuan tersebut perlawanan Verzet menjadi batal Perlawanan verzet itu disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri sebagaimana disebut dalam Pasal 148 KUHAP dan hal ini dicacat daftar Panitia. Selanjutnya, dalam waktu 7 tujuh hari sejak menerima perlawanan itu Pengadilan Negeri wajib meneruskannya kepada Pengadilan Tinggi. Dan dalam waktu 14 empat belas hari sejak menerima perlawanan itu Pengadilan Tinggi mengambil keputusan apakah menguatkan atau menolak perlawanan. Putusan itu dituangkan dalam Surat Penetapan. Apabila Pengadilan Tinggi menerima perlawanan Penuntut Umum maka dengan surat penetapan memerintahkan kepada Pengadilan Negeri untuk menyidangkan perkara tersebut. Atau jika Pengadilan Tinggi menguatkan pendapat Pengadilan Negeri, maka ia mengirimkan berkas perkara pidana tersebut kepada Pengadilan Negeri yang bersangkutan dengan tembusan disampaikan kepada Penuntut Umum. Dalam hal TerdakwaPenasihat Hukum Pasal 156 KUHAP mengajukan keberatan bahwa pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya, atau Surat Dakwaan tidak dapat diterima Niet Ovankelijke Verklaart atau Surat Dakwaan harus dibatalkan, maka setelah diberi kesempatan kepada Penuntut Umum untuk menanyakan pendapatnya, Hakim lalu mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan. Jika Hakim menyatakan keberatan itu diterima, maka perkara itu tidak diperiksa lebih lanjut, selanjutnya kalau tidak diterima atau Hakim berpendapat hal tersebut baru dapat diputus setelah selesai pemeriksaan maka sidang dilanjutkan. Universitas Sumatera Utara Dalam hal Penuntut Umum keberatan atas putusan tersebut, maka ia dapat mengajukan perlawanan verzet kepada Pengadilan Tinggi melalui Pengadilan Negeri yang bersangkutan Pasal 156 ayat 3 KUHAP . Dalam hal perlwanan diajukan oleh TerdakwaPenasihat Hukumnya diterima oleh Pengadilan Tinggi, maka dalam waktu 14 empat belas hari Pengadilan Tinggi dengan surat penetapan membatalkan putusan Pengadilan Negeri dan memerintahkannya untuk memeriksa perkara itu. Demikian juga dalam hal perlawanan diajukan bersama-sama dengan permintaan banding oleh Terdakwa atau Penasihat Hukumnya kepada Pengadilan Tinggi maka dalam waktu 14 empat belas hari sejak ia menerima perkara dan membenarkan Perlawanan Terdakwa, maka Pengadilan Tinggi dengan keputusan membatalkan putusan Pengadilan Negeri yang bersangkutan dan menunjuk pengadilan yang berwenang. Pengadilan Tinggi menyampaikan salinan putusan tersebut kepada Pengadilan Negeri yang semula mengadili perkara bersangkutan dengan disertai berkas untuk diteruskan kepada Kejaksaan Negeri yang telah melimpahkan perkara itu. Apabila pengadilan yang berwenang itu berkedudukan didaerah hukum Pengadilan Tinggi lain, maka Kejaksaan Negeri mengirimkan Perkara tersebut kepada Kejaksaan Negeri dalam daerah hukum Pengadilan Negeri yang berwenang ditempat itu. Selain itu. Hakim Ketua Sidang Pasal 156 ayat 6 KUHAP , karena jabatannya walaupun tidak ada perlawanan, setelah mendengar pendapat Penuntut Umum dan Terdakwa dengan surat penetapan Universitas Sumatera Utara yang memuat alasannya dapat menyatakan Pengadilan tidak berwenang memeriksa perkara itu. Untuk memberantas Tindak Pidana Korupsi di era reformasi sekarang ini, ternyata ada kecenderungan Surat Dakwaan yang dibuat Jaksa Penuntut Umum yang mempunyai celah-celah untuk dieksepsi dan karenanya Hakim menyatakan Surat Dakwaannya tidak dapat diterima, atau dibatalkan atau tidak sempurna. Ini misalnya terjadi dalam kasus Dr. Beddu Amang, Tomy Soeharto, Richardo Gelael, Rudy ramly, Rachmadsyah dan Zulkifli Harahap. Atas putusan mana Jaksa Penuntut Umum lalu mengajukan verzet perlawanan , lalu atas putusan Pengadilan Tinggi, TerdakwaPenasihat Hukum menyatakan kasasi. Akibatnya, perkara menjadi lambat dan terkatung- katung. Padahal, kalau Jaksa memperbaiki surat dakwaannya itu hanyalah memerlukan beberapa hari saja. 41

C. Tindakan-tindakan Selama Proses Perkara