Kewajiban Menjadi Saksi Pembuktian Terbalik

“ Jika seorang telah dibebaskan dari suatu kejahatan atau pelanggaran yang dituduhkan kepadanya, maka pembebasan itu dimuka hakim perdata tidak dapat dimajukan untuk menangkis suatu tuntutan ganti rugi “ 43 Dalam hal tersangka meninggal dunia pada saat dilakukan penyidikan Pasal 33 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sedangkan secara nyata telah ada kerugian negara, maka penyidik segera menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan tersebut kepada “ Jaksa Pengacara Negara” atau diserahkan kepada instansi yang dirugikan untuk dilakukan gugatan perdata terhadap ahli warisnya. 44

6. Kewajiban Menjadi Saksi

Menurut Pasal 35 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, bahwa : Setiap orang wajib memberi keterangan sebagai saksi atau ahli, kecuali ayah, ibu, kakek, nenek, saudara kandung, istri atau suami, anak, dan cucu dari Terdakwa. Akan tetapi, mereka dapat diperiksa sebagai saksi, apabila mereka menghendaki dan disetujui secara tegas oleh Terdakwa. Tanpa adanya persetujuan tersebut, mereka memberikan keterangan sebagai saksi tampa disumpah. Sebagaimana diketahuiketerangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana, selain alat bukti lainnya seperti keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan Terdakwa Pasal 184 KUHAP . Keterangan saksi adalah suatu 43 Prof. R. Subekti, S. H dan R. Tjitrosudibyio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta : Penerbit Pradnya Paramita, 1996 Hal. 427 44 Prinst, Darwin Op cit, Hal 107 Universitas Sumatera Utara keterangan dari saksi mengenai apa yang saksi lihat, dengan atau alamat sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu Pasal 1 butir 27 KUHAP . Untuk dapat dipakai sebagai alat bukti yang sah harus diberikan dibawah sumpah dan keterangan seorang saksi saja tidak dapat dianggap sah sebagai alat bukti Unus testis nullus testis . Penjabaran selanjutnya, mengenai saksi diatur dalam Pasal 161 KUHAP. Kewajiban memberikan keterangan-keterangan sebagai saksi diatur dalam Pasal 35 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 berlaku juga terhadap mereka yang menurut pekerjaan, harkat, dan martabatnya atau jabatannya diwajibkan menyimpan rahasia, kecuali petugas agama yang menurut keyakinan harus menyimpan rahasia. Petugas yang dimaksud hanyalah petugas agama Katolik atau Pastor yang dimintakan bantuan kejiwaan yang dipercaakan untuk menyimpan rahasia.

7. Pembuktian Terbalik

Dalam perkara tindak pidana korupsi, terdakwa mempunyai hak untuk membuktikan, bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi Pasal 37 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999,. Apabila ia dapat membuktikan, bahwa dirinya tidak melakukan tindak pidana korupsi, maka keterangan tersebut dipergunakan sebagai hal yang menguntungkan baginya. Ketentuan ini merupakan penyimpangan KUHAP, yang menentukan bahwa jaksa Penuntut Umum yang wajib membuktikan telah dilakukannya tindak pidana, bukan Terdakwa. Universitas Sumatera Utara Menurut ketentuan ini Terdakwa dapat membuktikn tentang asal-usul kekayaannya yang tidak seimbang dengan penghasilannya atau sumber penambahan kekayaannya. Maka keterangan tersebut dapat digunakan untuk memperkuat alat bukti yang sudah ada, bahwa Terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi Pasal 37 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 . Akan tetapi, Penuntut Umum tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaannya. Ketentuan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 ini merupakan suatu penyimpangan dari ketentuan KUHAP yang menentukan, bhwa Jaksa Penuntut Umum yang wajib membuktikan bahwa telah dilakukannya tindak pidana, bukan Terdakwa. Menurut ketentuan ini Terdakwa dapat membuktikan bahwa ia tidak melakukan tindak pidana korupsi. Apabila Terdakwa dapat membuktikan hal tersebut berarti ia tidak terbukti melakukan korupsi, sebab Penuntut Umum masih tetap berkewajiban untuk membuktikan dakwaaannya. Ketentuan Pasal ini merupakan pembuktian terbalik yang terbatas, karena jaksa masih tetap wajib membuktikan dakwaanya.

8. Perampasan Barang-barang yang Telah Disita