2.4.3 Pengolahan Data Lapangan
2.4.3.1 Pendugaan Biomassa Lapangan
Tampungan biomassa biomass pool lapangan dibagi ke dalam empat kelas besar yaitu biomassa tegakan, biomassa nekromassa, biomassa tumbuhan
bawah undergrowth, dan biomassa serasah litter. a.
Pendugaan Biomassa Tegakan Biomassa tegakan diduga dengan menggunakan persamaan alometrik
pendugaan biomassa yang didasarkan pada perbedaan berat jenis ρ setiap jenis tegakan yang diukur. Pada penelitian ini digunakan persamaan Ketterings et al.
2001 dengan rumus: = 0.11
�
2.62
dimana: Y : Biomassa di atas permukaan Above Ground Biomass
ρ : Berat jenis
D : diameter setinggi dada cm
b. Pendugaan Biomassa Serasah dan Tumbuhan Bawah
Biomassa serasah litter dan tumbuhan bawah undergrowth diketahui menggunakan estimasi berat kering dengan rumus:
� = �
− ℎ
− ℎ
� Keterangan: BK
: Berat Kering gram BB
: Berat Basah gram
2.4.4 Pengolahan Citra
2.4.4.1 Pra Pengolahan Citra
Citra yang digunakan pada penelitian ini merupakan citra terkoreksi yang dapat digunakan untuk proses pengolahan selanjutnya. Namun, pada penelitian ini
dilakukan pra-pengolahan citra tambahan dengan filering image menggunakan bantuan software ERDAS IMAGINE 9.1 pada menu Radar Radar Interpreter
– Speckle Supression dengan penggunaan filter Lee. Menurut Purwadhi 2001
filtering image ini dilakukan untuk mengurangi gangguan atau noise yang disebabkan oleh frekuensi saat perekaman. Pada penelitian ini filtering dilakukan
dalam rangka mengurangi “speckle” yang disebabkan oleh backscatter radar. Setiap citra model dilakukan filtering dengan kernel 3x3, 5x5, dan 7x7.
2.4.4.2 Pendugaan Biomassa Citra
Hamburan balik backscatter pada radar merupakan ukuran kuantitatif dari intensitas energi yang kembali ke antena. Nilai hamburan balik yang
dihasilkan pada sebuah sensor radar dipengaruhi beberapa faktor antara lain kedalaman penetrasi dari gelombang radar, kekasaran permukaan objek dan sifat-
sifat dielektrik volume objek Purwadhi 2001. Michigan Microwave Canopy Scattering Model MIMICS telah dikembangkan untuk memberikan pemahaman
terhadap hamburan balik backscatter radar pada vegetasi. Beberapa bentuk hamburan yang dapat dikalkulasi adalah hamburan pada permukaan dan volume
tajuk, hamburan langsung pada permukaan tanah, hamburan langsung pada batang, hamburan dari permukaan tanah ke batang, dan hamburan dari permukaan
tanah ke tajuk Dobson et al. 1992. Beberapa penelitian melakukan pendugaan biomassa dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jarak jauh, Awaya
2009, Riska 2011, dan Syarif 2011 melakukan pendugaan biomassa menggunakan data biomassa yang diukur di lapangan dan kemudian
menghubungkan data tersebut dengan data nilai hamburan balik citra. Analisis hubungan tersebut menghasilkan persamaan untuk menduga biomassa citra.
Metode ini memiliki akurasi data yang cukup baik, dengan efisiensi waktu dan biaya yang dikeluarkan tidak mahal Bergen dan Doubson 1999; Lu 2005.
Pendugaan biomassa citra menggunakan nilai hamburan balik yang ditransformasi dari nilai digital number DN. Nilai hamburan balik diturunkan
menggunakan persamaan normalisasi:
NRSC = 10 x log10DN
2
+ CF Shimada et al. 2009 Keterangan: NRCS: Normalized Radar Cross Section; DN: Digital Number; CF:
Calibration Factor, yaitu -83 untuk HH dan HV. Pada penelitian ini dilakukan analisis pada nilai hamburan balik HH, HV, dan
HHHV Tabel 2.4. Sinyal radar dapat ditransmisikan dan atau diterima dalam bentuk polarisasi yang berbeda. Maksudnya, sinyal dapat disaring sedemikian
rupa sehingga getaran gelombang elektrik dibatasi hanya pada satu bidang datar yang tegak lurus arah perjalanan gelombang. Satu sinyal radar dapat
ditransmisikan pada bidang horizontal H ataupun vertikal V, demikian pula dapat diterima pada bidang mendatar maupun tegak sehingga ada empat
kombinasi sinyal transmisi dan penerimaan yang berbeda, yaitu dikirim H diterima H HH, dikirim H diterima V HV, dikirim V diterima H VH, dan
dikirim V diterima V VV. Karena berbagai objek mengubah polarisasi tenaga yang dipantulkan dalam berbagai tingkatan maka bentuk polarisasi sinyal
mempengaruhi kenampakan objek pada citra yang dihasilkan. Tabel 2.4 Nilai hamburan balik setiap polarisasi
No ID
Nilai dijital Nilai backscatter
HH HV
HHHV HH
HV HHHV
1 1012039 5387,00
3217,25 1,67441
-7,25 -13,55
0,53 2 1027039
6529,00 3479,00
1,87669 -10,38
-14,53 0,71
3 1010038 6615,00
3648,25 1,81320
-6,70 -12,17
0,55 4 1020042
6253,00 3516,75
1,77806 -9,28
-13,39 0,69
5 1009036 6154,25
2983,25 2,06293
-8,46 -12,92
0,65 6 1011041
5553,75 3169,50
1,75225 -7,15
-12,17 0,58
7 1013040 8079,00
4698,50 1,71948
-7,82 -12,83
0,61 8 1018043
7528,00 4155,00
1,81179 -8,73
-13,79 0,63
9 1013039 5745,00
3224,75 1,78153
-5,48 -10,64
0,51 10 1027043
6631,00 3813,50
1,73882 -6,75
-11,93 0,57
11 1012041 7101,25
3973,25 1,78726
-8,12 -12,99
0,62 12 1019044
7396,00 4612,75
1,60338 -5,23
-10,06 0,52
13 1011040 9973,50
5842,50 1,70706
-6,59 -11,76
0,56 14 1026042
5175,25 2894,50
1,78796 -5,64
-10,36 0,54
15 1023047 9823,00
5500,75 1,78576
-5,11 -10,35
0,49 16 1021044
7741,00 4437,00
1,74465 -6,71
-11,98 0,56
17 1025043 4856,00
3027,25 1,60410
-6,80 -12,63
0,54 18 1013041
8581,75 4422,25
1,94058 -6,60
-11,38 0,58
19 1014040 6581,25
3586,75 1,83488
-6,00 -11,03
0,54 20 1026043
9681,75 5267,25
1,83810 -6,88
-12,19 0,56
21 1021043 7615,50
4148,25 1,83583
-4,37 -10,14
0,43 22 1026040
7851,00 4292,75
1,82890 -6,32
-11,49 0,54
23 1017042 8721,50
4494,50 1,94048
-5,62 -9,72
0,58 24 1025040
6465,50 3299,75
1,95939 -4,20
-9,96 0,42
25 1019041 6952,75
3812,75 1,82355
-3,19 -8,23
0,38 26 1022052
7381,25 4288,50
1,72117 -5,40
-10,67 0,50
27 1018040 6404,75
3474,50 1,84336
-3,05 -7,67
0,39 28 1028037
4280,25 2656,75
1,61108 -4,53
-10,50 0,43
29 1012045 6498,25
3577,50 1,81642
-4,86 -9,58
0,51 30 1022046
8420,50 4231,75
1,98984 -3,31
-8,57 0,39
Keterangan: ID = identitas
Sifat khas medan atau objek bekerja bersama panjang gelombang dan polarisasi sinyal radar untuk menentukan intensitas hamburan balik backscatter
radar dari objek. Akan tetapi, faktor utama yang mempengaruhi intensitas hamburan balik dari objek adalah ukuran geometris dan sifat khas elektrik objek.
Efek geometri sensorobjek dari intensitas hamburan balik radar terpadu dengan efek kekasaran permukaan. Permukaan yang kasar bertindak sebagai pemantul
baur dan memencar tenaga datang ke semua arah dan hanya mengembalikan sebagian kecil ke antena. Suatu permukaan halus pada umumnya memantulkan
sebagian besar tenaga menjauhi sensor dan mengakibatkan sinyal hasil balik yang rendah. Meskipun demikian orientasi objek terhadap sensor harus dipikirkan juga
karena permukaan halus yang mengarah ke sensor akan menghasilkan sinyal balik yang sangat kuat Lillesand dan Kiefer 1990.
Gambar 2.9 Perbedaan pantulan sinyal radar pada tiga jenis permukaan objek Purwadhi 2001
Kekasaran permukaan objek mempengaruhi sinyal balik radar yang terbagi menjadi tiga jenis yaitu pantulan baur, pantulan cermin, dan pantulan sudut.
Pantulan baur diffuse reflection terjadi pada permukaan objek yang kasar dan menyebabkan rona cerah, seperti daerah berbatuan, vegetasi heterogen, dan air
berombak besar. Pantulan cermin specular reflection merupakan arah pantulan berlawanan dengan arah datang sensornya yang menyebabkan rona gelap, terdapat
pada lokasi permukaan objek yang halus seperti permukaan air tenang, dan permukaan tanah yang diratakan atau diperkeras. Pantulan sudut corner
reflection merupakan pantulan yang kembali ke arah sensor sehingga menyebabkan rona sangat cerah dan melebar, pantulan sudut terdapat pada objek
yang bersudut siku-siku seperti gedung bertingkat dan lereng yang terjal. Bentuk pantulan sinyal radar pada setiap permukaan objek dijelaskan dalam Gambar 2.9.
2.4.5 Analisis Data