Sasaran III Keselamatan Pasien :

56 pemeriksaan dibacakan kembali yakni dalam bentuk pengulangan kembali dan dikonfirmasi kembali oleh dokter. Dalam hal kebijakan atau prosedur, sudah terdapat prosedur terkait komunikasi namun tidak termasuk didalamnya untuk menuliskan kembali perintah atau hasil pemeriksaan. dan penyebarannya dilakukan sama seperti kebijakan identifikasi pasien.

5.5 Sasaran III Keselamatan Pasien :

Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai High Alert Medications Sasaran III dalam Standar Keselamatan Pasien adalah peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai. Maksud dan tujuan dari sasaran ini ialah pengelolaan yang benar terutama dalam obat yang perlu diwaspadai sehingga dapat memastikan keselamatan pasien. Berdasarkan telaah dokumen, Kebijakan atau Panduan mengenai obat-obat yang high alert mencakup identifikasi, lokasi, pelabelan, dan penyimpanan obat high alert sudah dimiliki oleh Rumah Sakit Haji Jakarta. Dokumen tersebut berdasarkan keputusan direktur Rumah Sakit Haji Jakarta nomor : 013RSHJDIRSKAKREI2013 dapat dilihat pada lampiran 5. Berdasarakan kesiapan Standar Keselamatan Pasien, dalam hal kebijakan pengelolaan obat yang perlu diwaspadai, pengimplementasian, dan lokasi penyimpanan, obat elektrolit konsentrat tinggi sudah diletakan dalam tempat yang aman. Dalam hal pelaksanaan pengelolaan obat yang perlu diwaspadai, berdasarkan informan, terdapat prosedur pengelolaan obat yang perlu diwaspadai yang memuat penyimpanan obat berdasarkan stabilitas obat seperti suhu, cahaya dan temperatur. Selain itu, obat yang 57 tergolong dalam high alert juga dipisahkan penyimpananya. Berikut hasil wawancara terhadap informan: “obat yang perlu diwaspadai lokasi terpisah dengan obat yang lain, dan dikasih tanda warna merah. Lingkaran kuning untuk penanda LASA. Untuk yang perlu diwaspadai ada di ruang rawat inap.”Informan A “Lokasi aman dari jangkauan pengunjung, pasien lain, tempat suhu yang sudah direkomendasikan. Ada label tersendiri yakni high alert dalam obat tertentu.” Informan B “…...Di rawat inap tidak ada boleh cairan konsentrat tinggi kecuali di ICU, OK. .”Informan C “penentuan lokasi obat sesuai dengan stabilitas obat, ada dari suhu, cahaya dan temperatur, ada indikator dan monitoringnya juga.”Informan D Gambar 5.1 Lemari Penyimpanan Obat High Alert 58 Berdasarkan wawancara, obat yang perlu diwaspadai juga diberikan label yang disebut high alert. Berikut kutipan wawancara terhadap informan: “...ada label tersendiri yakni high alert dalam obat tertentu...”Informan B “...penandaan obat diberikan high alert....”Informan C Berdasarkan observasi, kebijakan tersebut juga telah dilaksanakan dimana obat yang perlu diwaspadai diletakan pada lokasi yang aman dari jangkauan pengunjung dan pasien lain serta berada ditempat dengan suhu yang sudah direkomendasikan. Obat juga tidak berada pada ruang rawat inap kecuali di ruang ICU dan OK. Sedangkan pelaksanaan waktu implementasi juga telah mencukupi syarat yang ditetapkan yaitu minimal sudah berjalan empat bulan terakhir 5.6 Sasaran IV Keselamatan Pasien : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat Pasien Operasi Sasaran IV dalam Standar Keselamatan Pasien ialah kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi. Sasaran ini ditujukan untuk mengurangi salah lokasi, salah prosedur, salah pasien operasi yang dapat terjadi di rumah sakit. Penandaan operasi dilakukan dengan spidol khusus namun dalam implementasinya, menurut informan masih jarang dilakukan. Berdasarkan telaah dokumen, pihak Rumah Sakit Haji Jakarta telah memiliki dokumen regulasi yaitu kebijakanpanduan untuk pelayanan bedah untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien operasi. Dokumen tersebut berdasarkan keputusan direktur RumahSakit Haji Jakarta nomor : 119RSHJDIRSKAKREIX2012 dapat dilihat pada lampiran 6. Sedangkan dokumen implementasi juga sudah ada yaitu 59 daftar checklist operasi untuk selanjutnya dicatat di rekam medis pasien operasi. Hal ini didukung oleh hasil wawancara terhadap informan: “......ditandain sama pulpen atau spidol yang tidak bisa hilang...” Informan A “Yang bertanggung jawab dalam operasi yakni semua tim, mulai dari perawat di ruangan, perawat di ruang operasi dan dokter operasi spidol khusus yang ga gampang ilang identifikasi atau gambarnya berkewajiban menandakan operasi yaitu dokter operator. Masalahnya presentase penandaannya kecil sekali mas ”Informan B “Presentase penandaan sangat kecil yang sudah dilakukan karena terkait tindakan dokter.”Informan C Dalam proses operasi juga terdapat checklist yang digunakan sebelum preoperasi. Tim operasi juga ditugaskan untuk mencatat prosedur yang harus dilakukan sebelum time out. Berdasarkan telaah dokumen, terdapat juga SOP terkait identifikasi lokasi operasi, jenis operasi. Berikut hasil wawancara terhadap informant: “Verifikasi pra operasi dengan ditandai yang mau dioperasi, ada ceklis pra operasi dan post operasi.....ada format yang harus diisi...”Informan C “Kebijakan identifikasi lokasi operasi ada SOP nya, identifiaksi lokasi operasi, jenis operasi lalu dioperkan ke dokter.” Informan B Berdasarkan elemen penilaian Standar Keselamatan Pasien sasaran IV, dalam hal penandaan lokasi operasi tidak selalu dilakukan oleh dokter operator dan presentasenya juga sangat kecil. Padahal Rumah Sakit Haji Jakarta telah memiliki SPO untuk penandaan lokasi operasi. Dalam hal penggunaan checklist, RS Haji Jakarta telah 60 menggunakan checklist sebelum melakukan operasi. RS Haji Jakarta juga telah memiliki prosedur operasi yang digunakan untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur dan tepat pasien- tepat operasi.

5.7 Sasaran V Keselamatan Pasien : Pengurangan Risiko Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan