Hasil pengukuran suhu yang dilakukan di lima stasiun pengamatan dengan tiga kali ulangan menunjukkan bahwa suhu di perairan Teluk Kupang berkisar antara 28,53-
29,10 C Gambar 7. Suhu terendah terdapat pada stasiun IV sedangkan suhu
tertinggi terdapat pada stasiun V. Kisaran suhu ini sesuai dengan keadaan yang terdapat di perairan Teluk Kupang yaitu pada bulan Januari sampai dengan bulan April
yang merupakan musim hujan, akan tetapi curah hujannya tidak menentu dan intensitas penyinaran matahari masih tinggi bahkan juga disertai oleh angin yang
kencang, sehingga akan mempengaruhi suhu di perairan secara umum, khususnya di perairan Teluk Kupang. Tingginya intensitas penyinaran dan kondisi permukaan laut
yang lebih tenang menyebabkan penyerapan panas ke dalam air laut lebih tinggi, sehingga suhu air menjadi maksimum. Selain itu terjadi pula perubahan suhu pada air
laut yang dipengaruhi oleh evaporasi, curah hujan dan bahan-bahan lain yang masuk ke dalam perairan. Perubahan suhu yang terjadi pada setiap stasiun pengamatan
Gambar 7 masih dalam toleransi untuk kehidupan biota laut pada umumnya Nontji, 1984.
Gambar 7. Rata-rata suhu pada setiap stasiun pengamatan
4.4. Oksigen Terlarut DO
Oksigen terlarut merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Keberadaan oksigen ini secara alami bervariasi, tergantung pada suhu, salinitas,
turbulensi air, dan tekanan atmosfir. Semakin tinggi suhu dan semakin meningkat ketinggian altitude serta semakin kecil tekanan atmosfir, maka konsentrasi oksigen
terlarut semakin kecil Jeffries dan Mills, 1996 dalam Effendi, 2003. Hal ini sesuai dengan pendapat Brown 1987 yang mengemukakan bahwa peningkatan suhu
sebesar 1
o
C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10 dekomposisi bahan organik dan oksidasi bahan anorganik dapat mengurangi kadar oksigen terlarut hingga
mencapai nol anaerob. Hubungan antara kadar oksigen terlarut dan suhu menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu maka kelarutan oksigennya semakin
Batas atas Batas bawah
25 26
27 28
29 30
31 32
33
S u h u o C
ST 1 ST 2
ST 3 ST 4
ST 5
Stasiun pengamatan
berkurang. Kelarutan oksigen dan gas-gas lain ini akan berkurang dengan meningkatnya salinitas, sehingga kadar oksigen di laut cenderung lebih rendah dari
kadar oksigen di perairan tawar. Berdasarkan pengukuran nilai oksigen terlarut DO yang dilakukan di perairan
Teluk Kupang menunjukkan bahwa DO rata-rata berkisar antara 6,07-6,55 mgL. Gambar 8 menunjukkan bahwa nilai pada setiap stasiun sangat bervariasi, nilai DO
tertinggi terjadi pada ST3 sedangkan nilai terendah pada ST5. Adanya nilai DO yang bervariasi disebabkan karena tiap stasiun menerima cemaran yang berbeda-beda
ditinjau dari tingkat aktivitas dan masuknya air limbah melalui air sungai. Adanya fluktuasi kadar oksigen terlarut yang terjadi pada lokasi penelitian antar stasiun ini
dipengaruhi oleh percampuran mixing, pergerakan turbulensi massa air, terjadinya akitivitas fotosintesis, repirasi dan limbah effluent yang masuk ke dalam badan
perairan. Pada Gambar 8 memperlihatkan konsentrasi oksigen terlarut yang sangat
bervariasi namun nilai-nilai tersebut masih dalam kisaran baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah yakni 6,0 mgL Kepmen LH No. 51 tahun 2004.
Gambar 8. Rata-rata oksigen terlarut DO pada setiap stasiun pengamatan
4.5. Salinitas