tiap kategori. Selain itu terdapat wilayah yang persisten sehingga tidak mengalami perubahan dalam selang waktu antara kedua citra tersebut.
4.2.2 Hasil Klasifikasi Penutupan Lahan dengan Metode ISOCLUST
Klasifikasi penutupan lahan pada penelitian ini dibagi ke dalam empat kategori yaitu badan air,mangrove, non-mangrove, dan lahan terbuka. Pada
Gambar 21, badan air ditunjukkan oleh warna biru, mangrove ditunjukkan dengan warna coklat, non-mangrove ditunjukkan dengan warna hijau,dan lahan terbuka
ditunjukkan dengan warna putih. Gambar 21 menunjukkanperubahan kategori penutupan lahan secara spasial di Kecamatan Kelapa Kampit. Perubahan di
wilayah mangrove terlihat dengan jelas dari tahun 1989 ke tahun 2010. Perubahan luasan untuk lahan terbuka lebih banyak pada tahun 2010 daripada tahun 1989
sedangkan untuk non-mangrove lebih banyak pada tahun 2010 daripada tahun 1989.
Gambar 21. Hasil Klasifikasi Kec. Kelapa Kampit dengan metode ISOCLUST Secara kuantitatif, perubahan yang terjadi pada penutupan lahan di Kelapa
Kampit dapat dilihat pada Tabel 12. Dapat dilihat bahwa terjadi perubahan luasan pada tiap kategori yaitu, badan air bertambah sebesar 42,21 ha, mangrove
Kelapa Kampit 1989 tanpa skala Kelapa Kampit 2010 tanpa skala
Mangrove Non-Mangrove
Lahan terbuka Perairanlaut
t
berkurang sebesar 83,88 ha, non- mangrove bertambah sebesar 110,79 ha, dan lahan terbuka berkurang sebesar 69,12 ha seperti yang terlihat pada Tabel 12
dibawah ini. Tabel 12.Perubahan luas kategori penutupan lahan di Kecamatan Kelapa Kampit
kategori 1989
2010 +- ha
luasha luasha
Badan air 1898.55
1940.76 42.21
Mangrove 544.41
460.53 -83.88
Non-mangrove 429.3
540.09 110.79
Lahan terbuka 604.08
534.96 -69.12
Perubahan secara spasial pada luasan setiap kategori penutupan lahan di wilayah Manggar dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Hasil Klasifikasi Kec. manggar dengan metode ISOCLUST Perubahan terdiri dari penambahan dan pengurangan luasan tiap kategori
lahan di wilayah Kecamatan Manggar yang dapat dilihat pada Tabel 13. Pada kategori badan air terjadi penambahan luas yaitu, 17,73 ha. Penambahan luas juga
terjadi pada kategori mangrove yaitu sebesar 184 ha. Pada kategori non±mangrove terjadi penambahan luas sebesar 0,36 ha.
Kec. Manggar 2010 tanpa skala Kec. Manggar 1994 tanpa skala
Mangrove Non-Mangrove
Lahan terbuka Perairanlaut
t
Tabel 13.Perubahan luas kategori penutupan lahan di Kecamatan Manggar kategori
1994 2010
+- ha luasha
luasha Badan air
901.53 919.26
17.73 Mangrove
416.25 600.84
184.59 Non-mangrove
764.19 764.55
0.36 Lahan terbuka
743.67 540.99
-202.68 Pada wilayah Gantung, perubahan kategori penutupan lahan secara spasial
dapat dilihat pada Gambar 23. Perubahan luasan mangrove terlihat pada perbatasan antara wilayah lautan dan daratan. Penutupan vegetasi non-mangrove
tampak semakin berkurang dan berubah menjadi lahan terbuka. Secara kuantitatif
Gambar 23. Hasil Klasifikasi Kec. Gantung dengan metode ISOCLUST perubahan kategori penutupan lahan di wilayah Gantung dapat ditabulasikan pada
Tabel 14. Kategori badan air berkurang dari tahun 1994 ke tahun 2010 sebesar 28,71 ha. Kategori mangrove bertambah sebesar 28,44 ha. Kategori non-
Gantung 1994 tanpa skala Gantung 2010 tanpa skala
Mangrove Non-Mangrove
Lahan terbuka Perairanlaut
t
mangrove berkurang sebesar 75,33 ha. Kategori lahan terbuka bertambah sebesar 75,6 ha.
Tabel 14.Perubahan luas kategori penutupan lahan di Kecamatan Gantung kategori
1994 2010
+- ha luasha
luasha Badan air
2320.29 2291.58
-28.71 Mangrove
184.32 212.76
28.44 Non-mangrove
476.01 400.68
-75.33 Lahan terbuka
613.26 688.86
75.6 Penambahan luas badan air yang terjadi dapat disebabkan dinamika pasang
surut perairan pada saat perekaman data oleh satelit. Perekaman data pada saat surut dapat menyebabkan wilayah daratan yang tergenang oleh perairan akan
lebih sedikt daripada saat pasang. Selain itu, penambahan luas badan air dapat terjadi karena penambangan timah yang melakukan pengerukan tanah sehingga
membentuk kolam-kolam air sisa kegiatan penambangan seperti yang terjadi di wilayah Kecamatan Manggar dan Gantung. Penambahan luas hutan mangrove
dapat terjadi karena pertumbuhan mangrove di sekitar wilayah perairan dan adanya dinamika pasang surut. Pada beberapa kasus, piksel dari kategori
mangrove dapat bercampur dengan kategori badan air. Menurut James et al, 2007, jika satelit melakukan perekaman pada saat
pasang tinggi, maka kemungkinan mangrove pendek jenis Rhizophora sp tertutup oleh air pasang sehingga hal ini menyebabkan pencampuran dengan
kategori yang lainnya. Pengrangan luas hutan mangrove dapat disebabkan oleh konversi ke lahan terbuka yang dilakukan oleh manusia. Pada wilayah Manggar
sudah banyak dilakukan konversi lahan mangrove menjadi wilayah tambang, pemukiman, dan penebangan pohon mangrove untuk kayu bakar. Pada wilayah
Kelapa Kampit, berkurangnya hutan mangrove disebabkan adanya pembukaan
lahan perkebunan kelapa sawit dan pelabuhan serta pembangunan jalan untuk akses ke pelabuhan. Pada wilayah Gantung, mangrove cenderung mengalami
penambahan karena dari hasil survey lapang diketahui bahwa di wilayah ini sudah dilakukan penanaman mangrove yang dapat dilihat dari pembibitan yang
dilakukan oleh masyarakat sekitar dan hasil wawancara. Penambahan luas vegetasi non-mangrove dapat terjadi karena pembukaan lahan perkebunan kelapa
sawit seperti yang terjadi di wilayah Kelapa Kampit sedangakan pengurangan luas vegetasi ini dapat disebabkan karena pembukaan lahan untuk penambangan dan
pemukiman. Kesalahan klasifikasi juga terjadi pada vegetasi non-mangrove yang bercampur dengan lahan terbuka. Hal ini dapat disebabkan karena penyebaran
vegetasi yang Kurang lebat pada lahan terbuka.
4.2.3 Perubahan luas kategori Kelebatan Mangrove Berdasarkan nilai NDVI