Hasil analisis di atas, secara aktual saja dengan adanya tambak ini, diperoleh nilai penurunan pendapatan dari sumberdaya kepiting dan benur
mencapai Rp3.615.493.603,00 per tahun. Nilai kerugian ini juga akan semakin besar apabila dilakukan perhitungan terhadap manfaat langsung ekosistem
mangrove lainnya. Dengan memperhatikan keterkaitan ekonomi dan ekologi, maka setiap kegiatan baik pada tingkat proyek mau pun kebijakan harus selalu
mempertimbangkan dampak yang mungkin timbul pada salah satu sisi sebagai akibat dari kegiatan pada sisi yang lain. Dengan demikian semua tindakan yang
diambil yang berkaitan dengan kedua sisi tersebut harus dilaksanakan seoptimal mungkin, dimana dampak negatif yang timbul diusahakan seminimal mungkin.
2. Nilai Manfaat Tidak Langsung
Manfaat tidak langsung atau Indirect Use Value IUV adalah manfaat yang diperoleh dari ekosistem mangrove secara tidak langsung. Ekosistem
mangrove di Kecamatan Muara Badak memiliki 2 jenis manfaat tidak langsung yang diidentifikasi sebagai nilai manfaat yang hilang akibat adanya
pengembangan tambak yaitu manfaat fisik dan manfaat biologi. Manfaat fisik merupakan manfaat ekosistem mangrove sebagai penahan
abrasi yang diestimasi dengan replacement cost dari pembuatan beton pantai untuk pemecah gelombang break water. Nilai pemecah gelombang diasumsikan
sama dengan estimasi yang dilakukan Apriliwati 2001 yaitu bahwa biaya pembangunan fasilitas pemecah gelombang break water ukuran 1 m x 11 m x
2,5 m panjang x lebar x tinggi dengan daya tahan 10 tahun sebesar Rp4.153.880,00. Untuk mendapatkan estimasi nilai sekarang, maka nilai tersebut
dikonversi dengan rata-rata nilai inflasi yang terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 6,6
www.bafdepkeu.go.id . Selanjutnya nilai konversi dikalikan dengan
panjang pantai ekosistem mangrove Kecamatan Muara Badak yang telah mengalami abrasi sepanjang 31.790,7 m dari total panjang pantai 53.501,68 m,
maka biaya pembuatan pemecah gelombang dengan daya tahan 10 tahun seluruhnya mencapai Rp140.770.358.885,96 sedangkan per tahunnya sebesar
Rp14.077.035.888,60 dan per hektarnya sebesar Rp1.304.637,00. Biaya rehabilitasi per hektar mangrove dapat digunakan untuk
mengestimasi nilai pengurangan pencemaran dengan menggunakan pendekatan
replacement costdamage avoided cost Adrianto 2005b. Standar biaya kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan dari Dana Alokasi Khusus Dana Reboisasi DAK- DR yang dilaksanakan oleh KabupatenKota di Provinsi Kalimantan Timur untuk
jenis tanaman mangrove adalah sebesar Rp3.771.000,00 setiap hektarnya dengan jarak tanam 2,5 m X 2,5 m dengan perkiraan harga bibit Rp1.600,00 per batang
dan upah kerja Rp30.000,00 per hari per orang. Seperti halnya untuk mendapatkan estimasi nilai sekarang, maka nilai tersebut dikonversi dengan rata-rata nilai
inflasi yang terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 6,6. Selanjutnya nilai konversi dikalikan dengan luas ekosistem mangrove yang harus direhabilitasi di Kecamatan
Muara Badak seluas 10.790 ha, maka biaya rehabilitasi seluruhnya sebesar Rp46.100.738.970,00.
Ekosistem mangrove juga memberikan manfaat biologi, yaitu sebagai penyedia pakan alami bagi ikan, dengan menggunakan model regresi luasan
ekosistem mangrove dan produksi udang yang diacu dari Naamin 1998, yaitu :
Y = 16,286 + 0,0003536X
Dimana : Y = Produksi udang Kg X = Luas ekosistem mangrove Ha
Luas kawasan mangrove yang ada di Kecamatan Muara Badak adalah 10.790 Ha. Dengan luasan ekosistem mangrove tersebut, diperoleh jumlah udang
sebesar 20,101344 Kg per tahun. Berdasarkan survei lapang, didapatkan harga pakan udang adalah Rp12.500,00 per Kg dan kebutuhan pakan 1,6 Kg per Kg
udang. Berdasarkan data tersebut, maka nilai manfaat ekosistem mangrove sebagai penyedia pakan alami dengan mengalikan produksi udang dengan harga
pakan dan kebutuhan pakan per Kg udang, didapatkan nilai sebesar Rp402.026,88 per tahun. Rincian nilai manfaat tak langsung ekosistem mangrove
yang diidentifikasi sebagai nilai manfaat yang hilang akibat pengembangan tambak di Kecamatan Muara Badak dapat dilihat pada Lampiran 7.
6.6. Pendugaan Total Nilai Eksternalitas terhadap Pengembangan Tambak
pada Ekosistem mangrove di Kecamatan Muara Badak
Konsep eksternalitas dalam ilmu ekonomi telah lama dikenal. Istilah ini mengandung pengertian bahwa suatu proses produksi dapat menimbulkan adanya
manfaat atau biaya yang masih belum termasuk dalam perhitungan biaya proses
produksi. Dalam pengertian ekonomi, diketahui bahwa pemanfaatan atau produksi suatu barang oleh seseorang akan menimbulkan manfaat pada pemiliknya atau
pada orang lain. Keadaan sebaliknya juga dapat terjadi, yaitu menghasilkan dampak atau menurunkan daya guna barang milik orang lain. Keadaan seperti ini,
yaitu adanya output suatu proses yang menimbulkan manfaat mau pun dampak negatif terhadap orang lain disebut eksternalitas WWF 2004.
Nilai eksternalitas akibat pengembangan tambak pada ekosistem mangrove di kecamatan Muara Badak dapat diketahui setelah dilakukan identifikasi serta
mengkuantifikasikan hasil dari penilaian terhadap manfaat benefit serta biaya cost dari aktivitas yang dilakukan masyarakat dalam memanfaatkan ekosistem
mangrove baik manfaat langsung mau pun tidak langsung. Ada pun nilai keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 18 dan perbandingannya tersaji pada
Gambar 17. Tabel 18. Ringkasan Nilai Eksternalitas Pemanfaatan Mangrove untuk Masing-
masing Pemanfaatan
No Jenis Eksternalitas
Rp per ha per tahun Rp per Tahun
Positif
Manfaat Langsung Penyerapan tenaga kerja
Jumlah sub 1
1.229.626 1.229.626
13.267.662.162 13.267.662.162
1
Manfaat Tidak Langsung 1.
Udang bintik 2.
Udang putih
Jumlah sub 1
788.430 966.159
1.754.589 8.507.159.700
10.424.858.324 18.932.015.310
Total 1 2.984.215
32.199.679.850 Negatif
Manfaat Langsung 1. Kayu bakar
2. Bibit alam benur 3. Kepiting
Jumlah Sub 1
511.208 1.979.114
1505.068
3.995.390 5.515.934.320
21.354.640.060 16.239.683.720
43.110.258.100 2
Manfaat Tidak Langsung 1.
Penahan abrasi 2.
Pengurangan pencemaran 3.
Penyedia pakan
Jumlah Sub 2
719.392 4.019.886
37
4.793.314 7.762.224.898
43.374.569.940 402.027
51.137.196.865 Total 2
8.734.704 94.247.454.965
Total Nilai Eksternalitas 1-2 -5.750.489
-62.047.775.115
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2007
2000000 4000000
6000000 8000000
10000000
Eksternalitas Positif Eksternalitas Negatif
Rp Ha
langsung tak langsung
Gambar 17. Perbandingan Nilai Eksternalitas per Hektar terhadap Pengembangan Tambak di Kecamatan Muara Badak Tahun 2006
Hasil analisis di atas, menunjukkan kegiatan pengembangan tambak pada ekosistem mangrove di Kecamatan Muara Badak memberikan nilai eksternalitas
negatif sebesar Rp62.047.775.115. Artinya kegiatan ini telah memberikan nilai kerugian yang cukup besar dari pada manfaat yang diperoleh. Hal ini terlihat pada
Tabel 17 dan Gambar 17, yaitu perbandingan antara manfaat yang diperoleh dari aktivitas tambak dengan dan dampak eksternal yang ditanggung.
Kemudian perhitungan nilai ekonomi dilanjutkan dengan perhitungan Net Present Value
NPV dan Benefit Cost Ratio BCR secara total dari eksternalitas positif dan eksternalitas negatif dengan tingkat suku bunga 10 dalam jangka
waktu 10 tahun. Pertimbangan pemakaian tingkat suku bunga 10 diacu dalam Rachmawati 2003. Pemilihan waktu 10 tahun didasarkan pada asumsi dua
periode produksi optimal tambak, diketahui bahwa tambak akan berproduksi optimal sampai dengan 5 tahun, namun cenderung pemilik tambak membiarkan
tambaknya sampai 10 tahun, kemudian dibandingkan dengan tingkat suku bunga 8 untuk skenario rendah dan 15 untuk skenario tinggi.
Pada saat penelitian berlangsung, total ekosistem mangrove yang menjadi lahan tambak adalah seluas 10.790 ha atau sekitar 55,14 dari total ekosistem
mangrove yang ada di kawasan ini. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan analisis biaya-manfaat, dengan memasukkan nilai eksternalitas,
maka didapat nilai manfaat bersih sekarang NPV dan ratio manfaat biaya BCR, seperti yang disajikan pada Tabel 19 dan Gambar 18.
Tabel 19. Hasil Analisis Ekonomi Tambak pada Tingkat Suku Bunga pada Kondisi Aktual
No Suku Bunga
Net Present Value NPV
Benefit Cost Ratio BCR
1 10
-502.781.712.714 0,48
2 8
-536.208.771.388 0,49
3 15
-437.686.914.243 0,53
Sumber : Data Primer setelah diolah, 2007
0.48 0.5
0.52 0.54
0.56 0.58
10 8
15
Suku Bunga N
Ila i B
C R
600,000,000,000 500,000,000,000
400,000,000,000 300,000,000,000
200,000,000,000 100,000,000,000
-
N ila
i N P
V BCR
NPV
Tabel 18. Perbandingan Hasil Analisis Ekonomi Tambak pada Ekosistem Mangrove dengan Berbagai Tingkat Suku Bunga
Tabel 19 dan Gambar 18 menunjukkan bahwa aktivitas budidaya tambak tahun 2006 tidak layak untuk diusahakan, hal ini terlihat pada nilai NPV dan
BCR, dimana hasil analisis usaha pengembangan tambak pada tahun 2006 memberikan nilai kerugian yang cukup besar. Hal ini terjadi karena nilai manfaat
ekosistem mangrove yang diidentifikasi sebagai nilai manfaat yang hilang atau biaya eksternal lebih besar dari pada nilai manfaat pengembangan tambak udang.
6.7. Arahan Alternatif Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kawasan Muara Badak