Timbal Pb Konsentrasi Logam Berat dalam Air dan Sedimen

sedangkan hewan terutama yang hidup menetap seperti kerang lambat laun akan mengalami kepunahan. Gambar 11. Rata-rata kekeruhan pada setiap stasiun pengamatan

4.8. Konsentrasi Logam Berat dalam Air dan Sedimen

Logam berat, baik yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dan mencemari air tawar maupun air laut. Secara alamiah, unsur logam berat terdapat di seluruh alam, namun dalam konsentrasi yang sangat rendah Hutagalung, 1984, begitu pula kandungan logam berat dalam air laut dan sedimen. Konsentrasi logam dapat meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian dan industri yang mengandung logam berat dibuang masuk ke dalam perairan alami melalui saluran pembuangan. Logam berat yang sangat beracun ini tahan lama dan sangat banyak terdapat di lingkungan. Logam berat tersebut adalah Hg, Pb, Cd dan Cr. Logam berat yang masuk ke dalam air akan mengalami pengendapan, pengenceran dan dispersi, yang selanjutnya akan diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut. Pengendapan logam berat di suatu perairan terjadi karena adanya anion karbonat, hidroksil dan klorida Hutagalung, 1984. Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Meskipun daya racun yang ditimbulkan oleh satu logam berat terhadap semua biota perairan tidak sama, namun kehancuran dari sekelompok biota perairan dapat menjadikan terputusnya satu mata rantai kehidupan. Pada tingkat selanjutnya keadaan tersebut dapat menghancurkan satu tatanan dalam suatu ekosistem perairan Palar, 1994

4.8.1. Timbal Pb

Baku mutu 1 2 3 4 5 6 7 8 Kekeruhan mgL ST 1 ST 2 ST 3 ST 4 ST 5 Stasiun pengamatan Timbal Pb dan persenyawaannya dapat berada dalam badan perairan secara alamiah dan sebagai dampak dari aktivitas manusia. Secara alamiah Pb dapat masuk ke dalam perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan air hujan. Disamping itu, korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin juga merupakan salah satu jalur Pb yang akan masuk dalam badan perairan. Logam Pb masuk ke dalam badan perairan sebagai dampak dari aktifitas kehidupan manusia bentuknya bermacam-macam. Diantaranya adalah air buangan limbah dari industri yang berkaitan dengan Pb industri baterai, cat dan barang-barang elektronik, air buangan dari pertambangan bijih timah hitam. Bahan bakar yang mengandung timbal leaded gasoline juga memberikan konstribusi yang berarti bagi keberadaan timbal di dalam air. Buangan-buangan tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan seperti anak sungai untuk kemudian akan dibawa menuju lautan. Badan perairan yang telah terkontaminasi senyawa atau ion-ion Pb, jumlah Pbnya akan melebihi konsentrasi yang semestinya, sehingga dapat mengakibatkan kematian bagi biota yang terdapat dalam perairan. Bila konsentrasi Pb mencapai 188 mgL, akan dapat membunuh ikan-ikan yang berada dalam perairan tersebut palar, 1994. Untuk memantau pencemaran logam di suatu perairan, maka analisis biota air sangat penting dilakukan. Biota air seperti ikan, udang dan kerang merupakan sumber protein, vitamin, mineral dan lemak tak jenuh yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Penelitian tentang konsentrasi logam berat yang terdapat dalam tubuh biota laut perlu dilakukan untuk mendapatkan kepastian atau informasi bahwa produk-produk yang berasal dari laut dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi masih aman bila di konsumsi. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di laboratorium, konsentrasi logam Pb tertinggi pada ST1, ST2 dan ST5 sedangkan konsentrasi terendah pada ST4 dan ST3. Konsentrasi rata-rata logam Pb dalam air laut pada ke lima stasiun berkisar antara 0,0015-0,0078 mgL Gambar 12. Tingginya konsentrasi Pb pada air laut di ST1 dan stasiun lainnya disebabkan oleh tingginya aktivitas di setiap lokasi pengambilan sampel, terutama alat-alat transportasi yang menghasilkan pencemaran Pb, baik yang bersumber dari daratan, lautan, udara dan juga yang sifatnya secara alamiah sudah ada walaupun konsentrasinya relatif kecil. Konsentrasi Pb dalam sedimen jauh lebih tinggi dibandingkan konsentrasi Pb dalam air laut yaitu berkisar 1,6438-2,2410 mgkg Gambar 13. Konsentrasi Pb tertinggi pada ST1 dan terendah pada ST5. Tingginya konsentrasi Pb dalam sedimen 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 Konst. Pb dlm sedimen mgkg ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 Stasiun pengamatan disebabkan oleh tingginya mobilisasi lalu lintas baik dari darat maupun laut. Suhu dan pH juga memberikan sumbangan yang cukup berarti, sehingga logam berat yang masuk ke perairan dapat terakumulai dalam sedimen, akibatnya konsentrasi Pb lebih tinggi dibandingkan konsentrasinya dalam air laut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat Pb di perairan Teluk Kupang masih layak untuk budidaya perikanan karena masih dibawah baku mutu yaitu 0,008 mgL Kepmen LH No.51 tahun 2004. Gambar 12. Konsentrasi rata-rata logam berat Pb dalam air laut pada setiap stasiun Pengamatan 0.000 0.002 0.004 0.006 0.008 0.010 Konst. Pb dlm air laut ppm ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 Stasiun pengamatan Baku mutu Gambar 13. Konsentrasi rata-rata logam berat Pb dalam sedimen pada setiap stasiun pengamatan 4.8.2. Kadmium Cd Penyebaran logam Cd di alam sangat luas, namun hanya satu jenis senyawa yaitu greennokite CdS dan sering ditemukan bersama dengan mineral spalerite ZnS. Mineral greennockite sangat jarang ditemukan, sehingga dalam eksploitasi logam Cd biasanya merupakan produksi sampingan dari proses peleburan dan refining bijih-bijih Zn, sehingga menghasilkan logam Cd sebesar 0,2-0,3 . Penggunaan logam Cd adalah sebagai stabilisasi, bahan pewarna dalam industri plastik, elektroplating, solder, baterai, dan industri persenjataan berat. Penggunaan Cd ditemukan juga dalam industri pencelupan, fotografi dan lain-lain. Contoh senyawa-senyawa logam Cd yang digunakan dalam industri antara lain zat warna CdS dan CdSeS, industri baterai CdSO 4 , fotografi CdBr 2 dan CdI 2 , pembuatan tetraetil-Pb C 2 H 5 2 Cd dan yang berfungsi sebagai stabilizer yaitu senyawa Cd-Stearat pada industri manufaktur polyvinilklorida PVC Palar, 2004. Dalam strata lingkungan, persenyawaan logam Cd banyak dijumpai di daerah- daerah penimbunan sampah, aliran air hujan dan air buangan. Hasil penelitian yang dilakukan di perairan Teluk New York Mueller et.al., 1979 melaporkan bahwa konsentrasi logam Cd dalam perairan yang berasal dari air limbah industri sangat kecil, yaitu 0,6, sedangkan jumlah paling besar dihasilkan oleh limbah padat yaitu 82, limbah cair rumah tangga 5, pemukiman 5, tanah 1 dan lainnya sebanyak 5 Mueller et.al., 1979 dalam Palar, 2004. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di laboratorium, konsentrasi logam Cd tertinggi di ST1, ST2 dan ST4, sedangkan konsentrasi terendah pada ST3 dan ST5. Konsentrasi rata-rata logam Cd dalam air laut dari lima stasiun pengamatan berkisar antara 0,0004-0,0008 mgL Gambar 14. Rendahnya konsentrasi Cd pada air laut dari lima stasiun disebabkan oleh minimnya sumber pencemaran yang menghasilkan logam berat Cd seperti limbah padat sampah, limbah buangan rumah tangga, limbah industri. Semakin tinggi kesadahan, makin tinggi pula konsentrasi Cd dalam air, tetapi untuk perairan Teluk Kupang tidak terjadi demikian bahkan sebaliknya. Nilai pH dan salinitas berpengaruh terhadap konsentrasi Cd dalam air, sehingga logam Cd cendurung mengendap bersama dengan sedimen. Mueller et al. 1979 mengemukakan bahwa limbah padat menghasilkkan konsentrasi logam Cd sebesar 82 . Konsentrasi Cd dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan konsentrasi Cd dalam air laut yaitu berkisar 0,0072-0,0183 mgkg. Konsentrasi Cd tertinggi pada ST1 dan terendah pada ST5. Pada Gambar 15 memperlihatkan tingginya konsentrasi Cd dalam sedimen yang berasal dari daerah-daerah buangan sampah, sehingga terbawah aliran air hujan, limbah air buangan rumah tangga, dan limbah industri lainnya. Konsentrasi logam Cd di sedimen di pengaruhi oleh suhu, pH dan salinitas, sehingga terjadi pengendapan dan terakumulai dalam sedimen. Pada penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi logam Cd di perairan Teluk Kupang masih layak untuk kegitan budidaya perikanan Kepmen LH No.51 tahun 2004. Gambar 14. Konsentrasi rata-rata logam berat Cd dalam air pada setiap stasiun Pengamatan 0.0000 0.0005 0.0010 0.0015 0.0020 Konst. Cd dlm air laut ppm ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 Stasiun pengamatan Baku mutu 0.0000 0.0020 0.0040 0.0060 0.0080 0.0100 0.0120 0.0140 0.0160 0.0180 0.0200 Konst. Cd dlm sedimen mgkg ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 Stasiun pengamatan Gambar 15. Konsentrasi rata-rata logam berat Cd dalam sedimen pada setiap stasiun pengamatan 4.8.3. Tembaga Cu Logam Cu yang masuk ke dalam tatanan lingkungan perairan berasal dari peristiwa-peristiwa alamiah dan sebagai efek samping dari aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Secara alamiah logam Cu masuk ke perairan sebagai akibat dari erosi atau pengikisan batuan mineral serta melalui persenyawaan Cu di atmosfir, sehingga terbawa oleh air hujan. Logam Cu masuk ke perairan diperkirankan mencapai 325.000tahun Palar, 1994. Terjadinya peningkatan konsentrasi logam Cu diperairan di sebabkan oleh aktivifitas manusia, seperti dari buangan industri, pertambangan logam Cu, industri galangan kapal dan bermacam-macam aktivitas di pelabuhan. Pada kondisi normal keberadaan Cu dalam perairan ditemukan dalam bentuk senyawa ion seperti CuCO 3 + , CuOH 2 + . Konsentrasi logam Cu yang terlarut dalam perairan laut adalah 0,002-0,005 ppm Palar, 1994. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di laboratorium, konsentrasi logam Cu dalam air laut di perairan Teluk Kupang berkisar antara 0,0030-0,0074 mgL Gambar 16 , baku mutu Cu untuk biota di perairan sebesar 0,008 mgL, sedangkan konsentrasi logam Cu dalam sedimen berkisar antara 0,9843-1,8347 mgkg Gambar 17 , hal ini menunjukkan bahwa logam Cu di perairan Teluk Kupang masih layak untuk kegiatan budidaya perikanan Kepmen LH No. 51 tahun 2004. Minimnya konsentrasi logam Cu di perairan Teluk Kupang disebabkan oleh tingkat kelarutan senyawa- senyawa logam Cu yang relatif kecil dan kondisi perairan yang cenderung bersifat basa. Limbah logam Cu dari limbah padat sampah, industri dan kegiatan pertanian masuk ke perairan dan mengendap bersama dengan sedimen, sehingga konsentrasi logam Cu dalam sedimen lebih tinggi dibanding konsentrasi Cu dalam air laut. Konsentrasi logam Cu di air laut dan sedimen sangat berfluktuasi, karena ditentukan oleh jumlah cemaran logam Cu dan tingkat aktifitas, baik di daratan, pesisir maupun lautan. Konsentrasi rata-rata logam Cu dalam air laut dan sedimen dapat dilihat pada Gambar 16 dan 17. Gambar 16. Konsentrasi rata-rata logam berat Cu dalam air pada setiap stasiun pengamatan 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 Konst. Cu dlm Sedimen mgkg ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 Stasiun pengamatan 0.0000 0.0020 0.0040 0.0060 0.0080 0.0100 Konst. Cu dlm air laut ppm ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 Stasiun pengamatan Baku mutu Gambar 17. Konsentrasi rata-rata logam berat Cu dalam sedimen pada setiap stasiun pengamatan 4.9. Absorbsi Logam Berat oleh Kerang Darah Anadara granosa Jenis kerang-kerangan dapat digunakan untuk memonitor pengaruh konsentrasi logam terhadap kualitas air, faktor musim, temperatur dan kadar garam. Kerang kecil oyster dapat mengakumulasi logam Zn dan Cu berlipat ganda, sehingga konsentrasi logam dalam organ lebih tinggi daripada air disekitarnya Darmono, 1995. Dalam memonitor pencemaran disuatu lingkungan yang dianggap tercemar logam berat, analisis biota air sangat penting artinya daripada analisis airnya saja. Hal ini disebabkan konsentrasi logam berat dalam air akan mengalami perubahan dan sangat tergantung pada lingkungan dan iklim. Konsentrasi logam berat dalam biota air biasanya senantiasa bertambah seiring dengan bertambahnya waktu dan juga karena sifat dari logam yang “bioakumulatif” sehingga biota air sangat baik digunakan sebagai indikator pencemaran logam dalam suatu lingkungan perairan. Absorpsi logam pada biota air, selain masuk melalui insang dapat juga masuk melalui kulit kutikula dan lapisan mukosa. Absorpsi ion-ion logam dari air laut oleh organisme, seperti ikan dan udang biasanya melalui insang. Simkis 1984 melaporkan bahwa logam-logam ringan, seperti Na, K, Ca, dan Mg merupakan logam dalam kelompok A yang keterlibatan ion logamnya dalam makhluk hidup melalui proses fisiologis. Logam berat yang masuk dalam kelompok B, merupakan logam-logam yang terlibat dalam proses enzimatik dan dapat menimbulkan polusi, seperti Cu, Zn, Cd, Hg, dan Pb. Aktivitas dari logam kelompok A yang masuk ke dalam tubuh hewan biasanya dengan cara diusi membran sel membran fenomena, sedangkan logam kelompok B, terikat dengan protein ligan binding. Logam kelompok A biasanya terdapat dalam air yang mengandung garam air laut. Lapisan sel membran pada biota air biasanya mempunyai dua lapisan dan berbentuk lipida lipid bilayer, dan pada permukaannya terdapat beberapa lapisan yang dapat mengikat ion-ion yang diserap biota. Ion logam masuk ke dalam sel dengan cara penetrasi ke dalam lapisan lipida, tetapi dalam penetrasi tersebut ada barier ysng menghambat yaitu berupa energi. Energi ini dihasilkan oleh proses sintesis ATP adenosin tri- fosfat, kontraksi otot, aktivitas saraf, keseimbangan elektrolit dan sebagainya. Logam kelas B merupakan logam yang sangat reaktif terhadap ikatan ligan dengan sulfur dan nitrogen daripada kelas A, sehingga hal ini sangat penting dalam sistem fungsi metaloenzim yang mengganggu bersifat racun terhadap metabolisme sel itu sendiri. Apabila sel sitoplasma mengikat logam yang berbahaya nonesensial atau sel sitoplasma mengikat logam yang bukan semestinya maka dapat menyebabkan rusaknya kemampuan katalitik detoksikasi dari sel tersebut. Hal tersebut biasanya terjadi pada sel-sel respirasi seperti epitel insang sehingga tidak berfungsi lagi akibat konsentrasi logam berat kelas B yang terikat sebagai ligan. Ada dua enzim penting yang disekresi oleh sel-sel insang adalah enzim carbonic anhydrase dan ATP ase. Carbonic anhydrase adalah enzim yang mengandung Zn yang mempunyai peranan mengkatalisis CO 2 menjadi asam karbonat HCO 3 . Jika logam yang diikat bukan logam yang semestinya menjadi metaloenzim, maka fungsi enzim akan menjadi rusak. Hubungan antara jumlah absorpsi logam dan konsentrasi logam dalam air pada suatu jaringan sesuai dengan kenaikan konsentrasi logam dalam air dan biasanya proporsional antara keduanya pada organjaringan terjadi kenaikan konsentrasi logam, maka kenaikan logam tersebut akan terjadi pula di dalam air. Logam-logam esensial dalam jaringan biota akan mengalami regulasi, tetapi logam-logam non-regulasi akan mengalami kenaikan sesuai dengan bertambahnya konsentrasi logam dalam air. Faktor yang mempengaruhi terjadinya laju absorpsi logam dalam air adalah kadar garam air laut, alklinitas air tawar, senyawa-senyawa kimia suhu, pH, ukuran biota, dan kondisi kelaparan dari biota Darmono, 1995 4.10. Konsentrasi Logam Pb, Cd dan Cu dalam organ Kerang Darah Anadana granosa Kerang dapat mengakumulasi logam berat dalam organjaringan seperti hewan air lainnya ikan dan udang. Hewan air memiliki derajat akumulasi logam berat yang sama, namun kerang lebih banyak mengakumulasi logam berat dibandingkan dengan hewan air lainnya karena sifatnya yang menetap, lambat menghindar dengan adanya pengaruh polusi, dan mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu, sehingga jenis-jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu pencemaran lingkungan Darmono, 2001. Hasil analisis laboratorium terhadap konsentrasi logam Pb, Cd dan Cu dalam kerang darah Anadara granosa yang sampling pada setiap lokasi penelitian yang terdiri dari lima stasiun dan ulangan sebanyak tiga kali pengamatan, menunjukkan bakwa konsentrasi logam berat sangat bervariasi dan tergantung pada jumlah cemaran logam seperti Pb, Cd dan Cu. Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi Pb dalam insang berkisar antara 2,5768-3,3129 mgkg dengan nilai tertinggi pada ST1 dan nilai terendah ST4. Konsentrasi Pb dalam hepatopankreas hati berkisar antara 2,9824-3,6652 mgkg dengan nilai tertinggi pada stasiun ST1 dan nilai terendah ST4, sedangkan konsentrasi Pb dalam daging otot berkisar antara 1,8925-2,5753 mgkg dengan nilai tertinggi pada ST1 dan nilai terendah ST4 Gambar 18. Gambar 18. Konsentrasi rata-rata logam Pb dalam organ kerang pada setiap stasiun pengamatan Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi logam Cd dalam insang berkisar antara 0,1007-0,1620 mgkg dengan nilai tertinggi pada ST1 dan nilai terendah ST5. Konsentrasi Cd dalam hepatopankreas berkisar antara 0,1095-0,1915 mgkg dengan nilai tertinggi pada ST1 dan nilai terendah ST5, sedangkan konsentrasi logam Cd dalam daging berkisar antara 0,0501-0,1375 mgkg dengan nilai tertinggi pada ST1 dan nilai terendah ST5 Gambar 19. 0.15 0.20 0.25 Konst. Cd dlm organ mgkg Baku mutu 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 Konst. Pb dlm orgam mgkg ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 Stasiun pengamatan Insang Hati Daging Gambar 19. Konsentrasi rata-rata logam Cd dalam organ kerang pada setiap stasiun pengamatan Hasil analisis menunjukkan bahwa konsentrasi logam Cu dalam insang berkisar antara 2.8091-3.6595 mgkg dengan nilai tertinggi pada ST1 dan nilai terendah ST5. Konsentrasi Cu dalam hepatopankreas berkisar antara 4,1704-5,0208 mgkg dengan nilai tertinggi pada ST1 dan nilai terendah ST5, sedangkan konsentrasi Cu dalam daging berkisar antara 0,0501-0,1375 mgkg dengan nilai tertinggi pada ST1 dan nilai terendah ST5 Gambar 20. Baku mutu Baku mutu 2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 Konst. Cu dlm organ mgkg ST1 ST2 ST3 ST4 ST5 Stasiun pengamatan Insang Hati Daging Gambar 20. Konsentrasi rata-rata logam Cu dalam organ kerang pada setiap stasiun pengamatan Limbah logam berat dalam air jarang di jumpai dalam bentuk atom tersendiri, tetapi biasanya terikat oleh senyawa lainnya. Ikatan tersebut berupa garam organik, seperti senyawa metil, etil, fenil, maupun garam anorganik berupa oksida, klorida, sulfida, karbonat dan hidroksida. Bentuk ion biasanya banyak ditemukan dalam air kemudian bersenyawa dengan pasangannya, sehingga dapat terlarut dan diserap oleh hewan maupun tumbuhan air. Logam berat yang nonesensial yang bersenyawa dengan protein jaringan dan terakumulasi serta berikatan dengan protein yang disebut metalotionin dan bersifat toksik. Organ kerang insang sebagai alat pernapasan, juga digunakan sebagai alat pengatur tekanan antara air sekitarnya dan air dalam tubuh organisme Osmoregulasi. Oleh sebab itu insang merupakan organ yang penting terutama pada organisme air kerang, di samping itu insang juga sangat peka terhadap pengaruh limbah sehingga organisme lain bisa menghindar akan tetapi kerang tidak demikian, sehingga kerang cenderung mengakumulasi logam berat lebih besar dari hewan air lainnya. Hepatopankreas hati merupakan organ yang berperan untuk mengeleminasi detosikasi limbah, logam esensial maupun nonesensial sebelum di distribusikan ke semua jaringan terlebih dahulu melalui proses di hati dan yang tidak di butuhkan akan dikeluarkan ekskresi melalui ginjal. Logam berat Pb Cd dan Cu yang masuk ke jaringan daging melalui darah dan dengan bantuan enzim. Pada Gambar 19 dan 20 diatas memperlihatkan bahwa konsentrasi logam pada setiap stasium cenderung bervariasi. Hasil analisis pada setiap stasiun pengamatan menunjukkan bahwa konsentrasi logam Pb dalam organ insang, hepatopankreas maupun daging tidak memenuhi baku mutu yang ditetapkan oleh SNI 2,0 mgkg. Penyerapan Pb yang terus meningkat dalam organ kerang dimungkinkan oleh beberapa jalur penyerapan antara lain melalui pakan, penyerapan langsung dari air dan proses difusi melalui kulit. Konsentrasi logam Pb dalam organ kerang terakumulasi paling besar pada hepatopankreas, insang dan terkacil terdapat pada daging. Konsentrasi logam Cd, baik insang, hepatopankreas maupun daging terlihat bahwa rata-rata konsentrasi logam Cd masih dibawah baku mutu 0,2 mgkg. sedangkan konsentrasi logam Cu dalam insang, hepatopankreas dan daging kerang juga memnuhi baku mutu 20,0 ppm. Meningkatnya konsentrasi logam berat dalam setiap organ baik insang, hepatopankreas maupun daging kerang disebabkan karena kerang secara kontinyu menerima limbah logam berat yang berasal dari limbah rumah tangga sampah, limbah industri, transportasi yang menggunakan aditif Pb serta logam berat yang ada di alam secara alamiah. Sifat kerang yang hidupnya menetap dalam lumpur dan tidak mampu menghindar bila terkena limbah, sehingga dalam waktu yang panjang akan mengkonsumsi dan mengakumulasi logam berat seperti Pb, Cd dan Cu akibatnya konsentrasi logam dalam organ kerang insang, hepatopankreas dan daging lebih tinggi dibandingkan konsentrasi logam Pb, Cd dan Cu dalam air dan sedimen. Penyerapan logam esensial Cu dan logam non- esensial Pb, Cd melalui insang, saluran pencernaan, kemudian diangkut oleh darah serta di distribusikan ke seluruh tubuh. Logam tersebut akan berikatan dengan protein dan jika berlebihan akan di keluarkan terutama logam esensial seperti Cu, sedangkan logam Pb dan Cd juga berikatan dengan protein tetapi bersifat permanen dan mempunyai waktu paruh yang cukup lama Biological half life. Pada Tabel 10 terlihat bahwa organ kerang darah Anadara granosa seperti insang, hepatopankreas dan daging ternyata daya akumulasi logam berat tertinggi secara berturtu-turut terdapat pada organ hepatopankreas, insang dan daging. Darmono 2001 mengemukakan bahwa jaringan yang paling banyak mengakumulasi logam berat berturut-turut adalah hepatopankreas, insang dan daging. Davis et. al. 1981 dalam Darmono 2001 juga mengemukakan bahwa pada kepiting laut Cancer pagurus mengabsorpsi logam melalui pakan yang dimakan dimana logam kadmium Cd paling banyak terakumulai dalam hepatopankreas. Konsentrasi logam berat Pb, Cd dan Cu di perairan Teluk Kupang umumnya masih dibawah baku mutu kecuali logam Pb. Tingginya konsentrasi logam dalam suatu perairan berasal dari kegiatan-kegiatan industri, seperti logam Cd berasal dari industri kimia, plastik, dan elektroplating dan logam Pb berasal dari industri kimia, pengeboran minyak lepas pantai, baterai dan cat sedangkan logam Cu berasal dari industri cat, alat-alat listrik, pengawetan kayu dan lain-lain Darmono, 2001. Pada manusia logam berat seperti Pb akan mengakibatkan anemia, kerusakan sistem syaraf yaitu kerusakan pada otak. Penyakit yang berhubungan dengan otak sebagai akibat dari keracunan Pb adalah epilepsi, halusinasi, delirium sejenis penyakit gula urinaria kerusakan pada saluran ginjal, dan mempengaruhi sistem reproduksi, keracunan logam Cd dapat menimbulkan gangguan terhadap organ tubuh antara lain sistem urinaria ginjal, sistem respirasi pernapasanparu-paru, ssistem sirkulasi darah dan jantung dan keracunan logam Cu dapat menimbulkan penyakit Wilson kerusakan pada otak, penurunan kerja gijnal dan pengendapan Cu dalam kornea mata . Untuk mencegah kerusakan lebih lanjut maka diperlukan upaya pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu, berkesinambungan dan berwawasan lingkungan bagi upaya memproduksi bahan yang higienis sehingga aman bagi konsumen. 4.11. Hubungan antara Parameter 4.11.1. Hubungan antara konsentrasi logam berat Pb, Cd dan Cu dalam air laut dengan sedimen Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa hanya satu hubungan yang signifikan p0,05 yaitu antara konsentrasi logam berat Cd dalam air dengan konsentrasi logam berat Cd dalam sedimen ST3 dengan nilai koefisien regresi r = -0,999, hal ini di duga bahwa ST3 merupakan salah satu daerah yang memiliki jumlah penduduknya padat sehingga limbah padat juga meningkat, dan limbah padat tersebut sebagai sumber logam Cd selain sumber-sumber lainnya seperti industri tenun yang menggunakan bahan pewarna yang mengandung logam Cd serta dapat pula berasal dari pertanian yang menggunakan pestisida dan juga mengandung logam Cd. Logam Cd dalam air laut sebagian akan terlarut billa pH rendah namun bila pH tinggi logam Cd cenderung mengendap karena bereaksi dengan logam Cd dalam bentuk CdS, CdSO 4 , CdOH 2 dan karbonat CdCO 3 , sehingga konsentrasi Cd dalam sedimen lebih tinggi daripada air laut dan logam Cd dalam sedimen akan terlarut kembali dalam air laut bila pH air menurun. Sedangkan hubungan antara logam berat Pb dan Cu dalam air laut dan sedimen tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95 ST1, ST2, ST4 dan ST5. Hal ini berarti kenaikan konsentrasi logam Cd dalam sedimen sangat bergantung pada konsentrasi Cd dalam air laut. Peningkatan konsentrasi logam berat dalam sedimen seperti Cd dapat berasal dari hasil kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan manusia. Tumbuhan dan hewan yang mati dan mengalami pembusukan juga menyumbangkan logam berat secara nyata dalam sedimen Connell dan Miller,1995. Bryan 1976 mengemukakan bahwa pengendapan logam berat di perairan terjadi karena adanya anion klorida dan hidroksil membentuk CdCl, CdCl 2 , CdOH 2 dan kemungkinan lain adalah adanya H 2 S sehingga logam berat akan mengendap karena adanya senyawa sulfida yang sukar larut. Hubungan antara air laut dengan sedimen dipengaruhi oleh waktu tinggal dari kedua media di perairan, seperti yang dikemukakan oleh Wollast dan Mackenzie 1975 bahwa logam berat Pb di dalam perairan relatif lebih tahan lama karena sifatnya yang lebih stabil terutama yang terdapat dalam sedimen. Logam berat dalam perairan mempunyai waktu paruh 32 x 10 3 tahun dan sedimen 2,5 x 10 8 tahun lebih lama dibandingkan dengan logam berat yang berada di daratan dan di udara. Karena waktu tinggal logam berat pada sedimen sangat lama, maka sedimen yang tercemar dengan logam berat seperti Pb, Cd dan Cu akan berpotensi berperan sebagai sumber pelepasan kembali ke air laut dan pelepasan ini tergantung pada pH air laut. Limbah logam berat yang masuk ke badan air laut akan menyebabkan tercemarnya perairan seperti muara sungai Kalidendeng dan muara sungai oesapa. Logam berat yang masuk ke perairan tersebut akan mengalami beberapa proses antara lain pengendapan, pengenceran dan dispersi dan selanjutnya di absorpsi oleh organisme-organisme yang hidup di perairan tersebut. Hal ini akan memberikan suatu gambaran bahwa sebahagian logam berat akan mengendap di dasar sebagai sedimen dan sebahagian pula berada di badan air walaupun dalam jumlah yang relatif kecil. Proses pengendapan logam berat Pb, Cd dan Cu di dasar perairan atau sedimen diakibatkan oleh sifat logam berat yang mudah berikatan dengan bahan-bahan organik terlarut dan juga disebabkan mikroorganisme. Selain biota, sedimen dalam suatu perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran logam berat karena partikel- partikel koloid banyak mengikat logam berat yang masuk ke badan air dan apabila pH perairan meningkat cenderung mengendap sebagai sedimen. Logam berat yang masuk ke dalam badan air akan diserap oleh mikroorganisme seperti fitoplanton dan zooplanton dan setelah mengalami kematiankepunahan akan berubah sebagai bahan organik dan akhirnya akan mengendap sebagai sedimen. Beberapa logam yang berikatan dengan sedimen dan partikel yang mengendap, kemudian kembali ke dalam air dan diikuti remobilisasi dan difusi ke atas Bryan, 1976. Konsentrasi logam berat dalam sedimen akan bertambah dari waktu ke waktu, tetapi konsentrasi logam berat dalam air selalu berubah. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh sehingga konsentrasi logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air laut yaitu pH di samping faktor lainnya seperti kadar garam, salinitas dan suhu. Logam-logam berat yang bersifat racun seperti Pb dan Cd yang terdapat dalam air dominan dalam bentuk ion. Kadmium Cd dalam air laut berikatan dengan klorida membentuk CdCl 2 sedangkan pada air tawar berbentuk karbonat CdCO 3 . Dengan didukung oleh faktor-faktor di atas, maka limbah yang berasal dari daratan, laut dan udara akan mengendap dalam sedimen sehingga konsentrasi logam berat di sedimen lebih tinggi daripada air laut. Koefisien korelasi antara logam berat dalam air laut dengan sedimen dapat dilihat pada Tabel 5 dan hasil analisis regresi dapat lihat pada Lampiran 4. Tabel 5. Hasil analisis regresi dan korelasi antara logam berat dalam air laut x dengan logam berat dalam sedimen y. Stasiun Logam Regresi R 2 Korelasi ST.1 y = 13,412x + 2.1485 0,7852 0,886 ST.2 y = 18,245x + 1.9090 0,4235 0,651 ST.3 y = 46,541x + 1.7400 0,3354 0,579 ST.4 y = 18,245x + 1.6079 0,4235 0,651 ST.5 Pb y = 12,423x + 1.8362 0,2601 0,510 ST.1 y = -8,8791x +0.0250 0,6855 -0,825 ST.2 y = -25,305x + 0.0305 0,9983 -0,999 ST.3 y = -6,6978x + 0.0127 0,1775 0,439 ST.4 y = 188,78x + 0.3540 0,5839 -0,764 ST.5 Cd y = 19,842x – 0.0031 0,6119 0,782 ST.1 y = 188,35x + 0.4472 0,3965 0,630 ST.2 y = 188,35x + 0.3775 0,3965 0,630 ST.3 y = 15,041x + 0.0016 0,5309 0,729 ST.4 y = 314,61x – 0.2723 0,5894 0,768 ST.5 Cu y = 188,35x + 0.4256 0,3965 0,630 Ket: Nyata pada taraf kepercayaan 95 p 0,05 4.11. 2. Hubungan antara konsentrasi logam Pb, Cd dan Cu dalam air laut dengan Organ kerang darah Anadara granosa Hasil analisis regresi menunjukkan hubungan yang signifikan p0,05 antara konsentrasi logam berat dalam air laut dengan konsentrasi logam berat dalam organ hepatopankreas terdapat pada logam Pb dengan nilai koefiein korelasi r = 0,996 , logam berat Cd r = 0,994 dan logam berat Cu r = 0,999 atau nyata pada tingkat kepercayaan 95 sedangkan nilai koefisien korelasi lainnya tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95. Hal ini memperlihatkan bahwa konsentrasi logam Pb,Cd pada ST1 dan Cu dalam hepatopankreas sangat bergantung pada konsentrasi logam Pb, Cd dan dan Cu dalam air laut pada ST5. Logam berat tersebut berasal dari alam secara alamiah, industri, kegiatan manusia dan juga berasal dari udara yang turun pada saat musim hujan dan masuk ke dalam perairan laut melalui aliran sungai sehingga konsentrasi logam berat dalam perairan meningkat dan dalam waktu tertentu organisme seperti kerang dapat mengakumulasi logam berat terutama pada bagian organ. Miettinen 1975 mengemukakan bahwa logam berat yang terdapat di dalam air dapat masuk ke dalam tubuh organisme perairan melalui rantai makanan, difusi permukaan kulit dan juga melalui insang. Dari ke tiga proses masuknya logam berat tersebut ke dalam tubuh , yang paling besar adalah melalui rantai makanan. Dalam proses tersebut fitoplanton sangat memegang peranan penting, karena fitoplanton akan menyerap logam berat Pb, Cd dan Cu setelah di rombak oleh mikroorganime tertentu sehingga berubah dan berikatan dengan metil, dietil ataupun tetraetil dan juga ada yang menyerap logam berat pada saat proses fotosintesis berlangsung. Dalam proses makan memakan fitoplanton akan dimakan oleh zooplanton dan zooplanton akan dimakan oleh biota yang kecil dan biota yang kecil dimakan oleh biota yang besar, limbah dari biota besar terdispersi dalam badan air kemudian mengendap menjadi sedimen, dimana kerang akan berdiam dalam sedimen. Logam berat juga dapat masuk ke dalam tubuh organisme melalui permukaan kulit, logam berat ada yang mudah terdifusi melalui membran sel kulit sehingga dapat mencapai organ-organ yang lebih sensitif. Pada insang logam esensial maupun logam non-esensial akan masuk ke dalam tubuh pada saat terjadi pertukaran gas dalam proses respirasi Setiadi dan Suprianto, 1992. Untuk mempermudah menyerapan logam ke dalam tubuh organisme perairan, maka Kusumahadi 1998 mengemukakan bahwa di lingkungan perairan, logam berat seperti raksa organik diubah oleh mikroorganisme menjadi metil merkuri sehingga lebih memiliki daya racun yang tinggi dan akan lebih mudah diserap oleh jaringan, dan metil merkuri 95 diserap oleh usus kemudian disimpan dalam tubuh. Koefisien korelasi antara logam berat dalam air laut dengan sedimen dapat dilihat pada Tabel 6 dan hasil analisis regresi dapat lihat pada Lampiran 5-7. Tabel 6. Hubungan antara konsentrasi logam berat dalam air laut x dengan konsentrasi logam berat dalam organ kerang y. Stasiun Logam Organ Kerang Regresi R 2 Korelasi ST.1 Insang y = -42,702x + 3.6075 0,6991 -0,836 ST.2 Insang y = 142,5x + 2.3669 0,4672 0,684 ST.3 Insang y = 141,16x + 2.3993 0,4561 0,675 ST.4 Insang y = 141,16x + 2.2992 0,4561 0,675 ST.5 Pb Insang y = 97,692x + 2.4504 0,2894 0,538 ST.1 Insang y = -471,43x + 0.5482 0,7330 -0,856 ST.2 Insang y = 16,964x + 0.1136 0,1017 0,316 ST.3 Insang y = -25,821x + 0.1159 0,0663 -0,258 ST.4 Insang y = -33,64x + 0.1341 0,1098 -0,332 ST.5 Cd Insang y = 277,79x – 0.0437 0,6119 0,783 ST.1 Insang y = 352,18x + 1.0651 0,3530 0,594 ST.2 Insang y = 352,18x + 1.5197 0,3530 0,594 ST.3 Insang y = 359,55x + 1.3136 0,5394 0,734 ST.4 Insang y = 359,55x + 1.2357 0,5394 0,734 ST.5 Cu Insang y = 352,16x + 1.7643 0,3530 0,594 ST.1 Hepatopankreas y = 325,41x + 1.4198 0,9917 0,996 ST.2 Hepatopankreas y = 240,86x + 2.2817 0,1764 0,420 ST.3 Hepatopankreas y = 239,53x + 2.5699 0,1737 0,417 ST.4 Hepatopankreas y = 204,49x + 2.5802 0,1707 0,413 ST.5 Pb Hepatopankreas y = 126,67x + 2.7780 0,0644 0,254 ST.1 Hepatopankreas y = 249,23x – 0.0266 0,9881 0,994 ST.2 Hepatopankreas y = -225,94x + 0.2964 0,8641 -0,930 ST.3 Hepatopankreas y = -261,54x + 0.2292 0,9582 -0,979 ST.4 Hepatopankreas y = -397,83x + 0.3551 0,5466 -0,739 ST.5 Cd Hepatopankreas y = 544,68x – 0.1737 0,9267 0,963 ST.1 Hepatopankreas y = 781,41x – 0.7356 0,6606 0,813 ST.2 Hepatopankreas y = 781,41x + 1.0925 0,6606 0,813 ST.3 Hepatopankreas y = 720,65x + 0.8453 0,8237 0,908 ST.4 Hepatopankreas y = 720,65x + 0.5867 0,8237 0,908 ST.5 Cu Hepatopankreas y = 233,09x + 1.0465 0,9972 0,999 ST.1 Daging y = 167,09x + 1.4224 0,6863 0,828 ST.2 Daging y = -97,631x + 3.1100 0,0777 -0,279 ST.3 Daging y = -98,968x + 2.5180 0,0788 -0,281 ST.4 Daging y = -9,7962x + 1.9117 0,0023 -0,048 ST.5 Pb Daging y = -135,42x + 3.0139 0,1954 -0,442 ST.1 Daging y = 218,92x - 0.0281 0,2607 0,511 ST.2 Daging y = 65,540x + 0.0745 0,1257 0,355 ST.3 Daging y = 49,44x + 0.0370 0,6671 0,817 ST.4 Daging y = -106,43x + 0.1387 0,6326 -0,795 ST.5 Cd Daging y = -373,24x + 0.2442 0,9479 -0,974 ST.1 Daging y = 106,88x + 1.7564 0,3716 0,610 ST.2 Daging y = -55,84x + 2.0368 0,8420 -0,918 ST.3 Daging y = 38,695x + 1.7568 0,6046 0,778 ST.4 Daging y = -113,62x + 2.7538 0,6216 -0,788 ST.5 Cu Daging y = 781,41x + 1.8522 0,6606 0,813 Ket: Nyata pada taraf kepercayaan 95 p 0,05 4.11.3. Hubungan antara konsentrasi logam Pb, Cd dan Cu dalam sedimen dengan organ kerang darah Anadara granosa Hasil analisis rergresi menunjukkan hubungan yang signifikan p0,05 antara konsentrasi logam berat Pb dalam sedimen dengan organ insang dengan nilai koefisien korelasi r = 0,999 ST3, dan ST5, dan logam Cu dengan nilai koefisien korelasi r = 0,999 ST2, ST4 dan ST5. Logam Pb dalam organ hepatopankreas dengan nilai koefisien korelasi r = 0,999 ST1, ST3, ST4 dan ST5, logam Cd r = 0,999 ST5 dan logam Cu dengan nilai koefisien korelasi r = 0,999 ST1-ST5, hal ini karena logam berat yang terlarut masuk melalui jalur insang dan di absorpsi oleh usus pencernaan kemudian kemudian sampai di hepatopankreas. Dalam hepatopankreas semua bahan- bahan yang bersifat racun dalam hal ini logam berat akan tereleminasi melalui urine dan feces. sedangkan nilai koefisien korelasi lainnya tidak nyata pada tingkat kepercayaan 95 termasuk logam berat Pb Cd dan Cu dalam daging. Korelasi antara logam berat dalam sedimen dengan logam berat dalam daging kerang untuk semua stasiun tidak menunjukkan hubungan yang nyata karena logam berat tersebut sudah sebahagian besar telah dieksresikan melalui urine dan feces sehingga konsentrasi logam berat Pb, Cd dan Cu yang ditransfer ke dalam daging melalui sel-sel darah semakin berkurang, dengan demikian secara statistik konsentrasi logam berat Pb, Cd dan Cu dalam daging kerang memenuhi syarat untuk di konsumsi. Darmono 1995 mengemukakan bahwa pada kerang kecil oyster partikel-partikel logam dikeluarkan dari pinggir mantelnya dan sel darah putih sangat berperan dalam penyerapan dan pengeluaran logam. Hubungan positif menunjukkan bahwa bila konsentrasi logam dalam sedimen meningkat maka konsentrasi dalam kerang juga mengalami peningkatan sedangkan hubungan negatif berarti terjadi penurunan konsentrasi logam berat dalam sedimen, dimana sifat kerang sebagai bioakumulator sehingga logam berat dalam organ kerang lebih tinggi. Dengan mengetahui bahwa sedimen telah tercemar oleh logam berat, maka dampak negatif tersebut berpengaruh juga terhadap kehidupan biota kerang di perairan. Bennet et al. 1991 mengemukakan bahwa cara makan kerang adalah dengan sistem”feeder filter” atau dengan cara menyaring makanan yang berada di sekitarnya, zat-zat yang masuk akan diseleksi oleh bulu-bulu getarnya, kemudian akan diserap ke dalam tubuhnya. Dengan demikian dari waktu ke waktu logam esensial maupun logam nonesensial akan banyak yang masuk kedalam tubuh hewan kerang karena tempat hidupnya dalam sedimen. Koefisien korelasi antara logam berat dalam air laut dengan sedimen dapat dilihat pada Tabel 7 dan hasil analisis regresi dapat dilihat pada Lampiran 8-10. Tabel 7. Hubungan antara konsentrasi logam berat dalam sedimen x dengan konsentrasi logam berat dalam organ kerang y. Stasiun Logam Organ Kerang Regresi R 2 Korelasi ST.1 Insang y = -1,6411x + 6.9931 0,2269 -0,487 ST.2 Insang y = 7,429x - 11.7750 0,9981 0,999 ST.3 Insang y = 2,5813x - 2.0277 0,9848 0,992 ST.4 Insang y = 16,953x - 24.884 0,9222 0,960 ST.5 Pb Insang y = 7,4517x - 11.2070 0,9989 0,999 ST.1 Insang y = -17,807x + 0.4878 0,5801 -0,762 ST.2 Insang y = -0,5868x + 0.1329 0,0770 -0,277 ST.3 Insang y = 6,2141x + 0.0436 0,9698 0,985 ST.4 Insang y = 1,9915x + 0.0949 0,1639 0,405 ST.5 Cd Insang y = 13,037x + 0.0157 0,3416 0,964 ST.1 Insang y = 1,9797x + 0.0274 0,9980 0,925 ST.2 Insang y = 1,9797x + 0.6761 0,9980 0,999 ST.3 Insang y = 1,9797x + 0.5409 0,9980 0,982 ST.4 Insang y = 1,1931x + 1.4725 0,9975 0,999 ST.5 Cu Insang y = 1,9797x + 0.8605 0,9980 0,999 ST.1 Hepatopankreas y = 19,962x - 41.070 0,8549 0,999 ST.2 Hepatopankreas y = 19,685x - 35.968 0,9262 0,962 ST.3 Hepatopankreas y = 7,0261x - 92.380 0,9651 0,999 ST.4 Hepatopankreas y = 7,4517x - 9.6721 0,9989 0,999 ST.5 Pb Hepatopankreas y = 19,708x - 34.012 0,9243 0,999 ST.1 Hepatopankreas y = 21,514x - 0.2021 0,1756 0,964 ST.2 Hepatopankreas y = 9,0596x + 0.0219 0,8912 0,964 ST.3 Hepatopankreas y = 10,048x + 0.017 0,3574 0,964 ST.4 Hepatopankreas y = -2,0193x + 0.1501 0,0060 0,966 ST.5 Cd Hepatopankreas y = 14x 0,9998 0,999 ST.1 Hepatopankreas y = 1,9797x + 0.0274 0,9980 0,999 ST.2 Hepatopankreas y = 1,9797x + 0.6861 0,9980 0,999 ST.3 Hepatopankreas y = 1,9797x + 0.5409 0,9980 0,999 ST.4 Hepatopankreas y = 1,1931x + 1.4725 0,9975 0,999 ST.5 Cu Hepatopankreas y = 1,9797x + 0.8605 0,9980 0,999 ST.1 Daging y = 6,3237x - 11.596 0,2252 0,475 ST.2 Daging y = 6,8457x - 11.219 0,3001 0,548 ST.3 Daging y = 2,7201x - 2.9067 0,3843 0,620 ST.4 Daging y = 5,3531x - 6.9067 0,5293 0,728 ST.5 Pb Daging y = 6,8684x - 10.717 0,2982 0,546 ST.1 Daging y = -36,18x + 0.7994 0,8189 -0,905 ST.2 Daging y = -23033x + 0.1498 0,0996 -0,316 ST.3 Daging y = -3,3027x + 0.0909 0,7524 -0,867 ST.4 Daging y = -6,4475x + 0.1438 0,9894 -0,995 ST.5 Cd Daging y = -9,3618x + 0.1174 0,3837 -0,619 ST.1 Daging y = 3,0995x - 0.6659 0,9300 0,419 ST.2 Daging y = 3,0995x + 0.7458 0,9300 0,944 ST.3 Daging y = 3,0995x + 0.4346 0,9300 0,598 ST.4 Daging y = 1,8714x + 1.8306 0,9328 -0,077 ST.5 Cu Daging y = 3,0995x + 1.1195 0,9300 0,584 Ket: Nyata pada taraf kepercayaan 95 p 0,05

V. KESIMPULAN DAN SARAN