Sasaran V Keselamatan Pasien: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

73 penandaan belum berjalan dengan baik. Penandaan lokasi operasi belum dilaksanakan sempurna dimana penandaan hanya dilakukan pada beberapa kasus seperti pada pasien ortopedi, kasus tumor mammae Setyaningrum, 2015. Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien pada operasi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya komunikasi yang kurang efektif antar anggota tim bedah, kurangnya pelibatan pasien dan tidak adanya prosedur verifikasi okasi operasi. Selain itu, beberapa faktor juga turut berkontribusi dalam menyebabkan kesalahan-kesalahan tersebut seperti asesmen pasien yang tidak adekuat, penelahaan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca dan pemakaian singkatan Kementerian Kesehatan, 2014.

6.7 Sasaran V Keselamatan Pasien: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

Sasaran V keselamatan pasien pada standar akreditasi versi 2012 ialah pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan. Pada dasarnya, pokok dari eleminasi infeksi ialah dengan cuci tangan yang tepat. Oleh karena itu, pihak akreditasi rumah sakit memfokuskan penggunaan metode cuci tangan pada sasaran ini. Sedangkan, aspek lain dalam hal pencegahan dan pengendalian infeksi dinilai dalam komponen lain akreditasi yakni pada standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi yang termasuk didalamnya penilaian terkait peran kepemimpinan, pelatihan dan pelatihan staf, penggunaan metode untuk mengidentifikasi risiko infeksi, pendidikan serta kebijakan dan prosedur yang ada. 74 Bila melihat lebih dalam terkait dengan infeksi yang dapat terjadi pada pelayanan kesehatan, infeksi dapat terjadi pada beberapa bagian seperti sistem pernafasan, perkemihan, pencernaan, pembuluh darah dan luka pembedahan. Sedangkan macam- macam infeksi yang dapat terjadi diantaranya Infeksi saluran kemih UTI, Phlebitis, Bronchopnemnonia, Decubitus, Dehiscensi luka operasi, Influenza, Selulitis dan Sepsis. Terkait dengan penyebab infeksi pada pelayanan kesehatan, seperti yang juga telah disebutkan oleh komite akreditasi rumah sakit, salah satu faktor yang mempengaruhi ialah higienitas daripada petugas kesehatan Effendy, 2013. Dalam aspek hand hygiene, RS Haji Jakarta mengadopsi cara mencuci tangan “Tepung Selaci Putih” atau “Tepung Selaci Puput” yakni telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, putar ibu jari dan putar ujung jari. Berdasarkan observasi yang dilakukan, poster-poster panduan mencuci tangan juga sudah disebarkan pihak rumah sakit ke berbagai ruang seperti ruang perawat sehingga bisa menjadi pengingat bagi semua pihak agar melakuan kegiatan cuci tangan dengan baik dan benar. Penelitian yang dilakukan di sebuah rumah sakit menunjukkan bahwa petugas masih belum memahami pentingnya 5 momen untuk melakukan cuci tangan. Petugas kebanyakan hanya melakukan cuci tangan pada saat setelah melakukan tindakan dan setelah kontak dengan pasien.. Petugas sangat jarang sekali melakukan bahkan hampir tidak pernah melakukan cuci tangan sebelum kontak dengan pasien. Hal ini disadari oleh petugas, namun sudah menjadi suatu kebiasaan yang diterapkan sehingga menjadi budaya tersendiri Dwi Octaria, 2014. Hasil observasi yang ditemukan di rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta menjelaskan bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam 75 pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan. Kekurangan tersebut diantaranya ialah sarana cuci tangan yang belum tersedia secara merata dan memadai, cuci tangan yang dilakukan oleh petugas sudah sesuai dengan standar WHO tetapi beberapa dari petugas melakukan dengan urutan yang masih belum benar, kepatuhan dan pemahaman petugas akan cuci tangan 5 waktu belum baik, dan belum adanya evaluasi Setyaningrum, 2015. Hasil penelitian di rumah sakit lain menunjukkan sebagian besar perawat telah menerapkan tindakan untuk mengurangi infeksi dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan, mendisinfeksi bagian tubuh yang akan dirawat luka, memakai alat-alat yang sudah disterilkan, dan memakai sarung tangan saat melakukan tindakan apapun Iswati, 2013. Cuci tangan bisa dilakukan dengan dua cara yakni mencuci tangan dengan air dan mencuci tangan berbahan dasar alkohol. Dimana dalam setiap prosesnya tetap menggunakan konsep “Tepung Selaci Putih” namun dalam mencuci tangan menggunakan air, gerakan dilakukan pengulanagan sebanyak delapan kali dan dengan alkohol cukup diulang empat kali RSUD dr. M. Ashari, 2014. Melakukan cuci tangan dengan tepat dapat mereduksi infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah dan juga pneumonia Kementerian Kesehatan, 2011. Cuci tangan merupakan prosedur satu-satunya yang paling penting dalam mencegah infeksi nosokomial Zuhriyah, 2004.

6.8 Sasaran VI Keselamatan Pasien: Pengurangan Risiko Pasien Jatuh