mendapatkan hasil yang cepat dalam memberantas dan pertumbuhan tanaman, sehingga melakukan peracikan dengan menambahkan dosis yang telah ditetapkan.
Penambahan dosis menjadi lebih pekat jika terhirup melalui inhalasi dapat beresiko terhadap kesehatan dan dapat menyebabkan pencemaran lingkungan seperti tanah dan
air.
25
c.3 Kebersihan Perorangan Personal Higiene
Kebersihan perorangan Personal higiene ditujukan untuk menjaga kebersihan badan dan mencegah material berbahaya menempel untuk waktu yang
lama dan diserap oleh kulit. Sama bahayanya dengan menghisap atau memakan bahan kimia dalam jumlah kecil yang dapat menggangu kesehatan.
26
c.4 Alat Pelindung Diri APD
Pada petani membasmi hama melalui penyemprotan dengan pestisida, tetapi pelaksanaan penyemprotan tidak dilaksanakan menurut ketentuan atau petunjuk,
artinya sewaktu menyemprot tidak memakai pengaman secara sempurna seperti masker, topi, sepatu khusus, mantel, sarung tangan, sehingga dapat menyebabkan
keracunan pestisida dalam halnya petani.
26
Berdasarkan hasil penelitian Silaban di Kabupaten Simalungun 2005 dengan desain kasus control, berdasarkan hasil analisis multivariat menunjukkan ada
hubungan antara pemakaian Alat Pelindung Diri APD terhadap keracunan pestisida p=0,000, OR=5,3 artinya bahwa petani yang mengalami keracunan pestisida
kemungkinan 5,3 kali tidak memakai APD dibandingkan dengan petani yang tidak mengalami keracunan.
25
Universitas Sumatera Utara
2.8 Pencegahan Keracunan Pestisida
1,12
2.8.1 Pencegahan Tingkat Pertama Primary prevention
Setiap orang yang dalam pekerjaannya sering berhubungan dengan pestisida seperti petani penyemprot, harus mengenali dengan baik gejala dan tanda keracunan
pestisida. Tindakan pencegahan lebih penting daripada pengobatan. Sebagai upaya pencegahan terjadinya keracunan pestisida sampai ke tingkat yang membahayakan
kesehatan, orang yang berhubungan dengan pestisida harus dapat memperhatikan hal- hal sebagai berikut:
a. Memilih Pestisida
Memilih bentuk atau formulasi pestisida juga sangat penting dalam penggunaan pestisida. Formulasi pestisida yang bagainana yang harus kita pilih,
apakah cairan, butiran, atau bentuk lainnya. Kalau dilihat dari bahaya pelayangan di udara, pestisida berbentuk butiran paling sedikit kemungkinannya untuk melayang.
Pestisida yang berbentuk cairan, bahaya pelayangannya lebih kecil jika dibandingkan dengan pestisida berbentuk tepung.
Disamping itu pertimbangan lain dalam memilih formulasi pestisida adalah alat yang akan digunakan untuk menyebarkan pestisida tersebut. Bila kita memiliki
alat penyemprot tentunya kita lebih tepat menggunakan pestisida berbentuk cairan Emulsible Concentrate EC, Wettable Powder WP, atau Soluble Powder SP.
Apabila tidak ada alat sama sekali, kita pilih pestisida yang berbentuk butiran. b.
Alat Yang Digunakan dalam Aplikasi Pestisida Menurut Wudianto 2007 alat yang digunakan dalam aplikasi pestisida
tergantung formulasi yang digunakan. Pestisida yang berbentuk butiran granula
Universitas Sumatera Utara
untuk menyebarkan tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa digunakan untuk menampung pestisida tersebut dan sarung tangan
agar tangan tidak berhubungan langsung dengan pestisida. Pestisida berwujud cairan Emulsible Concentrate EC atau bentuk tepung yang dilarutkan Wettable Powder
WP atau Soluble Powder SP memerlukan alat penyemprot untuk menyebarkan. Sedangkan pestisida yang berbentuk tepung hembus bisa digunakan alat penghembus.
Pestisida berbentuk fumigant dapat diaplikasikan dengan alat penyuntik pohon kelapa untuk jenis insektisida yang digunakan memberantas penggerek batang.
Alat penyemprot yang biasa digunakan yaitu penyemprot gendong, pengabut bermotor tipe gendong Power Mist Blower and Duster, mesin penyemprot tekanan
tinggi High Pressure Power Sprayer, dan jenis penyemprot lainnya. Penggunaan alat penyemprot ini disesuaikan dengan kebutuhan terutama yang berkaitan dengan
luas areal pertanian sehingga pemakaian pestisida menjadi efektif. c.
Teknik dan Cara Aplikasi Teknik dan cara aplikasi ini sangat penting diketahui oleh pengguna pestisida,
terutama untuk menghindarkan bahaya pemaparan pestisida terhadap tubunya, orang lain dan lingkungannya. Ada beberapa petunjuk dan teknik serta cara aplikasi
pestisida yang diberikan oleh pemerintah yaitu: c.1
Gunakanlah pestisida yang telah terdaftar dan memperoleh izin dari menteri Pertanian R.I Jangan sekali-sekali menggunakan pestisida yang belum
terdaftar dan memperoleh izin.
Universitas Sumatera Utara
c.2 Pilihlah pestisida yang sesuai dengan hama atau penyakit tanaman serta jasad
sasaran lainnya yang akan dikendalikan, dengan cara lebih dahulu membaca keterangan kegunaan pestisida dalam label pada wadah pestisida.
c.3 Belilah pestisida dalam wadah asli yang tertutup rapat dan tidak bocor juga
tidak rusak, dengan label asli yang berisi keterangan lengkap dan jelas, jangan membeli dan menggunakan pestisida dengan label dalam bahasa asing.
c.4 Bacalah semua petunjuk yang tercantum pada label pestisida sebelum bekerja
dengan pestisida itu. c.5
Lakukanlah penakaran, pengenceran atau pencampuran pestisida di tempat terbuka atau dalam ruangan dalam ventilasi baik.
c.6 Pakailah sarung tangan dan gunakanlah wadah, alat pengaduk dan alat
penakar khusus untuk pestisida. c.7
Gunakanlah pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Jangan menggunakan pestisida dengan takaran yang berlebihan atau kurang karena
dapat mengurangi keefektifannya. c.8
Periksalah alat penyemprot dan usahakanlah supaya dalam keadaan baik, bersih dan tidak bocor.
c.9 Hindarkanlah pestisida terhirup melalui pernafasan atau terkena kulit, mata,
mulut dan pakaian. c.10
Apabila ada luka pada kulit, tutuplah luka tersebut dengan baik sebelum bekerja dengan perban. Pestisida lebih mudah terserap melalui kulit yang
terluka.
Universitas Sumatera Utara
c.11 Selama menyemprot pakailah alat pengaman, berupa masker penutup hidung dan mulut, sarung tangan, sepatu boot, dan jaket atau baju berlengan panjang.
c.12 Jangan menyemprot melawanan dengan arah angin.
c.13 Waktu yang baik untuk penyemprotan adalah pada waktu terjadi aliran udara
naik thermik yaitu antara pukul 08.00-11 WIB atau sore hari pukul 15- 18.00 WIB. Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore mengakibatkan
pestisida yang menempel pada bagian tanaman akan terlalu lama mengering mengakibatkan tanaman yang disemprot keracunan.
c.14 Peyemprot segera mandi dengan bersih menggunakan sabun dan pakaian yang digunakan segera dicuci.
c.15 Jangan makan dan minum atau merokok pada saat melakukan penyemprotan.
c.16 Alat penyemprot segera dibersihkan setelah selesai digunakan. Air bekas cucian sebaiknya dibuang ke lokasi yang jauh dari sumber air dan sungai.
d. Tempat menyimpan Pestisida
Tempat menyimpan pestisida biasa berupa almari atau peti khusus atau biasa juga ruangan khusus yang tidak mudah dijangkau anak-anak atau hewan piaraan. Bila
perlu tempat penyimpanan ini dikunci kemudian letakkan tempat penyimpanan ini jauh dari tempat bahan makanan, minuman, dan sumber api. Peletakan pestisida tidak
dianjurkan di gudang bahan makanan. Usahakan tempat pestisida mempunyai ventilasi yang cukup, tidak terkena
matahari langsung, dan tidak terkena air hujan agar pestisida tidak rusak. e.
Mengelola wadah Pestisida
Universitas Sumatera Utara
Pestisida harus tetap tersimpan dalam wadah atau bungkus aslinya yang memuat label atau keterangan mengenai penggunaannya. Dengan demikian bila ata
keracunan akan digunakan lagi petujukya masih jelas. Wadah tidak bocor dan tertutup rapat. Bila terkena uap air atau zat asam, pestisida bias rusak dan tidak efektif
lagi. Pindahkan isi bila wadah bocor ke tempat yang merek dagangnya sama dengan petunjuk yang masih jelas. Bila tidak ada, pindahkan ke tempat lain yang tertutup
rapat dengan menuliskan keterangan mengenai merek dagangnya, bahan aktifnya, kegunaannya, dan cara penggunaanya. Wadah pestisida yang sudah tidak berguna
dirusak agar tidak dimanfaatkan untuk keperluan lain atau dengan cara mengubur wadah tersebut jauh dari sumber air.
2.8.2 Pencegahan Tingkat Kedua Secondary Prevention
28,29
Dalam penanggulangan keracunan pestisida penting dilakukan untuk kasus keracunan akut dengan tujuan menyelamatkan penderita dari kematian yang
disebabkan oleh keracunan akut. Adapun penanggulangan keracunan pestisida adalah sebagai berikut:
a. Organofosfat, bila penderita tak bernafas segara beri nafas buatan , bila racun
terlelan lakukan pencucian lambung dengan air, bila kontaminasi dari kulit, cuci dengan sabun dan air selama 15 menit. Bila ada berikan antidot:
pralidoximeContrathion. Pengobatan keracunan organofosfat harus cepat dilakukan. Bila dilakukan terlambat dalam beberapa menit akan dapat
menyebabkan kematian. Diagnosis keracunan dilakukan berdasarkan terjadinya gejala penyakit dan sejarah kejadiannya yang saling berhubungan. Pada keracunan
yang berat, pseudokholinesterase dan aktifits erytrocyt kholinesterase harus diukur
Universitas Sumatera Utara
dan bila kandungannya jauh dibawah normal, keracunan mesti terjadi dan gejala segera timbul. Beri atropine 2mg ivsc tiap sepuluh menit sampai terlihat
atropinisasi yaitu: muka kemerahan, pupil dilatasi, denyut nadi meningkat sampai 140 xmenit. Ulangi pemberian atropin bila gejala-gejala keracunan timbul
kembali. Awasi penderita selama 48 jam dimana diharapkan sudah ada recovery yang komplit dan gejala tidak timbul kembali. Kejang dapat diatasi dengan
pemberian diazepam 5 mg iv, jangan diberikan barbiturat atau sedativ yang lain. b.
Carbamat, penderita yang gelisah harus ditenangkan, recoverery akan terjadi dengan cepat. Bila keracunan hebat, beri atropin 2 mg oralsc dosis tunggal dan tak
perlu diberikan obat-obat lain.
2.8.3 Pencegahan Tingkat Ketiga Tertiary Prevention
Upaya yang dilakukan pada pencegahan keracunan pestisida adalah: 1.
Hentikan paparan dengan memindahkan korban dari sumber paparan, lepaskan pakaian korban dan cucimandikan korban.
2. Jika terjadi kesulitan pernafasan maka korban diberi pernafasan buatan. Korban
diinstruksikan agar tetap tenang. Dampak serius tidak terjadi segera, ada waktu untuk menolong korban.
3. Korban segera dibawa ke rumah sakit atau dokter terdekat. Berikan informasi
tentang pestisida yang memepari korban dengan membawa label kemasan pestisida.
4. Keluarga seharusnya diberi pengetahuanpenyuluhan tentang tentang pestisida
sehingga jika terjadi keracunan maka keluarga dapat memberikan pertolongan pertama.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Landasan Teori
Secara epidemiologis, keracunan pestisida ditentukan oleh adanya agen dan faktor risiko yang memungkinkan adanya mekanisme hubungan antara agen dengan
host yaitu manusia, sehingga terjadi keracunan pestisida. Adanya pestisida yang menjadi agen, adanya manusia sebagai host serta faktor resiko yang mempengaruhi
penjamu. Menurut Notoadmojo 2005, faktor risiko dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor risiko intrinsik umur, jenis kelamin, faktor nutirisi, bentuk anatomis
tubuh dan faktor risiko ekstrinsik dosis, personal higiene, penggunaan alat pelindung diri.
Terjadinya keracunan pestisida pada petani dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik petani dalam melakukan pengelolaan pestisida dan tindakan
pencegahan terhadap keracunan pestisida.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen Faktor Intrinsik
Umur Jenis Kelamin
Pendidikan
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian Kejadian Keracunan Pestisida
Faktor Ekstrinsik Lama paparan
Dosis Pestisida Personal Higiene
Penggunaan Alat Pelindung Diri APD
Universitas Sumatera Utara
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Kejadian Keracunan Pestisida