sehingga nilai biomassa yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan nilai biomassa kelas diameter yang lebih rendah.
4.2 Biomassa Tegakan
Tabel 4.3 Hasil statistik kandungan biomassa
No ID Plot
Koordinat X Koordinat Y
Volume m
3
ha Biomassa
tonha 1
1009036 559404
9811806 213,02
100,11 2
1010038 560329
9812790 108,00
93,49 3
1011040 561320
9814591 285,49
227,38 4
1011041 561320
9815490 206,56
135,25 5
1012039 562320
9813692 146,92
68,03 6
1012041 562320
9815490 381,30
212,21 7
1012045 562320
9819086 584,05
599,43 8
1013039 563327
9813710 341,76
179,99 9
1013040 563345
9814598 232,14
135,65 10
1013041 563327
9815501 464,95
287,32 11
1014040 564354
9814605 386,61
296,24 12
1017042 567330
9816402 660,85
357,44 13
1018040 568319
9814608 719,61
443,97 14
1018043 568320
9817288 298,42
171,27 15
1019041 569336
9815506 706,44
382,87 16
1019044 569337
9818188 332,78
215,84 17
1020042 570332
9816414 140,01
97,98 18
1021043 571331
9817327 273,04
318,31 19
1021044 571423
9818254 491,54
259,79 20
1022046 576140
9818061 456,63
296,98 21
1022052 572426
9825505 681,21
411,91 22
1023047 573282
9820714 397,12
248,53 23
1025040 575335
9814590 557,65
367,87 24
1025043 575311
9817176 426,47
267,71 25
1026040 576372
9814745 637,40
333,44 26
1026042 576398
9816431 360,34
247,24 27
1026043 576357
9817207 541,49
316,39 28
1027039 577373
9813635 136,28
80,35 29
1027043 577218
9817390 362,37
200,95 30
1028037 578342
9811803 446,47
546,76 Table 4.3 merupakan data hasil pengolahan nilai biomassa pada 30 plot
pengamatan. Keragaman biomassa yang relatif tinggi pada lokasi penelitian yang
kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor yaitu umur tegakan, sejarah hutan,
perbedaan struktur, dan faktor iklim seperti suhu dan curah hujan Komiyama et al. 1988. Keragaman yang dihasilkan pada hasil biomassa lapangan dilihat
berdasarkan nilai koefisien variasinya dengan nilai 50,29. Nilai tersebut menggambarkan bahwa keragaman biomassa atas lapangan pada lokasi relatif
sedang. Menurut Puspijak 2010, nilai biomassa pada hutan bekas tebangan di Kalimantan Timur sebesar 343,6-498,4 tonha. Hasil pendugaan biomassa
penelitian menunjukan wilayah selang biomassa yang cukup tinggi dengan nilai minimum 68,03 tonha dan maksimum 599,43 tonha. Areal penelitian termasuk
ke dalam tipe hutan lahan kering, yang umumnya memiliki kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah besar daripada hutan rawa dan mangrove karena
kemampuannya dalam membangun tegakan yang tinggi dan berdiameter besar sebagai tempat penyimpanan karbon. Kandungan biomassa di beberapa tipe
tutupan lahan hutan dan non hutan diketahui berdasarkan data Puspijak 2010 dengan biomassa hutan lahan kering bekas tebangan sebesar 343,6-498,4 tonha,
biomassa hutan mangrove bekas tebangan 108,2-365 tonha, biomassa agroforestry sebesar 91 tonha, biomassa tegakan kelapa sawit sebesar 32,68
tonha, biomassa semak belukar sebesar 38,8 tonha, dan biomassa padang rumput
atau savana sebesar 20 tonha.
Pada umumnya, nilai R² dikatakan baik jika bernilai ˃ 50. Hasil pengujian
menunjukan nilai R² sebesar 96,4. Hal tersebut menunjukan bahwa 96,4 biomassa atas permukaan dapat dijelaskan oleh diameter dan berat jenis tegakan
yang diamati, sedangkan 3,6 kandungan biomassa di atas permukaan diduga oleh peubah lainnya.
Pada penelitian ini, biomassa tegakan terdiri dari biomassa pohon, tiang, dan pancang. Menurut Istomo 2002 secara proporsional urutan biomassa tumbuhan
dari tertinggi sampai terendah adalah biomassa tingkat pohon, biomassa akar sampai kedalamaan 100cm, biomassa tingkat pancang, biomassa serasah lantai
hutan, biomassa semak dan tumbuhan bawah, dan biomassa tingkat semai. Hasil penelitian menunjukan jumlah biomassa rata-rata pohon sebesar 171,10 tonha
64,97, biomassa nekromassa sebesar 53,01 tonha 20,13, biomassa tiang sebesar 32,01tonha 12,16, biomassa pancang sebesar 7,24 tonha 2,75,
biomassa serasah sebesar 8,6x10
-5
tonha 3,3x10
-5
, dan biomassa tumbuhan
bawah 1,2x10
-5
tonha 5x10
-6
. Analisis koefisien variasi Coefficient of varianceCV pada setiap kelompok biomassa menunjukan nilai keheterogenan
biomassa pada setiap kelas biomassa. Suatu nilai dikatakan heterogen jika memiliki CV antara 65 sampai 85. Pada penelitian ini diketahui kelas
biomassa yang paling heterogen adalah kelas serasah 69,88 dan tumbuhan bawah 87,57. Proporsi jumlah biomassa pada setiap kelas biomassa di atas
permukaan dijelaskan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Tabel proporsi biomassa setiap kelas biomassa atas permukaan
Kelas Biomassa
Biomassa tonha CV
Persen Maksimu
m Minimu
m Sd.
Rata-rata Pohon
426,16 3,17
42,31 171,10
24,73 64,97
Nekromassa 126,62
0,19 12,83
53,01 24,20
20,13 Tiang
22,46 1,66
5,10 32,01
15,92 12,16
Pancang 12,16
0,00 1,34
7,24 18,46
2,75 Serasah
2,7x10
-4
6,9x10
-6
5,9x10
-5
8,6x10
-5
69,88 3,3x10
-5
Tumbuhan bawah
5,9x10
-5
1,6x10
-6
1,1x10
-5
1,2x10
-5
87,57 5x10
-6
Keterangan: Sd.= simpangan baku, CV= koefisien varian
Biomassa atas permukaan BAP yang telah diperoleh dalam satuan tonha per plot dikorelasikan dengan nilai biomassa citra ALOS PALSAR Resolusi 50
meter. Biomassa citra dianalisis dengan pendekatan nilai hamburan balik backscatter yang merupakan nilai kuantitatif kekuatan sinar balik dari citra radar
yang dapat menggambarkan indeks vegetasi suatu citra. Nilai hamburan balik yang dipilih merupakan nilai hasil polarisasi HH, HV, HHHV, ditampilkan
dengan beberapa ukuran sampel plot ukuran sampel plot untuk melihat perbedaan nilai hamburan balik pada luasan sampel yang berbeda-beda. Pada
penelitian ini digunakan ukuran sampel 1 x 1 pixel, 3 x 3 pixel, dan 5 x 5 pixel, yang artinya secara berurutan sampel degan ukuran 50 m x 50 m, 150 m x 150 m,
250 m x 250 m. Nilai hamburan balik polarisasi HH lebih besar dibandingkan nilai hamburan balik polarisasi HV, hal tersebut disebabkan karena nilai dijital
pada polarisasi HH lebih besar dibandingkan nilai dijital pada polarisasi HV. Secara teoritis, vegetasi mempunyai permukaan yang kasar dan kandungan
kelembaban yang tinggi sehingga nilai hamburan balik backscatter dari vegetasi memiliki nilai yang lebih tinggi. Pantulan dan hamburan yang kuat dari vegetasi
akan memberikan rona yang sangat cerah pada citra. Variasi rona yang disebabkan adanya variasi permukaan vegetasi ini dapat menunjukkan perbedaan
kekasaran vegetasi sebagai akibat perbedaan lebar tajuk. Semakin kasar vegetasi akan memberikan tone yang cerah, hutan akan tampak cerah karena tajuknya
kasar. Puspitasari 2010.
4.3 Filter Spasial