Sasaran I Keselamatan Pasien: Ketepatan Identifikasi Pasien

66 Salah satu hal pokok yang paling berpengaruh dalam kesuksesan sebuah implementasi kebijakan ialah komunikasi, disposisi, struktur birokrasi dan sumber daya Nuryatin, Minto, Pani, 2012. Implementasi kebijakan di RS Haji Jakarta mengalami kesuksesan karena adanya komunikasi yang efektif diantara manajemen dan tenaga kesehatan. Penyebaran kebijakan yang tertuang dalam prosedur disebarkan melalui rapat-rapat divisi. Selain itu, kebijakan juga disebarkan melalui komputer-komputer dan selebaran yang ada di ruangan beberapa divisi. Setelah adanya kebijakan, beberapa tugas lain juga perlu diperhatikan. Para aktor pengambil kebijakan seperti pimpinan RS perlu mengambil dan memiliki tanggung jawab terhadap implementasi kebijakan sekaligus memantau kemajuan, mengevaluasi hasil, dan memastikan umpan balik untuk pembuat kebijakan serta mengenalkan aplikasi dari semua hasil penelitian yang berguna Ayuningtyas, 2014 Kebijakan-kebijakan yang telah dibuat bisa menjadi gagal karena kurangnya perhatian terhadap pelaksanaan. Oleh karena itu, dibutuhkan komunikasi dua arah antara pengambil kebijakan dan perencana yang merupakan hal yang mutlak harus dilakukan William, 1994. Dalam lingkup penelitian ini, tentunya dibutuhkan koordinasi antara pengambil kebijakan dengan pelaksana lapangan seperti perawat, dokter dan tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan yang bekerja di RS Haji Jakarta.

6.3 Sasaran I Keselamatan Pasien: Ketepatan Identifikasi Pasien

Maksud dari sasaran ini adalah memastikan bahwa proses identifikasi pasien sebagai individu yang dimaksudkan untuk mendapatkan pelayanan atau pengobatan dilakukan dengan cara yang dapat dipercaya dan mencocokan pelayanan atau 67 pengobatan terhadap individu tersebut. Kebijakan dan atau prosedur yang secara kolaboratif dikembangkan untuk memperbaiki proses identifikasi, khususnya proses yang digunakan untuk mengidentifikasi pasien ketika pemberian obat, darah atau produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis atau memberikan pengobatan atau tindakan lain Kementerian Kesehatan, 2011 Rumah sakit Haji Jakarta telah menerapkan identifikasi pasien menggunakan cara yakni melihat identitas pasien pada gelang pasien dan mengkonfirmasi kembali dengan bertanya kepada pasien sebelum pemberian obat, pengambilan spesimen dan sebelum pemberian tindakan. Pihak manajemen pun menyatakan pelarangan untuk melihat identitas melalui tempat tidur pasien mengingat adanya kemungkinan pemindahan pasien sebelumnya sehingga identitas yang berada di tempat tidur tidak cocok dengan pasien yang berada di tempat tidur. Penelitian yang dilakukan pada salah satu rumah sakit di Kota Malang juga menyebutkan bahwa struktur sistem identifikasi pasien sudah tersedia secara lengkap dengan menggunakan gelang pasien dan juga verifikasi terhadap pasien dengan bertanya kepada pasien terkait identitas diri. Namun, masih terdapat kendala dan hambatan dalam hal tersebut seperti kurangnya kebiasaan melakukan verifikasi, keluhan pasien jika terlalu sering ditanya dan kadang terjadi salah cetak nama pada stiker identitas Anggraeni, Hakim, Widjiati I., 2014. Studi kasus yang dilakukan di RSUD DR. R. Soetijono Blora terkait kesiapan menghadapi akreditasi versi 2012, dalam keselamatan pasien dan sasaran identifikasi pasien, disebutkan bahwa masih terdapat permasalahan dalam proses identifikasi pasien. Pada dasaranya, identifikasi pasien sudah dilakukan namun belum dilakukan secara 68 maksimal. Permasalahan yang terjadi seperti belum adanya evaluasi, pengadaan gelang belum merata dan lengkap serta kebijakan dan pedoman yang belum lengkap Dwi Octaria, 2014. WHO juga menyatakan pentingnya melibatkan pasien untuk mengidentifikasi sendiri sebelum menerima tindakan atau obat dalam proses identifikasi pasien WHO, 2007 WHO Collaborating Centre for Patient Safety SOlutions, 2007. Rumah Sakit Haji Jakarta juga telah mengembangkan kebijakan dan prosedur yang mengarahkan identifikasi yang konsisten. Hal tersebut juga sesuai dengan yang dinyatakan WHO yakni diperlukan adanya standarisasi identifikasi pasien dalam fasilitas pelayanan kesehatan WHO Collaborating Centre for Patient Safety SOlutions, 2007. RS Haji Jakarta sendiri telah mengembangkan prosedur pemakaian gelang yang berbeda pada setiap karakter pasien dan prosedur untuk menanyakan kembali pada setiap pasien. Dengan adanya kebijakan tersebut, diharapkan dapat menimalisir terjadinya kesalahan pasien atau kesalahan pemberian tindakan atau obat yang diterima.

6.4 Sasaran II Keselamatan Pasien: peningkatan komunikasi yang efektif