70 Penggunaan teknik komunikasi SBAR dapat mengukur fokusnya informasi.
Teknik SBAR Juga memberikan peluang kepada pasien untuk berkomunikasi secara efektif serta mereduksi adanya repetisi. SBAR juga mendorong untuk formulasi
komunikasi yang benar dengan detail mu Wales, 2012. Dengan adanya implementasi komunikasi menggunakan teknik SBAR di Rumah Sakit Haji Jakarta, tentunya hal ini
memberikan keuntungan terutama dalam hal menurunkan angka kecelakaan pasien.
6.5 Sasaran III Keselamatan Pasien : Peningkatan Keamanan Obat Yang Perlu Diwaspadai
High Alert Medications
Rumah Sakit Haji Jakarta telah menerapkan kebijakan atau prosedur yang memuat identifikasi, lokasi, pemberian label dan penyimpanan obat yang perlu
diwaspadai. Obat-obatan yang perlu diwaspadai disimpan di dalam lemari pada ruang instalasi farmasi, beserta dengan daftar obat high alert. Selain itu di setiap ruang perawat
inap terdapat daftar obat-obat yang perlu diwaspadai. Hal ini sangat penting mengingat ketika apoteker tidak hadir, obat-obat tersebut mampu dikelola oleh setiap unit klinis
sesuai kebijakan rumah sakit. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58
Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit dimana elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan
pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat restricted untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati Kementerian
Kesehatan, 2014. Penelitian yang dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta menyebutkan
71 bahwa RS tersebut belum melakukan penyimpanan obat high alert sesuai dengan standar
yang seharusnya. Obat-obat high alert pada rumah sakit tersebut masih disimpan bercampur dengan obat lain yang tidak termasuk obat high alert dan akses tidak dibatasi
dengan ketat Setyaningrum, 2015. Pada penelitian lain, juga disebutkan bahwa terdapat peningkatan kesesuaian penyimpanan obat high alert setelah dilakukan intervensi berupa
sosialisasi dalam bentuk pelatihan, penyusunan daftar obat high alert dan pelabelan obat tersebut Hermanto, Risdiana, Harimurti, 2015.
Keamanan obat juga menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam keselamatan pasien. Obat menjadi salah satu komponen dalam melakukan perawatan pasien. Obat-
obatan yang perlu diwaspadai high alert medications antara lain ialah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan atau kesalahan serius sentinel event. Obat yang
berisiko tinggi menyebabkan dapak yang tidak diinginkan adverse outcome seperti obat-obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip Nama Obat Rupa dan Ucapan
MiripNORUM atau Look Alike Sound AlikeLASA Kementerian Kesehatan, 2014.
6.6 Sasaran IV Keselamatan Pasien : Kepastian Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat Pasien Operasi
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, tim operasi Rumah Sakit Haji Jakarta memiliki presentase yang sangat kecil dalam penandaan lokasi operasi. Padahal
menurut informan, prosedur penandaan lokasi operasi sudah disosialisasikan. Selain itu alat pendukung untuk menandai lokasi operasi seperti spidol atau penanda yang tidak
mudah hilang sudah tersedia. Dalam instrumen akreditasi versi 2012, setiap rumah sakit terutama dokter operator dituntut untuk konsisten melakukan penandaan lokasi operasi.
72 Masalah manusia memang menjadi salah satu akar permasalahan dalam melakukan
operasi Murtedjo, 2012. Rumah Sakit Haji Jakarta juga telah menggunakan suatu checklist dalam proses
operasi. Checklist dalam operasi dilakukan dengan maksud memverifikasi lokasi, prosedur dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil
pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dengan baik dan dipampang serta melakukan verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan atau implant yang dibutuhkan.
Oleh karena itu, proses ini merupakan proses yang penting untuk dilakukan. Setelah itu, tim operasi juga diharapkan menerapkan pencatatan sebelum dimulainya suatu prosedur
atau tindakan pembedahan. Dengan itu, masalah yang terdapat dapat diselesaikan sebelum dimulainya pembedahan dan diharapkan pembedahan berjalan dengan lancar
Kementerian Kesehatan, 2014. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di sebuah rumah sakit menyebutkan
bahwa sebagian besar perawat telah melakukan upaya untuk meningkatkan ketepatan lokasi, prosedur, dan pasien operasi sebelum dilakukan operasi ke pasien. Berbagai
upaya tersebut ialah melakukan pengecekan terkait identitas pasien, mengecek ketepatan prosedur dan lokasi operasi serta melakukan beberapa prosedur rutin seperti enema
sesuai instruksi dokter, menganjurkan pasien untuk puasa, sebelum memberi antibiotik melakukan test alergi terlebih dahulu, menyiapkan dan mengecek hasil foto-foto rontgen
dan hasil pemeriksaan lainnya. Hal ini bertujuan untuk mencegah kekeliruan lokasi, prosedur, dan pasien operasi Iswati, 2013.
Penelitian lain yang dilakukan di RS Muhammadiyah Yogyakarta menyebutkan bahwa meskipun prosedur penandaan pasien operasi sudah ada tetapi pelaksanaan
73 penandaan belum berjalan dengan baik. Penandaan lokasi operasi belum dilaksanakan
sempurna dimana penandaan hanya dilakukan pada beberapa kasus seperti pada pasien ortopedi, kasus tumor mammae Setyaningrum, 2015.
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah-pasien pada operasi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya komunikasi yang kurang efektif antar anggota tim bedah, kurangnya
pelibatan pasien dan tidak adanya prosedur verifikasi okasi operasi. Selain itu, beberapa faktor juga turut berkontribusi dalam menyebabkan kesalahan-kesalahan tersebut seperti
asesmen pasien yang tidak adekuat, penelahaan ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar anggota tim bedah,
permasalahan yang berhubungan dengan tulisan tangan yang tidak terbaca dan pemakaian singkatan Kementerian Kesehatan, 2014.
6.7 Sasaran V Keselamatan Pasien: Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan