peruntukannya masih sebagai hutan lindung atau hutan penyangga, hal ini merupakan eksternalitas positif bagi petambak.
6.4.2. Identifikasi Eksternalitas Negatif
Sampai saat ini, kondisi ekosistem mangrove di lokasi penelitian telah mengalami tekanan akibat pemanfaatan dan pengelolaannya yang kurang
memperhatikan aspek kelestarian. Tuntutan dan pembangunan yang lebih mengutamakan tujuan ekonomi dan tidak memperhatikan aspek keseimbangan
ekologi telah menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove dan degradasi lingkungan pantai.
Beberapa dampak negatif dari kerusakan ekosistem mangrove yang saat ini sudah kelihatan adalah semakin jauhnya intrusi air laut ke daratan, abrasi
pantai, berkurangnya produksi dari sumberdaya mangrove. Ekosistem mangrove yang semula menjadi tempat pemijahan dan berkembang biaknya ikan, udang dan
biota laut lainnya telah berubah fungsinya menjadi peruntukkan lain seperti pembukaan lahan tambak, sehingga terjadi penurunan hasil tangkapan atau
produksi sumberdaya ikan, udang dan sebagainya, dan secara langsung berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat pemanfaat sumberdaya
mangrove tersebut. Dari hasil survei diketahui bahwa dalam beberapa tahun terakhir masyarakat umumnya merasakan adanya penurunan hasil yang diperoleh
dibandingkan pada tahun-tahun sebelumnya, tetapi tidak banyak yang menyadari bahwa penurunan hasil tersebut terkait langsung dengan kerusakan ekosistem
mangrove. Masyarakat hanya mengetahui bahwa kini terdapat gangguan yang berpengaruh terhadap produktivitas usaha yang mereka lakukan, seperti banjir,
erosi pantai, daya tahan udang menurun mudah mati dan berkurangnya bibit ikanudang secara alami.
Eksploitasi hutan mangrove yang telah terjadi tanpa terkendali di kawasan ini mengindikasikan bahwa tidak adanya kontrol dari pemerintah, khususnya dari
instansi yang bewenang, untuk mengelola kawasan ini secara berkelanjutan. Akibatnya ekosistem mangrove telah diubah menjadi lahan tambak. Disinyalir
kerusakan mangrove akan terus berlangsung apabila tidak ada komitmen dari
sumua pihak agar pembukaan lahan tambak pada ekosistem mangrove dapat dihentikan.
Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis diatas, diketahui permasalahan eksternalitas yang terjadi di kawasan pada mulanya terjadi karena sifat ekosistem
yang awalnya merupakan barang publik, dimana dalam pemanfaatannya tidak ada persaingan non-rivalry in consumption. Eksternalitas kemudian timbul akibat
kegagalan pemerintah karena kebijakan selama ini dalam pengelolaan ekosistem mangrove kurang relevan dan tegas dalam pelaksanaannya, juga disebabkan
akibat memperlakukan ekosistem mangrove sebagai sumberdaya bersama, dimana sumberdaya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin memanfaatkannya dan cuma-
cuma.
6.5. Pendugaan Nilai Eksternalitas terhadap Pengembangan Tambak pada Ekosistem Mangrove