Biomassa Tegakan Model Penduga Biomassa Hutan Alam Lahan Kering Menggunakan Citra ALOS PALSAR Resolusi 50 M di Areal Kerja PT. Trisetia Intiga

sehingga nilai biomassa yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan nilai biomassa kelas diameter yang lebih rendah.

4.2 Biomassa Tegakan

Tabel 4.3 Hasil statistik kandungan biomassa No ID Plot Koordinat X Koordinat Y Volume m 3 ha Biomassa tonha 1 1009036 559404 9811806 213,02 100,11 2 1010038 560329 9812790 108,00 93,49 3 1011040 561320 9814591 285,49 227,38 4 1011041 561320 9815490 206,56 135,25 5 1012039 562320 9813692 146,92 68,03 6 1012041 562320 9815490 381,30 212,21 7 1012045 562320 9819086 584,05 599,43 8 1013039 563327 9813710 341,76 179,99 9 1013040 563345 9814598 232,14 135,65 10 1013041 563327 9815501 464,95 287,32 11 1014040 564354 9814605 386,61 296,24 12 1017042 567330 9816402 660,85 357,44 13 1018040 568319 9814608 719,61 443,97 14 1018043 568320 9817288 298,42 171,27 15 1019041 569336 9815506 706,44 382,87 16 1019044 569337 9818188 332,78 215,84 17 1020042 570332 9816414 140,01 97,98 18 1021043 571331 9817327 273,04 318,31 19 1021044 571423 9818254 491,54 259,79 20 1022046 576140 9818061 456,63 296,98 21 1022052 572426 9825505 681,21 411,91 22 1023047 573282 9820714 397,12 248,53 23 1025040 575335 9814590 557,65 367,87 24 1025043 575311 9817176 426,47 267,71 25 1026040 576372 9814745 637,40 333,44 26 1026042 576398 9816431 360,34 247,24 27 1026043 576357 9817207 541,49 316,39 28 1027039 577373 9813635 136,28 80,35 29 1027043 577218 9817390 362,37 200,95 30 1028037 578342 9811803 446,47 546,76 Table 4.3 merupakan data hasil pengolahan nilai biomassa pada 30 plot pengamatan. Keragaman biomassa yang relatif tinggi pada lokasi penelitian yang kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor yaitu umur tegakan, sejarah hutan, perbedaan struktur, dan faktor iklim seperti suhu dan curah hujan Komiyama et al. 1988. Keragaman yang dihasilkan pada hasil biomassa lapangan dilihat berdasarkan nilai koefisien variasinya dengan nilai 50,29. Nilai tersebut menggambarkan bahwa keragaman biomassa atas lapangan pada lokasi relatif sedang. Menurut Puspijak 2010, nilai biomassa pada hutan bekas tebangan di Kalimantan Timur sebesar 343,6-498,4 tonha. Hasil pendugaan biomassa penelitian menunjukan wilayah selang biomassa yang cukup tinggi dengan nilai minimum 68,03 tonha dan maksimum 599,43 tonha. Areal penelitian termasuk ke dalam tipe hutan lahan kering, yang umumnya memiliki kemampuan menyimpan karbon dalam jumlah besar daripada hutan rawa dan mangrove karena kemampuannya dalam membangun tegakan yang tinggi dan berdiameter besar sebagai tempat penyimpanan karbon. Kandungan biomassa di beberapa tipe tutupan lahan hutan dan non hutan diketahui berdasarkan data Puspijak 2010 dengan biomassa hutan lahan kering bekas tebangan sebesar 343,6-498,4 tonha, biomassa hutan mangrove bekas tebangan 108,2-365 tonha, biomassa agroforestry sebesar 91 tonha, biomassa tegakan kelapa sawit sebesar 32,68 tonha, biomassa semak belukar sebesar 38,8 tonha, dan biomassa padang rumput atau savana sebesar 20 tonha. Pada umumnya, nilai R² dikatakan baik jika bernilai ˃ 50. Hasil pengujian menunjukan nilai R² sebesar 96,4. Hal tersebut menunjukan bahwa 96,4 biomassa atas permukaan dapat dijelaskan oleh diameter dan berat jenis tegakan yang diamati, sedangkan 3,6 kandungan biomassa di atas permukaan diduga oleh peubah lainnya. Pada penelitian ini, biomassa tegakan terdiri dari biomassa pohon, tiang, dan pancang. Menurut Istomo 2002 secara proporsional urutan biomassa tumbuhan dari tertinggi sampai terendah adalah biomassa tingkat pohon, biomassa akar sampai kedalamaan 100cm, biomassa tingkat pancang, biomassa serasah lantai hutan, biomassa semak dan tumbuhan bawah, dan biomassa tingkat semai. Hasil penelitian menunjukan jumlah biomassa rata-rata pohon sebesar 171,10 tonha 64,97, biomassa nekromassa sebesar 53,01 tonha 20,13, biomassa tiang sebesar 32,01tonha 12,16, biomassa pancang sebesar 7,24 tonha 2,75, biomassa serasah sebesar 8,6x10 -5 tonha 3,3x10 -5 , dan biomassa tumbuhan bawah 1,2x10 -5 tonha 5x10 -6 . Analisis koefisien variasi Coefficient of varianceCV pada setiap kelompok biomassa menunjukan nilai keheterogenan biomassa pada setiap kelas biomassa. Suatu nilai dikatakan heterogen jika memiliki CV antara 65 sampai 85. Pada penelitian ini diketahui kelas biomassa yang paling heterogen adalah kelas serasah 69,88 dan tumbuhan bawah 87,57. Proporsi jumlah biomassa pada setiap kelas biomassa di atas permukaan dijelaskan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Tabel proporsi biomassa setiap kelas biomassa atas permukaan Kelas Biomassa Biomassa tonha CV Persen Maksimu m Minimu m Sd. Rata-rata Pohon 426,16 3,17 42,31 171,10 24,73 64,97 Nekromassa 126,62 0,19 12,83 53,01 24,20 20,13 Tiang 22,46 1,66 5,10 32,01 15,92 12,16 Pancang 12,16 0,00 1,34 7,24 18,46 2,75 Serasah 2,7x10 -4 6,9x10 -6 5,9x10 -5 8,6x10 -5 69,88 3,3x10 -5 Tumbuhan bawah 5,9x10 -5 1,6x10 -6 1,1x10 -5 1,2x10 -5 87,57 5x10 -6 Keterangan: Sd.= simpangan baku, CV= koefisien varian Biomassa atas permukaan BAP yang telah diperoleh dalam satuan tonha per plot dikorelasikan dengan nilai biomassa citra ALOS PALSAR Resolusi 50 meter. Biomassa citra dianalisis dengan pendekatan nilai hamburan balik backscatter yang merupakan nilai kuantitatif kekuatan sinar balik dari citra radar yang dapat menggambarkan indeks vegetasi suatu citra. Nilai hamburan balik yang dipilih merupakan nilai hasil polarisasi HH, HV, HHHV, ditampilkan dengan beberapa ukuran sampel plot ukuran sampel plot untuk melihat perbedaan nilai hamburan balik pada luasan sampel yang berbeda-beda. Pada penelitian ini digunakan ukuran sampel 1 x 1 pixel, 3 x 3 pixel, dan 5 x 5 pixel, yang artinya secara berurutan sampel degan ukuran 50 m x 50 m, 150 m x 150 m, 250 m x 250 m. Nilai hamburan balik polarisasi HH lebih besar dibandingkan nilai hamburan balik polarisasi HV, hal tersebut disebabkan karena nilai dijital pada polarisasi HH lebih besar dibandingkan nilai dijital pada polarisasi HV. Secara teoritis, vegetasi mempunyai permukaan yang kasar dan kandungan kelembaban yang tinggi sehingga nilai hamburan balik backscatter dari vegetasi memiliki nilai yang lebih tinggi. Pantulan dan hamburan yang kuat dari vegetasi akan memberikan rona yang sangat cerah pada citra. Variasi rona yang disebabkan adanya variasi permukaan vegetasi ini dapat menunjukkan perbedaan kekasaran vegetasi sebagai akibat perbedaan lebar tajuk. Semakin kasar vegetasi akan memberikan tone yang cerah, hutan akan tampak cerah karena tajuknya kasar. Puspitasari 2010.

4.3 Filter Spasial