Keaslian Penulisan Tindak Pidana Korupsi diLuar KUHP

dalam kasus Tindak Pidana Korupsi agar lembaga-lembaga yang telah bertugas dibidangnya masing-masing lebih mampu memaksimalkan kinerjanya untuk membantu mengurangi timbulnya kasus korupsi.

D. Keaslian Penulisan

Skipsi dengan judul ”Analisis Yuridis Mengenai Dualisme Kewenangan Mengadili Tindak Pidana Korupsi Antara Pengadilan Negeri Dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi”belum pernah ditulis oleh siapapun sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.skipsi tentang korupsi memang sudah ada sebelumnya tetapi dapat dipastikan bahwa sebenarnya substansi pembahasannya berbeda.ide dan pemikiran untuk menulis skipsi ini adalah benar-benar karya tulis penulis sendiri.oleh karena itu skipsi ini adalah asli merupakan karya ilmiah milik penulis dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun akademik.

E. Tinjauan Kepustakaan 1. Pengertian Tindak Pidana

Tindak Pidana adalah setiap perbuatan yang dapat dipidana yang diatur dalam ketentuan menurut Undang- undang Pasal 1KUHP . Tindak pidana atau strafbaar feit merupakan suatu perbuatan yang mengandung unsur perbuatan atau tindakan yang dapat dipidanakan dan unsur pertanggungjawaban pidana kepada pelakunya. Sehingga dalam syarat hukuman pidana terhadap seseorang secara ringkas dapat dikatakan bahwa tidak Universitas Sumatera Utara akan ada hukuman pidana terhadap seseorang tanpa adanya hal-hal yang secara jelas dapat dianggap memenuhi syarat atas kedua unsur itu. 5 Tinjauan awal yang dilakukan adalah menentukan apakah suatu perbuatan seseorang itu melanggar hukum atau tidak sehingga dapat dikualifikasikan sebagai tindak pidana atau tidak. Dalam hal ini harus dipastikan terlebih dahulu adanya unsur obyektif dari suatu tindak pidana. Jika tidak diketemukan unsur melawan hukum maka tidak lagi diperlukan pembuktian unsur kesalahannya. Tetapi jika terpenuhi unsur perbuatan melanggar hukumnya, selanjutnya dilihat apakah ada kesalahan atau tidak serta sejauh Tindak pidana hanyalah menunjuk kepada dilarang dan diancamnya perbuatan itu dengan suatu pidana, kemudian apakah orang yang melakukan perbuatan itu juga dijatuhi pidana sebagaimana telah diancamkan akan sangat tergantung pada soal apakah dalam melakukan perbuatannya itu si pelaku juga mempunyai kesalahan. Sedangkan sebagai dasar pertanggungjawaban adalah kesalahan yang terdapat pada jiwa pelaku dalam hubungannya dengan kelakuannya yang dapat dipidana serta berdasarkan kejiwaannya itu pelaku dapat dicela karena kelakuanya itu. Dalam kebanyakan rumusan tindak pidana, unsur kesengajaan atau yang disebut dengan opzet merupakan salah satu unsur yang terpenting. Dalam kaitannya dengan unsur kesengajaan ini, maka apabila didalam suatu rumusan tindak pidana terdapat perbuatan dengan sengaja atau biasa disebut dengan opzettelijk, maka unsur dengan sengaja ini menguasai atau meliputi semua unsur lain yang ditempatkan dibelakangnya dan harus dibuktikan. 5 Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika, 2006 Hal. 5 Universitas Sumatera Utara mana tingkat kesalahan yang dilakukan pelaku sebagai dasar untuk menyatakan dapat tidaknya seseorang memikul pertanggungjawaban pidana atas perbuatannya itu. 6

2. Pegertian Korupsi

Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptio yang artinya penyuapan,corruptore yaitu merusak 7 a Kejahatan,kebusukan,dapat disuap,tidak bermoral,kebejatan dan ketidak jujuran .gejala dimana para pejabat,badan-badan negara menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan,pemalsuan serta ketidakberesan lainnya.adapun arti harfiah dari korupsi dapat berupa : 8 b Perbuatan buruk seperti penggelapan uang,penerimaan uang sogok,dan sebagainya . 9 c Korup busuk;suka menerima uang suapsogok;memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya. . d Korupsi perbuatan busuk seperti penggelapan uang,penerimaan uang sogok dan sebagainya. e Koruptor orang yang korupsi 10 6 Ibid, hal 6 7 Ibid, hal 8 8 S.Wojowasito WJS Poerwadarminta,Kamus Lengkap Inggris Indonesia,Indonesia Inggris, Bandung : Hasta.,1976 Hal. 156 9 Ibid 10 Muhammad Ali,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta : Pustaka Amani.,19931993 Hal. 135 Universitas Sumatera Utara Secara harfiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat dan merusak.Jika membicarakan korupsi maka akan menemukan suatu kenyataan karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk,jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan dalam pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan kedalam kedinasan dibawah kekuasaan jabatannya.Dengan demikian maka dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya istilah korupsi memiliki arti yang sangat luas yakni : a Penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan untuk kepentingan diri sendiri b Busuk, rusak, suka memakai uang atau barang yang dipercayakan kepadanya 11 Sedangkan menurut Subekti, yang dimaksud dengan korupsi adalah perbuatan curang,tindak pidana yang merugikan keuangan negara 12

3. Pegertian Tindak Pidana Korupsi

. Tindak pidana korupsi adalah jenis kejahatan yang dikategorikan sebagai salah satu kejahatan kerah putih white collar crime, pada dasarnya jenis kejahatan ini adalah kejahatan yang dilakukan oleh seseorang yang terhormat, mempunyai status sosial tinggi dan dilakukan dalam rangka pekerjaannya, umumnya merupakan pelanggaran kepercayaan.pengertian lain dari white collar crime antara lain sebagai berikut : 1. kejahatan yang dilakukan oleh orang yang duduk dibelakang meja. 2. kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang berpangkat 11 Evi Hartanti, Op.Cit, Hal. 9 12 Subekti, Kamus Hukum, Jakarta : Pradnya Paramita.,1973,Hal. 97 Universitas Sumatera Utara 3. kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang berilmu pengetahuan. 4. ditafsirkan sebagai lawan kata ”crime using force” atau ”street crime”kejahatan biasa. 5. kejahatan yang dilakukan dengan teknologi canggih 6. kejahatan yang non konvensional;dilakukan oleh orang yang mempunyai keahlian atau mempunyai pengetahuan teknologi canggih. 7. kejahatan terselubung. Akibatnya dalam pengungkapan kasus kejahatan kerah putih, aparat penegak hukum harus bekerja ekstra keras dibandingkan dengan pengungkapan kejahatan konvensional.Aparat penegak hukum seolah-olah terlebih dahulu beradu kepintaran dan kecerdikan dengan pelaku kejahatan 13 Jika kita berbicara mengenai Tindak pidana korupsi, sudah barang tentu kita harus merujuk kepada undang-undang untuk mengetahui apa yang dimaksud atau yang digolongkan dalam tindak pidana itu.karena pada dasarnya setiap perbuatan baru dapat digolongkan sebagai tindak pidana jika sudah ada undang-undang yang mengaturnya terlebih dahulu. Dengan demikian undang-undang tersebut haruslah merumuskan apa yang dimaksud dengan tindak pidana yang bersangkutan.jika ada devenisi yang tegas dalam undang-undang itu maka kita harus melihat rumusannya dari unsur-unsur yang disebutkan dalam redaksi pasal yang mengatur mengenai suatu tindak pidana. . 13 Romli atmasasmita, Analisis dan Evaluasi Hukum tentang Penyelidikan dan Penyidikan Tindak Pidana Korupsi,Badan pembinaan hukum nasional Departemen Hukum dan HAM,2007 Universitas Sumatera Utara Istilah korupsi yang telah diterima dalam pembendaharaan kata bahasa Indonesia itu, disimpulkan oleh Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia : ”korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya” 14

a. Tindak Pidana Korupsi yang bersifat Umum

Tindak pidana korupsi itu sendiri terbagi atas beberapa bagian yaitu :

A. Tindak Pidana Korupsi diLuar KUHP

Terbagi atas beberapa sub bagian : Yang dimaksud dengan bersifat umum dalam hal ini adalah tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh orang yang mempunyai jabatan atau kekuasaan atau aparat pemerintahnegara.artinya dapat dilakukan siapa saja dari masyarakat umum. Hal ini diatur dalam pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999, yang berbunyi sebagai berikut : 1. Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dipidana penjara paling singkat 4 empat tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,00 dua ratus juta rupiah dan paling banyak Rp.1.000.000.000.,00 satu miliar rupiah . 2. Dalam hal Tindak pidana Korupsi sebagaimana dimaksud dalam Ayat 1 dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati diajatuhkan.

b. Penyalahgunaan KewenanganKekuasaan

14 S.Wojowasito WJS Poerwadarminta, Op. Cit, Hal. 167 Universitas Sumatera Utara Hal ini diatur pasal 3 Undang-undang No.31 Tahun 1999,yang bunyinya sebagai berikut : ” setiap orang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara paling sedikit 1 satu tahun dan paling lama 20 dua puluh tahun dan atau denda paling sedikit Rp.50.000.000,00 lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Berdasarkan rumusan pasal 3 di atas maka dapat diketahui bahwa tindak pidana korupsi penyalahgunaan kewenangankekuasaan adalah : a Dengan maksud : b Menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi; c Menyalahgunakan kewenangan atau kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan; d Dapat merugikan keuanganperekonomian negara.

c. Memberi Hadiah dengan Mengingat Kekuasaan

Hal ini diatur dalam pasal 13 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999,yang bunyinya sebagai berikut : ”setiap orang yang memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat kekuasaa atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp.150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah. Pada dasarnya ” hadiah ” tidak mengharapkan ”balasan ” dalam hal ini karena diberi dengan mengingat ” jabatan ” atau kedudukan ” berarti mengaharapkan sesuatu ”imbalan ”.dengan demikian istilah ”hadiah” tidak Universitas Sumatera Utara tepat dalam pasal ini yang tepat adalah ” memberikan sesuatu ” yang menurut Hoge Raad pada tanggal 26 April 1916 diartikan : ”meliputi setiap penyerahan barang sesuatu yang untuk orang lain mempunyai nilai dengan maksud sebagaimana dimuat dalam pasal ini. 15

d. PercobaanPembantuanPemufakatan Jahat Melakukan Tindak Pidana Korupsi

Hal ini diatur dalam pasal 15 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 yang bunyinya sebagai berikut : ”setiap orang yang melakukan percobaan, pembantuan atau pemukafakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dengan Pasal 2, Pasal 3,Pasal 5 sampai Pasal 14” Penjelasan resmi atas Pasal 15 berbunyi sebagai berikut : ”ketentuan ini merupakan aturan khusus karena ancaman pidana pada percobaan dan pembantuan tindak pidana pada umumnya dikurangi 13 satu pertiga dari ancaman pidananya”. ”Percobaan” melakukan tindak pidana diatur oleh Pasal 35 KUHP, sedang ”pembantuan” diatur dalam Pasal 56 KUHP.istilah ”pemukafakatan” dipergunakan juga dalam Pasal 110 KUHP. Penjelasan istilah kata ”pemukafakatan” ada dimuat pada Rencana Undang-undang RUU KUHP- 1993 penjelasan Pasal 171 1-8 ,antara lain sebagai berikut : ”........Pemukafakatan dapat dilihat dalam pasal 22 yaitu apabila ada dua orang atau lebih bersepakat untuk melakukan tindak pidana.....” 15 Soenarto Soerodibroto, .KUHP dilengkapi Arrest-arrest Hoge Raad Universitas Sumatera Utara Secara umum ” pemukafakatan” dalam ilmu hukum pidana,masih termasuk ”perbuatan persiapan” dan belum merupakan perbuatan pidana kecuali terhadap beberapa tindak pidana sebagaimana dimaksud Pasal 22 RUU-KUHP-1993,yang berbunyi sebagai berikut : ” pemukafakatan jahat samenspanning,conspiracydapat dipidana meskipun perbuatan yang dilarang belum terlaksana sama sekali, namun niat jahat dari dua orang atau lebih itu, yang merupakan pemukafakatan jahat yang dipidana dibatasi hanya pada beberapa tindak pidana yang sangat serius dan dinyatakan dalam perumusan tindak pidana”.

e. Sengaja MencegahMerintangiMenggagalkan Penanganan Tindak

Pidana Korupsi Hal ini diatur dalam Pasal 21 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 yang bunyinya sebagai berikut : ”setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan,penuntutan,dan pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.600.000.000,00 enam ratus juta rupiah” Yang dihalangidirintangidigagalkan tersebut adalah tersangkaterdakwas aksi dalam perkara korupsi. Hal ini berarti, jika tidak dalam perkara korupsi maka pasal 21 tidak dapat diterapkan atau jika masih penanganan perkara korupsi masih dalam tahap penyidikan.

f. Dengan Sengaja tidak Memberi Keterangan yang Benar

Universitas Sumatera Utara Hal ini diatur dalam Pasal 22 yang berbunyi sebagai berikut : ”sebagai orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29,Pasal 35 atau Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tiga tahun dan paling lama 12 dua belas tahun dan atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah dan paling banyak Rp.600.000.000,00 enam ratus juta rupiah”. Penjelasan resmi pasal 22 tersebut berbunyi ”cukup jelas” berdasarkanrumusan Pasal 22, maka unsur-unsur nya adalah : a. setiap orang yang disebut Pasal 28, 29, 35, dan 56; b. dengan sengaja; c. tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar.

g. Menyebut Nama atau Alamat Pelapor

Hal ini diatur dalam Pasal 24,yang berbunyi sebagai berikut : ” saksi yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tiga tahun dan atau denda paling banyak Rp.150.000.000,00 seratus lima puluh juta rupiah ”. Penjelasan resmi Pasal 24 berbunyi cukup jelas.

B. Tindak Pidana Korupsi yang Berasal dari KUHP