bukan hanya sempit, dalam atau bertekanan tinggi, tetapi juga minim ventilasi dan asupan oksigen.
c. Izin kerja panas atau hot work permit. Izin ini diperlukan untuk semua pekerja
yang melakukan pekerjaan mengelas, menggerinda, memotong atau menghaluskan material logam dengan peralatan listrik.
d. Izin kerja aman atau safe work permit. Izin ini merupakan inti dari semua izin
kerja yang telah disebutkan sebelumnya. Karena izin kerja aman harus tetap ada bersamaan izin kerja lain yang dibutuhkan Ahira, 2012.
Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER- 01MEN1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan
dijelaskan bahwa pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap
tenaga kerjanya. Disetiap tempat kerja harus dilengkapi dengan sarana untuk keperluan keluar masuk dengan aman. Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-
lorong dan gang-gang tempat orang bekerja atau sering dilalui harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Semua tempat
kerja juga harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat mengurangi bahaya debu, uap dan bahaya lainnya.
2.3 Scaffolding
2.3.1 Pengertian Scaffolding
Scaffolding adalah bangunan peralatan platform yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat
pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan
Universitas Sumatera Utara
pembongkaran. Scaffolding yang sesuai dan aman harus disediakan untuk semua pekerjaan yang tidak dapat dilakukan dengan aman oleh seseorang yang berdiri di
atas konstruksi yang kuat dan permanen, kecuali apabila pekerjaan tersebut dapat dilakukan dengan aman dan mempergunakan tenaga. Scaffolding harus diberi lantai
papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan dengan aman tenaga kerja, peralatan dan bahan yang dipergunakan. Lantai scaffolding harus diberi pagar
pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER-01MEN1980
Scaffolding dibuat apabila pekerjaan bangunan gedung sudah mencapai ketinggian 2 meter dan dan tidak dapat dijangkau oleh pekerja. Scaffolding harus
dibuatkan untuk semua pekerjaan yang tidak dapat dijamin keamanannya bila dikerjakan pada ketinggian yang melebihi 2 meter dengan menggunakan scaffolding
yang memenuhi standar.
2.3.2 Jenis dan Fungsi Scaffolding
Scaffolding digunakan dengan tujuan sebagai tempat untuk bekerja yang aman bagi pekerja konstruksi sehingga keselamatan kerja terjamin dan sebagai pelindung
bagi pekerja yang lain seperti pekerja yang berada di bawah agar terlindung dari jatuhnya bahan atau alat. Berdasarkan fungsinya, konstruksi scaffolding menurut
Frick dan Setiawan 2012 dapat dibagi atas : 1.
Konstruksi scaffolding kerja panggung
Terbuat dari bambu atau kasau 4x6 atau 5x7 cm sebagai kerangka scaffolding. Di bagian atasnya diberi lantai papan kayu atau bambu untuk tukang dan bahan
Universitas Sumatera Utara
bangunan. Scaffolding jenis ini dapat dipindah-pindah dengan mudah karena biasanya ukuran scaffolding tersebut tidak besar.
2.
Konstruksi scaffolding pengaman
Scaffolding jenis ini berfungsi sebagai pengaman tukang dan buruh yang bekerja pada ketinggian lebih dari 5 m diatas permukaan tanah, atau sebagai panggung
pengaman bagi orang yang harus lewat dekat tempat bangunan, misalnya jika tempat bangunan terletak pada sisi jalan raya dan sebagainya, sehingga mereka
aman terhadap debu dan bahan bangunan atau alat-alat yang jatuh. 3.
Konstruksi scaffolding penyangga tegak dan mendatar
Scaffolding ini ditujukan untuk menahan bagian gedung yang harus dipertahankan pada waktu membongkar sebagian atau mengadakan perbaikan
terhadapnya sehingga tidak akan runtuh. Secara umum scaffolding dapat dibagi atas :
A. Scaffolding andang
Scaffolding andang digunakan pada pekerjaan yang tingginya 2,5-3 m. apabila pekerjaan lebih tinggi maka scaffolding andang tidak dapat digunakan lagi.
Scaffolding andang dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu : 1
Scaffolding andang kayu Scaffolding andang kayu dapat dipindah-pindahkan dan dapat dibuat dengan
cepat. Untuk tinggi scaffolding tidak dapat disetel. Scaffolding ini biasanya digunakan untuk pekerjaan pada ketinggian yang tidak lebih dari 3 m, sedangkan
untuk pekerjaan pada ketinggian lebih dari 3 m digunakan scaffolding tiang.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Scaffolding andang kayu 2
Scaffolding andang bambu Scaffolding andang bambu dapat dipindah-pindah dan sebagai pengikatnya
memakai tali ijuk, karena tali ijuk ini tahan terhadap air, panas. Perancang andang bambu ini sudah disetel terlebih dahulu, sehingga panjang dan tingginya
tidak dapat disetel. Biasanya scaffolding andang bambu dapat dipakai pada ketinggian pekerjaan tidak lebih dari 3 meter, mengenai kaki andang bambu ada
yang pakai 2 atau 3 pasang.
Gambar 2.2 Scaffolding andang bambu 3
Scaffolding besi Scaffolding besi sangat praktis dan efisien karena pemasangannya mudah dan
dapat dipindah-pindahkan. Tinggi scaffolding besi dapat disetel untuk jarak kaki scaffolding yang satu dengan yang lain 180 cm dengan tebal papan 3 cm.
Gambar 2.3 Scaffolding besi
Universitas Sumatera Utara
B. Scaffolding tiang
Scaffolding tiang digunakan apabila pekerjaan sudah mencapai diatas 3 m. Scaffolding tiang dapat dibuat lebih dari 10 m tergantung kebutuhan. Scaffolding
tiang dapat dibagi atas : 1
Scaffolding tiang dari bambu Pada umumnya scaffolding bambu banyak dipakai oleh pekerja di lapangan, baik
pada bangunan bertingkat maupun tidak, dikarenakan : a.
Bambu mudah didapat, kuat, dan murah b.
Pemasangan scaffolding bambu mudah c.
Mudah dibongkar dan dapat dipasang kembali tanpa merusak bambu d.
Bahan pengikatnya pakai tali ijuk
Gambar 2.4 Scaffolding tiang dari bambu 2
Sistem Scaffolding Bambu dengan Konsol dari Besi Sistem scaffolding bambu dengan konsol besi hanya ditahan oleh satu tiang
bambu saja, berbeda dengan scaffolding yang ditahan oleh beberapa tiang. Keuntungan dari sistem scaffolding bambu dengan konsol besi adalah :
a. Tidak terlalu banyak bambu yang dibutuhkan
b. Cara pemasangannya lebih cepat daripada scaffolding bambu
c. Lebih praktis dan menghemat tempat
Universitas Sumatera Utara
d. Pemasangan konsol dapat dipindah dari tingkat 1 ketingkat diatasnya
e. Untuk tiang bambu tidak perlu dipotong
Gambar 2.5 Sistem scaffolding bambu dengan konsol dari besi 3
Scaffolding Tiang Besi atau Pipa Pada scaffolding tiang dari besi atau pipa memakai kopling sebagai alat
penyambung, untuk penyetelannya lebih cepat dibandingkan scaffolding tiang bambu.
Gambar 2.6 Scaffolding Tiang Besi atau Pipa C.
Scaffolding besi beroda Scaffolding besi beroda ini terbuat dari pipa galvanis. Pada scaffolding besi
beroda dapat dipasang di lapangan atau di dalam ruangan. Fungsi rodanya adalah untuk memindahkan scaffolding. Pada scaffolding besi beroda sedikit lain dari
scaffolding yang ada, karena disini bagian-bagian dari tiangnya sudah berbentuk kuzen, sehingga penyetelanpemasangannya lebih mudah dan praktis.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.7 Scaffolding besi beroda D.
Scaffolding besi tanpa roda
Gambar 2.8 Scaffolding besi tanpa roda 1
Kaki pipa berulir, 2 kusen bangunan, 3 penguat vertikal, 4 tiang sandaran, 5 sambungan pasak, 6 papan panggung, 7 panggung datar, 8 papan pengaman, 9
tiang sandaran, 10 penutup sandaran, 11 konsol penyambung, 12 penopang, 13 konsol keluar, 14 tiang sandaran tangga, 15 pinggiran tangga, 16 anak tangga,
17 sandaran tangga, 18 sandaran dobel. E.
Scaffolding menggantung Pada scaffolding menggantung digunakan pada pekerjaan pemasangan eternit,
pekerjaan finishing pengecatan eternit, plat beton, dan sebagainya. Jadi scaffolding menggantung digunakan pada pekerjaan bagian atas saja dan pelaksanaannya
scaffolding digantungkan pada bagian atas bangunan seperti pada dengan memakai tali atau rantai besi.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9 Scaffolding menggantung Jenis scaffolding sangat beragam, namun yang paling sering digunakan adalah
jenis scaffolding bingkai dan pipa. Standar internasional untuk scaffolding adalah jenis scaffolding pipa, sedangkan di Indonesia scaffolding yang paling sering
digunakan adalah scaffolding bingkai frame scaffolding.
Gambar 2.10 Scaffolding bingkai Komponen scaffolding bingkai terdiri dari :
a Bingkai utama main frame
Main frame merupakan salah satu bagian vital dari sebuah scaffolding yang berfungsi sebagai pembentuk dan penyangga utama dari bentuk konstruksi
sebuah scaffolding. Apabila dilihat secara visual kondisi main frame sudah bengkok dan berkarat yang dapat mengakibatkan berkurangnya daya kekuatan
dari sebuah scaffolding. Untuk scaffolding dasar, bagian bawah main frame dipasangi jack base dan bagian atasnya dipasangi joint pin untuk membuat
tingkat scaffolding selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.11 Ukuran main frame b
Ladder frame Ladder frame adalah bingkai yang digunakan pada susunan puncak dari
scaffolding. Ladder frame terpasang hanya pada kedua sisi dari scaffolding yang berfungsi sebagai pembatas pada pekerja yang melakukan aktivitas bekerja
diatas scaffolding. Sering kali yang pekerja lakukan adalah memasang platform pada ladder frame, hal tersebut sangat keliru dan secara tidak sadar pekerja
tersebut membahayakan dirinya sendiri.
Gambar 2.12 Ukuran ladder frame c
Cross brace Cross brace adalah palang yang berfungsi untuk mempersatukan sepasang main
frame sehingga didapatkan konstruksi scaffolding yang kuat.
Gambar 2.13 Cross brace
Universitas Sumatera Utara
d Arm lock
Arm lock adalah penguncipenguat dari 2 susunan atau lebih scaffolding agar susunan scaffolding tidak mudah goyang. Arm lock dipasang antara susunan
main frame satu ke susunan main frame yang berada diatasnya, lebih tepatnya terpasang pada konektor pada cross brace.
Gambar 2.14 Arm lock a dan arm lock yang terpasang pada scaffolding b e
Jack base Jack base adalah alat yang berfungsi sebagai alas kaki dari scaffolding,
konstruksinya berulir sehingga dapat menyesuaikan dengan jarak dari lantai.
Gambar 2.15 Jack base f
Joint pin Joint pin adalah sebuah alat yang digunakan untuk menyambung scaffolding satu
dengan scaffolding lainnya secara vertikal sehingga memungkinkan untuk dibuat menjadi lebih dari 1 tingkatan scaffolding. Diameter atas dan bawah joint pin
dibuat lebih kecil dari diameter lubang dari main frame, namun pada bagian tengah joint pin diameternya sama dengan diameter lubang main frame.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.16 Joint pin g
U-Head Jack U-Head Jack adalah alat yang pada umumnya dipasang pada bagian atas
scaffolding yang berfungsi menyanggah konstruksi diatasnya. Bentuk yang seperti huruf āUā memungkinkan untuk mengapit bagian konstruksi diatasnya
yang juga sebagai penahan dari scaffolding agar tidak mudah goyah. Alat ini tidak efektif digunakan pada konstruksi bagian atas yang rata.
Gambar 2.17 U-Head Jack h
Platform Platform papan scaffolding adalah alat yang diletakkan pada susunan
scaffolding yang diinginkan yang akan digunakan pekerja sebagai penopang pijakan dalam melakukan pekerjaan. Platform harus kuat terbuat dari logam
menopang badan pekerja dan peralatan yang mungkin digunakan.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.18 Platform i
Stair Stair tangga adalah alat yang berfungsi sebagai akses pekerja untuk dapat
menuju susunan scaffolding yang dikehendaki. Keberadaan stair tangga ini sangat penting, seringkali pekerja menaiki scaffolding dengan memanjat
sambungan besi horizontal pada main frame padahal itu bukanlah berfungsi sebagai tangga. Perlu diperhatikan juga, apabila dipasangi stair tangga juga
harus dipasang handrail, untuk pegangan tangan saat menaiki tangga.
Gambar 2.19 Stair j
Horizontal Frame Horizontal frame adalah bingkai besi yang membujur berfungsi sebagai penguat
susunan scaffolding. Apabila scaffolding lebih dari 1 susunan, maka harus memakai horizontal frame pada kedua sisi scaffolding.
Gambar 2.20 Horizontal frame a dan pada penggunaannya b
Universitas Sumatera Utara
Peralatan tambahan Attachments 1.
Pipa support Pipa support ini biasanya digunakan pada saat pembongkaran bekisting.
Gambar 2.21 Pipa support 2.
Swivel Clamp Swivel clamp adalah penjepit yang berbentuk lingkaran dan dapat diputar 360
o
, biasanya digunakan untuk menjepit pipa besi untuk membuat hand rail pada
stair tangga.
Gambar 2.22 Swivel clamp
Scaffolding dapat disusun dengan dua cara, yaitu : A.
Pararel Construction Susunan scaffolding pararel dengan peralatan yang dibagi menjadi yaitu untuk
stair tangga dan platform. Hal tersebut dapat mengantisipasi apabila terjadi
Universitas Sumatera Utara
pertemuan antara 2 orang yang lajunya berlawanan. Susunan scaffolding pararel adalah susunan yang paling sering digunakan.
Gambar 2.23 Pararel Construction
B. Staggered Construction
Susunan scaffolding staggered construction hanya menggunakan 1 jalur yaitu hanya dipakai stair tangga saja. Keuntungannya dapat menghemat platform,
namun kekurangannya tidak dapat mengantisipasi apabila terjadi pertemuan antara 2 orang yang lajunya berlawanan dan harus menggunakan jenis stair
tangga yang sedikit dimodifikasi dengan penambahan plat besi di ujung tangga. Selain itu juga konstruksi scaffolding akan mudah goyah apabila dinaiki pekerja.
Gambar 2.24 Staggered construction
Universitas Sumatera Utara
Seringkali kondisi scaffolding yang sudah berkarat, bengkok dan secara visual sudah tidak layak masih sering digunakan padahal hal tersebut dapat mempengaruhi
daya kekuatan dari scaffolding tersebut. Selain itu pijakan scaffolding yang kurang sejajar tinggi sebelah dapat menyebabkan susunan dari scaffolding yang tidak
sejajar, sehingga rentan untuk roboh. Hal yang diperhatikan juga adalah besi horizontal pendek pada sisi kanan dan kiri main frame bukan berfungsi sebagai
tangga, namun banyak juga pekerja yang menaiki scaffolding melalui bagian tersebut. Padahal besi horizontal pendek tersebut berfungsi sebagai penguat main frame.
Apabila bagian tersebut dipijaki maka besar kemungkinan untuk besi patah dan kaki terperosok sehingga dapat mencederai pekerja. Gambar 2.25 Pijakan scaffolding yang
salah.
Menaiki scaffolding dapat dilakukan dengan memasang tangga stair yang sesuai standar dan selalu memasang handrail pada tangga tersebut. Handrail
biasanya adalah dari pipa besi yang terpasang dengan menggunakan swivel clamp. Cat walk atau platform yang digunakan sesuai standar yang selayaknya, bukan
menggunakan platform yang terbuat dari kayu triplek atau sejenisnya. Untuk pijakan scaffolding yang menggunakan roda, apabila saat digunakan pekerja seharusnya
keempat roda dikunci agar tidak bergeser saat diatasnya ada pekerja. Akan lebih baik lagi apabila keempat roda dikunci dan menggunakan penyangga pada keempat sisi
scaffolding, seperti terlihat pada gambar di bawah ini Khoizin, 2012 :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.26 Scaffolding yang menggunakan roda
2.4 Risiko Kecelakaan Kerja pada Proyek Konstruksi