BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kunci sukses pembangunan dimasa mendatang bagi bangsa Indonesia ialah pendidikan. Sebab lewat pendidikan diharapkan setiap individu dapat meningkatkan
kualitas keberadaannya dan mampu berpartisipasi dalam gerak pembangunan. Pendidikan merupakan alat untuk memperbaiki keadaan sekarang, juga untuk
mempersiapkan dunia esok yang lebih baik serta lebih sejahtera. Di samping itu pendidikan merupakan masalah yang amat kompleks dan teramat penting, karena
menyangkut macam sektor kehidupan bagi pemerintah dan rakyat . Dampak dari ekonomi tak dapat dipungkiri memang selalu menjadi dasar kenapa seseorang
bermasalah, meskipun hal ini bukan hal yang utama yang mengakibatkan seseorang menjadi bermasalah, namun masalah ekonomi selalu menjadi pemicu terjadinya masalah
– masalah. Hal ini yang terkadang menyebabkan orang tua enggan untuk menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi, mereka berpikir bahwa tidak perlu sekolah yang
penting adalah bekerja dan bekerja menghasilkan uang. Padahal kemajuan negara ditentukan oleh kemajuan pendidikan masyarakatnya dan kesuksesan hidup suatu
keluarga terkadang ditentukan oleh pendidikan orang – orang yang ada di dalam keluarga tersebut.
Setiap manusia menginginkan kehidupan yang sejahtera dan bahagia, dimana mereka dapat memenuhi kebutuhannya masing – masing, baik kebutuhan jasmani,
Universitas Sumatera Utara
rohani, dan sosial. Namun pada kenyataannya tidak semua orang memiliki kesempatan untuk menikmati hidup sejahtera seperti yang diharapkan, karena adanya permasalahan
yang dihadapinya dalam menjalani kehidupan. Masalah ini biasanya timbul karena adanya ketidakmampuan untuk menjalankan fungsi – fungsi sosialnya seperti rintangan
– rintangan maupun hambatan – hambatan dalam mewujudkan nilai – nilai, aspirasi, serta pemenuhan kebutuhan – kebutuhannya.
Masalah – masalah kehidupan manusia umumnya juga berkaitan dengan peristiwa – peristiwa dan relasi – relasi yang pernah dialami dimasa lalu, yaitu masalah
– masalah yang dibawa sejak lahir sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan sampai usia tua. Namun demikian, disamping manusia membawa serta masalah –
masalah sejak lahir, ia memiliki pula kapasitas serta potensi diri yang dapat digali dan dimanfaatkan untuk mengatasi setiap permasalahannya yang dihadapi dalam setiap
tahap kehidupan. Perlu disadari bahwa manusia dalam menghadapi setiap permasalahannya, sering tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan yang memadai
tentang mekanisme pemecahan masalah.Dengan kata lain, masalah ini timbul karena berbagai keterbatasan, baik yang disebabkan faktor – faktor yang bersumber dari dalam
diri intern maupun yang bersumber dari luar diri ekstern. Satu permasalahan sosial yang menjadi tantangan besar bagi bangsa Indonesia
adalah masalah keterlantaran anak, terutama dalam kaitannya dengan pendidikan. Putus sekolah bukan merupakan salah satu permasalahan pendidikan yang tak pernah berakhir.
Masalah ini telah berakar dan sulit untuk dipecahkan penyebabnya, tidak hanya karena kondisi ekonomi, tetapi ada juga yang disebabkan oleh kekacauan dalam keluarga dan
faktor pengaruh lingkungan sekitar.
Universitas Sumatera Utara
Anak merupakan tunas, potensi dan generasi muda penerus cita – cita perjuangan bangsa yang memiliki peran dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin
kelangsungan eksistensi negara kepada masa depan kelak yang lebih baikAnak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak menjadi motor
penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang. Hidup matinya suatu bangsa dimasa
mendatang berada di pundak anak. Agar kelak anak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka mereka perlu mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental, sosial, maupun spritual. Mereka perlu mendapatkan hak-haknya seperti mendapatkan pendidikan, dilindungi,
dan disejahterakan. Undang – undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Setiap anak yang lahir adalah satu harapan baru bagi keberlangsungan generasi
suatu bangsa dan juga umat manusia secara umum. Sayangnya, melihat realita sosial yang ada di Indonesia saat ini, keberadaan anak – anak justru banyak yang ternistakan
oleh hiruk pikuknya proses pembangunan yang mengabaikan kepentingan dan hak anak. Di sisi lain, kondisi sosial, politik yang serba tidak menentu di negeri ini turut
memperparah keterpurukan pola pengasuhan anak baik pada tingkat keluarga maupun masyarakat. Sebagai konsekuensi, muncul anak – anak terlantar yang tidak memperolah
pendidikan yang memadai. Begitu pula dengan mereka yang sudah mengenyam pendidikan hingga tingkat tertentu harus putus di tengah jalan baik karena alasan
ekonomi maupun alasan – alasan lainnya.Hal ini dapat dilihat dari survei yang dilakukan oleh perusahaan penelitian pasar sosial terkemuka, Taylor Nelson Soffres TNS pada
awal 2006 yang menemukan bahwa putus sekolah dari pendidikan dasar umumnya
Universitas Sumatera Utara
disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan, sedangkan sekitar 33 meninggalkan sekolah sebelum menamatkan pendidikan menengah pertama serta 20 karena mulai
bekerja. http:www.ilo.org. Menurut Sekjen Komnas Perlindungan Anak, Arist Merdeka Sirait, kasus putus
sekolah yang paling menonjol tahun ini terjadi di tingkat SMP, yaitu 48 . Adapun di tingkat SD tercatat 23 . Sedangkan prosentase jumlah putus sekolah di tingkat SMA
adalah 29 . Kalau digabungkan kelompok usia pubertas, yaitu anak SMP dan SMA, jumlahnya mencapai 77 . Dengan kata lain, jumlah anak usia remaja yang putus
sekolah tahun ini tak kurang dari 8 juta orang.
Hampir di setiap tempat banyak anak-anak yang tidak mampu melanjutkan pendidikan, atau pendidikan putus di tengah jalan disebabkan karena kondisi ekonomi
keluarga yang memprihatinkan. Kondisi ekonomi seperti ini menjadi penghambat bagi seseorang untuk memenuhi keinginannya dalam melanjutkan pendidikan. Sementara
kondisi ekonomi seperti ini disebabkan berbagai faktor, di antaranya orang tua tidak mempunyai pekerjaan tetap, tidak mempunyai keterampilan khusus, keterbatasan
kemampuan dan faktor lainnya. Namun selain dari permasalahan ekonomi dan kemiskinan, remaja putus sekolah juga tidak lain disebabkan Karena pengaruh
lingkungan. Menurut Hurlock 1973 ada beberapa masalah yang dialami beberapa remaja, yaitu : masalah pribadi yaitu masalah – masalah yang berhubungan dengan
situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian social dan nilai – nilai. Masalah khas remaja yaitu masalah yang timbul akibat status
yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman http:kpai.comanak putus sekolah.
Diakses 05 Oktober 2012 pukul 20.00
Universitas Sumatera Utara
atau penilaian terhadap diri sendiri. masyarakat banyak dirugikan karena biasanya remaja putus sekolah biasanya sebagai penyebab kenakalan, kriminal, menambah
jumlah pengangguran, dan mereka tidak dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan masayarakat.
Putus sekolah bukan merupakan persoalan baru dalam sejarah pendidikan. Persoalan ini telah berakar dan sulit untuk di pecahkan, sebab ketika membicarakan
solusi maka tidak ada pilihan lain kecuali memperbaiki kondisi ekonomi keluarga. Ketika membicarakan peningkatan ekonomi keluarga terkait bagaimana meningkatkan
sumber daya manusianya. Sementara semua solusi yang diinginkan tidak akan lepas dari kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, sehingga kebijakan pemerintah berperan
penting dalam mengatasi segala permasalahan termasuk perbaikan kondisi masyarakat. http:skripsi-ilmiah.blogspot.com200904anak-putus-sekolah-dan-cara.html
Maka dari itu diharapkan putus sekolah tidak menjadi pengahalang bagi mereka untuk bisa hidup normal dalam masyarakat dan berperan serta dalam kehidupan social
lingkungannya, karena seperti dalam Undang – undang Pasal 60 ayat 1 Undang – undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ”Setiap anak berhak untuk
memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya “. Maka anak remaja putus
sekolah ini menjadi salah satu sasaran garap Departemen Sosial. Upaya Departemen Sosial untuk mengatasi permasalahan remaja putus sekolah ini adalah dengan
menghadirkan Pelayanan social anak remaja sebagai sautu pelayanan subtitutive atau pengganti yaitu suatu lembaga pelayanan sosial yang melaksanakan fungsi – fungsi
sebagai pengganti keluarga, terutama yang berupa pemberian asuhan pendidikan dan
Universitas Sumatera Utara
perlindungan secara tepat dan maksimal. Dengan harapan, anak mampu menghayati kedudukan dan peranan sosialnya dalam rangka persiapan diri sebagai manusia dewasa
yang mandiri, bertanggung jawab dan sukses secara individual dan sosial. Dalam kaitan ini, panti sosial diharapkan mampu memenuhi kebutuhan fisik, psikis dan sosial anak
yang tidak hanya terkait dengan kehidupan keluarga dan masyarakat tetapi sebagai manusia yang utuh dan unik.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang – Undang Republik Indonesia
Nomor 23 D dan 23 E Tahun 2002 tentang perlindungan anak menyatakan “Bahwa
agar setiap anak kelak mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka ia perlu mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan memberikan jaminan
terhadap pemenuhan hakhaknya” dan “Bahwa untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak diperlukan dukungan
kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat menjamin pelaksanaannya”. Maka kehadiran Pelayanan sosial anak remaja juga diharapkan
mampu mengembalikan kesan remaja putus sekolah sebagai remaja yang menyusahkan menjadi remaja yang berguna terhadap bangsa dalam masa depan. Hal ini dikarenakan
dalam menangani remaja putus sekolah, panti mengutamakan bagi remaja yang memiliki potensi untuk maju dan berkembang, walaupun panti juga tetap berusaha
memberikan pelayanan sosial bagi remaja putus sekolah yang menjurus pada kenakalan. Namun, kenakalannya belum begitu parah. Pelayanan dan pembinaan dilakukan dengan
memberikan tempat tinggal atau asrama bersama orang tua asuh sebagai pengganti
Universitas Sumatera Utara
orang tua anak.Orang tua asuh ini akan membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi seorang anak dengan mencari pemecahannya secara bersama – sama. Jurnal
PKS.Vol.V No.16,Juni 2006:68 Begitu pula dengan kehadiran Pelayanan sosial anak remaja yang beralamat di
Jalan Industri No.47 Tanjung Morawa. Panti sosial ini adalah salah satu panti sosial yang memberikan program pelatihan keterampilan dalam usaha untuk menggali potensi
dan bakat siswi binaannya baik salontata rias, menjahit, bordir untuk yang wanita dan pendidikan automotif untuk yang pria. Panti sosial ini juga memberikan beberapa
kegiatan lain untuk mendidik remaja binaannya, antara lain adalah bimbingan sosial yang berisikan tentang bimbingan motivasi, dinamika kelompok, olahraga, seni tari dan
pembinaan rohani. Semuanya itu dilakukan dengan tujuan untuk mendukung penguasaan keterampilan baik salontata rias , menjahit bordir dan automotif, sehingga
mereka bukan hanya menjadi remaja yang terampil, akan tetapi juga menjadi remaja yang berakhlak, berbudi, dan bersemangat dalam menjalani kehidupannya. Dalam hal
pembiayaan, mereka memang tidak dikenai biaya sedikitpun selama pelatihan karena program panti ini memang dibiayai langsung oleh Dinas Sosial. Mereka juga disediakan
asrama dan memiliki Bapak dan Ibu asuh yang senantiasa membimbing mereka. Di satu sisi panti ini memang sangat membantu mereka. Di sisi lain, mungkin juga tidak bagi
sebagian peserta yang merasa tidak betah tinggal di asrama. Setiap keterampilan hanya memiliki satu instruktur yang harus mengajar dan
melatih mereka.Jumlah setiap remaja binaan peserta pelatihan ini adalah 150 orang yang terbagi dalam, 35 orang untuk keterampilan bordir , 63 orang untuk keterampilan salon,
38 orang menjahit dan 14 orang automotif.
Universitas Sumatera Utara
UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa ini juga memiliki prinsip bahwa anak remaja putus sekolah bukanlah suatu halangan untuk dapat berkarya, setiap
orang yang apabila bersedia belajar dan bekerja patut mendapatkan kesempatan yang sama untuk memperoleh perlakuan yang layak dan setara di dalam masyarakat.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui bagaimana keefektifan pelayanan sosial yang diberikan oleh
UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa terhadap anak remaja putus sekolah dengan melihat kelengkapan fasilitas pendukung pelayanan, keahlian staf
pengajar, dan dukungan dari para staff di UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa. Untuk lebih terarah, penulis membatasi penelitian ini hanya pada ruang
lingkup keefektifan pelayanan yang diberikan. Untuk itu, penulis mengangkat permasalahan yang di rangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi
dengan judul: “Efektifitas program pelatihan keterampilan bagi anak remaja putus sekolah di UPT.Pelayanan Sosial Anak Remaja Tanjung Morawa.”
Adapun alasan mengapa permasalahan ini perlu untuk diteliti adalah karena saya ingin melihat bagaimana efektifitas dari pemberian pelayanan sosial terhadap anak
remaja putus sekolah tersebut dimana agar pelayanan yang diberikan dapat tercapai secara optimal, maka dituntut suatu keterampilan yang didukung oleh fasilitas
pendukung pelayanan yang memadai dan keahlian staf pendidik, serta apa manfaat dari pelayanan sosial yang telah dilakukan kepada anak remaja putus sekolah,dimana dapat
kita lihat pada saat sebelum dan sesudah menerima pelayanan. Selain itu, masyarakat juga pastinya mengharapkan agar pelayanan sosial yang diberikan dapat lebih
Universitas Sumatera Utara
berkualitas nantinya, khususnya agar anak-anak remaja putus sekolah yang dibina dapat menjadi remaja yang mandiri dan berfungsi sosial.
1.2 Perumusan masalah