BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki, yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan
dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Syarat-syarat keselamatan kerja ditetapkan salah satu untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan
dan termasuk di tempat kerja yang sedang dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya
UU No 1 Tahun 1970. Perkembangan industri jasa konstruksi di Indonesia dapat dikatakan telah
mengalami kemajuan dan mendapat porsi yang seimbang dengan perkembangan sektor industri yang lain. Keseimbangan tersebut diindikasikan oleh peran serta
sektor konstruksi dalam aktivitas pembangunan di Indonesia. Semakin berkembangnya industri konstruksi juga menunjukkan tantangan yang semakin ketat
dan kompleks di bidang konstruksi. Industri konstruksi memberikan kontribusi yang esensial terhadap proses pembangunan di Indonesia. Hasil pembangunan dapat dilihat
dari semakin banyaknya gedung bertingkat, sarana infrastruktur jalan dan jembatan, sarana irigasi dan bendungan, perhotelan, perumahan dan sarana prasarana lain Pio,
2012. Di negara Indonesia, penyelenggaraan konstruksi telah banyak menimbulkan
masalah di bidang keselamatan dan kesehatan kerja dan termasuk ke dalam salah satu jenis pekerjaan yang berisiko terhadap kecelakaan kerja. Tenaga kerja di bidang
Universitas Sumatera Utara
konstruksi yang mencakup sekitar 7-8 persen atau sekitar 4,5 juta orang dari jumlah tenaga kerja di seluruh sektor yang terdapat di Indonesia. Sekitar 1,5 persen dari
tenaga kerja di bidang konstruksi yang kebanyakan belum pernah mendapatkan pendidikan formal dan sebagian merupakan pekerja harian lepas atau borongan yang
tidak memiliki kontrak kerja secara formal terhadap perusahaan yang akan mempersulit penanganan masalah K3 Warta Ekonomi, 2006.
Industri jasa konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang cukup tinggi. Berbagai penyebab utama kecelakaan
kerja pada proyek konstruksi adalah hal-hal yang berhubungan dengan karakteristik proyek konstruksi yang bersifat unik, lokasi kerja yang berbeda-beda, terbuka dan
dipengaruhi cuaca, waktu pelaksanaan yang terbatas, dinamis dan menuntut ketahanan fisik yang tinggi, serta banyak menggunakan tenaga kerja yang tidak
terlatih. Ditambah dengan manajemen keselamatan kerja yang sangat lemah, akibatnya para pekerja bekerja dengan metoda pelaksanaan konstruksi yang berisiko
tinggi. Untuk memperkecil risiko kecelakaan kerja, sejak awal tahun 1980an pemerintah telah mengeluarkan suatu peraturan tentang keselamatan kerja khusus
untuk sektor konstruksi, yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-01Men1980 Reini, 2005
Setiap pekerjaan konstruksi bangunan harus diusahakan pencegahan atau dikurangi terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja terhadap tenaga kerjanya.
Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin bahwa peralatan perancah, alat-alat kerja, bahan-bahan, dan benda-benda lainnya tidak dilemparkan, diluncurkan
Universitas Sumatera Utara
atau dijatuhkan ke bawah dari tempat yang tinggi sehingga dapat menyebabkan kecelakaan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01Men1980
Di Indonesia tingkat kecelakaan kerja merupakan salah satu yang tertinggi di dunia. Sedikitnya terjadi 65.000 kasus kecelakaan kerja yang terjadi di Indonesia
pada periode tahun 2007. Namun hal itu dipercaya hanya sekitar 50 dari jumlah yang sebenarnya, karena data tersebut dapat diambil dari jumlah claim kepada
Jamsostek. Dan hanya sekitar 50 perusahaan saja yang mengasuransikan pekerjanya kepada Jamsostek. Dari sekian banyak jumlah tersebut, penyumbang
terbanyak berasal dari kecelakaan kerja konstruksi yang mencapai 30 dari total keseluruhan jumlah kecelakaan kerja Anshori, 2008.
Berdasarkan data yang tercatat di PT Jamsostek, menunjukkan bahwa untuk tahun 2002 terdapat 103.804 kasus kecelakaan kerja di Indonesia, angka ini
mencakup 1.903 meninggal dunia dan 10.345 cacat tetap. Khusus untuk sektor jasa konstruksi, terdapat 1.253 kasus kecelakaan kerja Reini, 2005
Salah satu komponen penting dalam pengerjaan struktur suatu proyek konstruksi adalah perancahscaffolding yang dipakai dari awal hingga akhir proyek
sebagai material support yang harus digunakan pada semua kegiatan konstruksi untuk melindungi para pekerja di sektor konstruksi. Telah diperkirakan 2,3 juta dari
pekerja konstruksi atau 65 persen dari seluruh pekerja konstruksi bekerja pada scaffoldingperancah. Tanpa disadari seringkali scaffolding kurang menjadi perhatian
bagi para kontraktor. Bahkan, kecelakaan fatal dan serius dapat diakibatkan oleh pemasangan scaffolding yang keliru. sekitar 72 persen pekerja yang terluka dalam
sebuah kecelakaan yang bekerja dengan menggunakan scaffolding yang disebabkan
Universitas Sumatera Utara
oleh papan tempat mereka bekerja atau tertimpa oleh barangbahan yang jatuh dari atas perancah Biro Statistik Tenaga Kerja dalam skripsi mahasiswa FKM UI, 2009.
Kasus kecelakaan kerja juga terjadi di proyek Puspem Badung yang menyebabkan empat buruh terjatuh dari lantai III. Buruh yang terjatuh mengalami
luka lecet dan satu orang buruh mengalami patah tulang belakang. Penyebab jatuhnya pekerja akibat pasangan batu padas di atas gedung tiba-tiba terjatuh. Batu padas
tersebut kemudian mengenai scaffolding yang digunakan buruh untuk melaksanakan pekerjaan Denpost, 2011.
Penggunaan scaffolding juga digunakan pada proyek pembangunan Hotel Gatot Subroto setinggi 12 lantai yang terletak di Jalan Gatot Subroto Medan. Proyek
pembangunan hotel ini menggunakan jasa konstruksi dari PT MJS yang bergerak di bidang civil engineering, architectural, mechanical dan electrical. Proses
pembangunan hotel yang sudah berjalan 2 tahun hingga saat ini menggunakan scaffolding bingkai yang dipasang pada bagian depan dan belakang bangunan.
Scaffolding adalah bangunan peralatan platform yang dibuat untuk sementara dan digunakan sebagai penyangga tenaga kerja, bahan-bahan serta alat-alat
pada setiap pekerjaan konstruksi bangunan termasuk pekerjaan pemeliharaan dan pembongkaran. Scaffolding yang sesuai dan aman harus disediakan untuk semua
pekerjaan dan harus diberi lantai papan yang kuat dan rapat sehingga dapat menahan dengan aman tenaga kerja, peralatan dan bahan yang dipergunakan. Lantai
scaffolding harus diberi pagar pengaman, apabila tingginya lebih dari 2 meter. Para pekerja memanfaatkan scaffolding yang dipasang untuk menaiki bangunan serta
melakukan pekerjaan seperti memasang bata, memplester dan mengaci. Satu
Universitas Sumatera Utara
scaffolding memiliki tinggi 170 cm dan untuk satu lantainya menggunakan dua scaffolding, berarti untuk pembangunan hotel yang setinggi 12 lantai digunakan
sekitar 24 scaffolding dengan tinggi 40,8 m. Tentu saja tingkat risiko dari scaffolding ini besar apabila tidak dipasang dengan benar terlebih pekerja dapat bekerja dan
berada di atas bangunan selama berjam-jam untuk melakukan pekerjaan mereka ditambah lagi scaffolding yang digunakan untuk proyek pembangunan hotel tersebut
banyak yang berkarat dan sudah bengkok. Bukan hanya itu saja tetapi pekerja juga berpijak di atas scaffolding dengan menggunakan kayu triplek, memanjat dan
menuruni scaffolding melalui besi-besi yang terdapat di kanan dan kiri main frame tanpa menggunakan alat pelindung diri apapun, padahal hal tersebut justru dapat
membahayakan keselamatan pekerja. Aspek keselamatan dalam hal ini sangat perlu diupayakan agar pekerja dapat bekerja dengan rasa aman, nyaman dan selamat. Oleh
karena itu dalam penelitian ini akan dibahas mengenai penilaian risiko kecelakaan kerja pada pengguna scaffolding di proyek pembangunan Hotel Gatot Subroto
Medan.
1.2 Perumusan Masalah