BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi
kebutuhan tersebut pemerintah melakukan kebijakan intensifikasi pertanian dengan harapan agar peningkatan produksi buah dan sayur tidak mesti dibarengi dengan
pemanfaatan lahan pertanian.
1
Pestisida yang merupakan salah satu hasil teknologi modern telah terbukti mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.
Kenyataannya membukt ikan bahwa di beberapa negara yang sedang berkembang, produksi pertanian meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida.
Penggunaan bahan- bahan beracun itu pada awalnya dianggap sebagai cara yang ampuh untuk mematikan
unsur-unsur pengganggu tanaman pertanian, kemudian penyebaran racun ke tanaman pangan justru menimbulkan masalah baru yang lebih berat.
2
Risiko bagi keselamatan pengguna adalah kontak langsung terhadap pestisida, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut maupun kronis. Keracunan akut
dapat menimbulkan gejala sakit kepala, mual, muntah dan sebagainya, bahkan beberapa pestisida dapat menimbulkan iritasi kulit dan kebutaan. Keracunan kronis
tidak selalu mudah diprediksi dan dideteksi karena efeknya tidak segera dirasakan, walaupun akhirnya juga menimbulkan gangguan kesehatan.
3
Selama ini, penggunaan pestisida oleh petani bukan atas dasar keperluan pengendalian secara indikatif, namun dilaksanakan secara “Cover Blanket System”
Universitas Sumatera Utara
artinya ada atau tidak ada hama tanaman, racun berbahaya ini terus disemprotkan ke tanaman, teknik penyemprotan yang kadang melawan arah angin menyebabkan
petani memiliki kedudukan ganda yang di kenal sebagai pelaku dan penderita keracunan pestisida. Sebagai pelaku karena sistem penggunaan yang tidak tepat
sasaran, sehingga dapat menimbulkan bahaya terhadap orang lain. Sebagai penderita, petani akan mengalami ancaman keracunan akibat pekerjaannya.
4
Menurut data World Health Organization WHO paling tidak 20.000 orang meninggal pertahun akibat keracunan pestisida terjadi pada pekerja yang bekerja pada
sektor pertanian dan sekitar 5.000-10.000 orang pertahun mengalami dampak yang sangat berbahaya seperti kanker, cacat tubuh, kemandulan dan penyakit hepatitis.
Berbagai jenis pestisida terakumulasi di tanah dan air yang berdampak buruk terhadap keseluruhan ekosistem. Saat ini WHO memperkirakan pada tahun 2009
kematian akibat keracunan pestisida ada 5.000 kasus. Sebuah penelitian di India memperkirakan lebih dari 1.000 orang pekerja di perkebunan telah terpapar pestisida
dalam kurun waktu antara Agustus hingga Desember 2001 dengan CFR 50 sedangkan Di Kamboja, setidaknya 88 petani mengalami dampak akut keracunan
pestisida. Di China, antara 53.000 dan 123.000 orang keracunan pestisida setiap tahun.
5,6
Di Indonesia banyak terjadi kasus keracunan antara lain di Kulon Progo Jawa Tengah 2008 210 kasus keracunan dengan pemeriksaan fisik dan klinis, 50 orang
diantaranya diperiksa laboratorium dengan hasil 15 orang 30 keracunan. Di Kabupaten Sleman dilaporkan dari 30 orang petugas pemberantas hama 14
orang 46,66 mengalami gejala keracunan. Untuk melindungi kesehatan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dan lingkungan terhadap dampak negatif akibat penggunaan pestisida, perlu adanya upaya pengawasan pengamanan pestisida. Upaya pengamanan pestisida
ditujukan untuk mencegah dan menanggulangi dampak negatif penggunaan pestisida terhadap kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan melalui usaha-usaha
pengawasan terhadap penggunaan pestisida dan pengendalian terhadap pencemaran dan keracunan pestisida.
7
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2001 bekerjasama dengan Asosiasi Industri Perlindungan Tanaman Indonesia AIPTI,
terjadi 50 kasus keracunan pada petani Brebes yang menggunakan pestisida, 71 petani dikota Metro Propinsi Lampung keracunan pestisida, 71,02 petani
penyemprot di desa Sukamulya Lampung Selatan keracunan pestisida, 28,71 petani bawang merah di desa Sisalam keracunan pestisida.
Menurut Laode 2001, keracunan pestisida tersebut disebabkan juga bahwa petani tidak melindungi dirinya dengan masker maupun kaos tangan saat mencampur
dan menyemprotkan cairan pestisidanya. Akibatnya, udara yang dihirup bersamaan saat menyemprot itu masuk ke dalam jaringan tubuh, terlebih saat bersamaan petani
menghisap rokok.
8
Keracunan pestisida di Indonesia paling sering terjadi akibat percobaan bunuh diri, sebagian kecil karena tidak sengaja accidental. Penelitian-penelitian dari kasus-
kasus yang dirawat dirumah sakit di kota-kota besar menunjukkan 8.554 kasus keracunan yang dirawat 2.394 di antaranya adalah keracunan pestisida.
Penelitian pada kasus-kasus keracunan yang dirawat di Rumah Sakit di kota madya Palembang tahun1979-1983 dijumpai prevalensi kasus keracunan pestisida
Universitas Sumatera Utara
rata-rata 34 103 kasus dari semua kasus keracunan yang masuk rumah sakit atau 6 dari 10.000 penderita yang dirawat di rumah sakit.
9
Menurut Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara 1999, berdasarkan pemeriksaan kolinestrase darah di Deliserdang pada 46 orang petani di ambil
darahnya diketahui 67,4 keracunan dan 32,6 tidak keracunan pestisida. Di Kabupaten Karo pada 38 orang petani 73,6 keracunan 26,4 tidak keracunan,
Kabupaten Dairi pada 37 orang petani keracunan 48,8 tidak keracunan 51,2, Kabupaten Labuhan Batu pada 40 orang petani keracunan 77,5 tidak keracunan
22,5. Kabupaten Karo yang dikenal sebagai daerah pertanian yang banyak
menghasilkan tanaman buah dan sayur hortikultura, dimana sebagian besar penduduknya hidup dari bertani. Karena tergantung dari hasil pertanian, maka para
petani bekerja keras untuk mendapatkan hasil yang berlimpah. Mengetahui begitu besar manfaat ekonomi yang bisa didapatkan dengan menggunakan pestisida,
menyebabkan petani di kabupaten Karo memilih cara yang sama untuk meningkatkan produktifitas pertanian mereka.
Hasil pemeriksaan kolinestrase darah pada petani di 5 kecamatan Kabupaten Karo tahun 2007 dari 360 petani yang diperiksa proporsi keracunan sebesar 78,3.
Dari 360 petani yang diperiksa, terdapat 112 orang 31,11 petani wanita Usia Subur dengan Proporsi keracunan sebesar 25,27.
Berdasarkan hasil pemeriksaan kolinesterase di Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo tahun 2008 diketahui bahwa keracunan pestisida di Desa Perteguhan
terdapat proporsi keracunan 57,13 keracunan ringan dan sedang.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu penyebab penyakit kulit adalah paparan pestisida, lebih dari 90 kasus keracunan yang disebabkan oleh kontaminasi melalui kulit. Menurut laporan
Dinas Kesehatan Kabupaten Karo 2002 dan 2003 penyakit kulit menempati urutan 9 dari 10 penyakit terbesar di Kabupaten Karo. Pada 2008 kecenderungan meningkat
menjadi urutan ke delapan karena secara umum petani menggunakan pestisida, sehingga berpotensi terhadap terjadinya berbagai penyakit khususnya penyakit
kulit.
10,11
Berdasarkan laporan camat bahwa di Kecamatan Merdeka salah satunya Desa Cinta Rakyat petani penyemprot jeruk hampir semua menggunakan pestisida untuk
meningkatkan hasil pertanian mereka, namun masih banyak diantara mereka ketika menyemprot tidak menggunakan alat pelindung diri. Sebagian tidak begitu
memahami tentang bahaya yang ditimbulkan pestisida tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian keracunan pestisida di Desa Cinta Rakyat Kecamatan Merdeka tahun 2010.
1.2 Perumusan Masalah