PERANAN DAN KEWENANGAN PENGADILAN NEGERI DALAM MENGADILI TINDAK PIDANA KORUPSI
A. Latar Belakang dan Dasar Hukum Dijadikannya Pengadilan Negeri sebagai
Lembaga yang Berwenang Dalam Mengadili Tindak Pidana Korupsi.
Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum disebutkan dalam ayat 2 bahwa Peradilan Umum adalah salah satu pelaksana
kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada umumnya dan pada ayat tiganya 3 juga dikatakan bahwa :
1 Kekuasaan Kehakiman di lingkungan Peradilan Umum dilaksanakan oleh : a. PengadilanNegeri;
b. PengadilanTinggi. 2 Kekuasaan Kehakiman di lingkunganPeradilan Umum berpuncak pada
Mahkamah Agung sebagai Pengadilan NegaraTertinggi.
Dimana kemudian Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tersebut diubah menjadi Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 yang kemudian dirubah kembali
menjadi Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 yang mana isinya tidak jauh berbeda dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 sebelumnya.
Pengadilan negeri disini, sebagai pelaksana tugas kekuasaan kehakiman seperti yang terkandung dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48
Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, mempunyai tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan demi
Universitas Sumatera Utara
terciptanya masyarakat yang tertib, aman dan damai seperti yang diamanatkan dalam pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.
Sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman bahwa :
1 Peradilan dilakukan “DEMI KEADILAN BERDASARKAN
KETUHANAN YANG MAHA ESA” . 2
Peradilan Negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila.
3 Seluruh peradilan diseluruh wilayah Negara Republik Indonesia adalah
peradilan Negara yang diatur dengan undang-undang. 4
Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya ringan.
Maka berdasarkan Undang-Undang Tersebut dimaksudkan bahwa Pengadilan Negeri mempunyai Tugas dan wewenang Untuk menyidik dan
memeriksa perkara-perkara pidana yang berada dalam lingkungan kekuasaan mengadilinya dan tidak terkecuali dalam kasus korupsi yang dewasa ini semakin
mengkhawatirkan. Jika diperhatikan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2001, tindak pidana korupsi itu dapat dilihat dari 2 dua segi, yakni korupsi aktif dan korupsi pasif.
20
20
Evi Hartanti, Op. Cit Hal. 25
Yang dimaksud dengan korupsi aktif adalah :
Universitas Sumatera Utara
1 Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau oranglain atau korporasi,
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999
2 Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau oranglain atau korporasi
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena jabatannya atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 3
Percobaan, pembantuan atau pemufakatan jahat untuk melakukan tindak pidana korupsi Pasal 15 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
4 Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya Pasal 5 ayat 1 huruf a
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 5
Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau terhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan
atau tidak dilakukan dalam jabatannya Pasal 5 ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
6 Memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi keputusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili Pasal 6 ayat 1 huruf a Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
7 Pemborong atau ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual
bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang, untuk
Universitas Sumatera Utara
keselamatan negara pada waktu perang Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
8 Setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curangsebagaimana dimaksud dalam huruf a Pasal 7 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
9 Setiap orang yang pada waktu menyiapkan barang keperluan Tentara Nasional
Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang
Pasal 7 ayat 1 huruf c Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 10
Setiap orang yang bertugas menguasai penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan sengaja
membiarkan perbuatan curang sebagaimana dimaksud dalam huruf c Pasal 7 ayat 1 huruf d Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
11 Pegawai negeri atau oranglain selain pegawai negeri yang ditugaskan
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena
jabatannya, atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh oranglain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 12
Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan memalsukan
buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi Pasal 9 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
13 Pegawai negeri atau selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan suatu
jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai
barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau untuk membuktikan dimuka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya,
untuk membiarkan oranglain untuk menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, atau surat tersebut Pasal 10
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 14
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang a
Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau oranglain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
seseorang memberikan sesuatu, atau menerima pembayaran, dengan pemotongan atau mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri Pasal 12
huruf e Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 b
Pada waktu menjalankan tugas meminta, menerima, atau memotong pembayaran bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau
kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang huruf f
c Pada waktu menjalankan tugas meminta atau menerima pekerjaan atas
penyerahan barang seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang huruf h
d Pada waktu menjalankan tugas sudah menggunakan tanah negara yang
diatasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan peraturan
Universitas Sumatera Utara
perundang-undangan, telah merugikan orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan. e
Baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan yang pada saat dilakukan
perbuatan untuk seluruhnya atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya huruf i .
15 Memberi hadiah kepada pegawai negeri dengan dengan mengingat kekuasaan
atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan itu Pasal 13
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 .
Adapun korupsi yang bersifat pasif adalah sebagai berikut :
1 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji
karena berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang 2
bertentangan dengan kewajibannya Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
3 Hakim atau advocat yang menerima pemberian atau janji untuk mempengaruhi
putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili atau untuk mempengaruhi nasehat atau pendapat yang diberikan berhubung dengan perkara
yang diserahkan kepada pengadilan untuk diadili Pasal 6 ayat 2 Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
4 Orang yang menerima penyerahan bahan bangunan atau orang yang memerima
penyerahan barang keperluan Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia yang membiarkan perbuatan curang sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat 1 huruf a dan c, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
Pasal 7 ayat 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. 5
Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahuinya atau patut diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau
janji itu diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji
tersebut ada hubungan dengan jabatannya Pasal 11 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
6 Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji
padahal diketahuinya atau patut diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji itu diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan
sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya; atau sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu
dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya Pasal 12 huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
7 Hakim yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga
bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk mempengaruhi putusan perkara yang diserarahkan kepadanya untuk diadili Pasal 12 huruf c Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001
Universitas Sumatera Utara
8 Advocat yang diberi hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji itu diberikan unntuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang diberikan berhubungan dengan perkara yang diberikan kepada pengadilan untuk
diadili Pasal 12 huruf d Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 9
Setiap pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima grafitasi yang diberikan berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya Pasal 12 B Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
B. Tugas dan Kewenangan Pengadilan Negeri dalam Mengadili Tindak Pidana