Pendapatan dan Konsumsi Tinjauan Teoritis

22 Uraian di atas menyimpulkan bahwa adanya penyediaan waktu bekerja sehubungan dengan perubahan tingkat upah merupakan teori penawaran tenaga kerja. Dalam analisis penawaran tenaga kerja, rumahtangga memainkan peranan yang sama dengan perusahaan pada teori permintaan tenaga kerja. Artinya, keputusan anggota rumahtangga untuk masuk dalam angkatan kerja bukanlah semata-mata ditetapkan oleh pribadi seseorang akan tetapi secara bersama-sama oleh anggota rumahtangga. Dengan demikian, penawaran tenaga kerja rumahtangga merupakan hasil proses simultan untuk mencapai kepuasan maksimum bagi rumahtangga dengan sumberdaya yang terbatas. Mangkuprawira 1984 menyimpulkan bahwa meskipun wanita istri memiliki peluang yang sama dengan laki-laki suami, namun suami sebagai kepala rumahtangga masih lebih besar tingkat partisipasinya dalam mengalokasikan waktu kerja. Hal ini bisa dikatakan suami memberikan kontribusi pendapatan yang lebih besar terhadap total pendapatan rumahtangga.

3.1.2. Pendapatan dan Konsumsi

Menurut Sadoulet dan Janvry 1995 analisis model ekonomi rumahtangga perlu memperhatikan dua hal, yaitu: 1 apakah barang dan jasa yang dikonsumsi rumahtangga sesuai dengan harga pasar, dan 2 perilaku produksi dan konsumsi apakah separable. Jika sistem persamaan produksi dan konsumsi pada model ekonomi rumahtangga separable, maka pendugaan sistem persamaan konsumsi dan produksi dapat dilakukan secara bebas dan terpisah mengacu pendekatan pendugaan sistem persamaan konsumsi dan produksi yang baku, seperti penggunaan fungsi keuntungan yang umum digunakan. Pendekatan ekonomi rumahtangga adalah berguna sekiranya sisi konsumsi dikaitkan dengan sisi 23 produksi melalui pengaruh pendapatan. Hanya saja patut diperhatikan, menurut Sadoulet dan Janvry 1995, bahwa manfaat dari pendekatan ekonomi rumahtangga, bahkan akan menghasilkan kesimpulan yang berlawanan dengan kesimpulan yang dapat diperoleh dengan pendekatan teori konsumsi murni, jika perilaku ekonomi rumahtangga tersebut menunjukkan hal-hal sebagai berikut : 1. Dampak keuntungan karena perubahan harga adalah sangat besar. 2. Sumbangan keuntungan seluruh pendapatan rumahtangga sangat besar. Apabila sistem persamaan produksi, curahan kerja dan konsumsi non- separable dan disusun dalam model ekonometrika, dimana terdapat keterkaitan antara peubah, sehingga perilaku ekonomi rumahtangga dalam produksi, curahan kerja dan konsumsi adalah saling terkait secara simultan, maka pendugaan model ekonomi rumahtangga yang demikian adalah lebih kompleks. Pendapatan yang diperoleh dari korbanan waktu anggota rumahtangga dalam angkatan kerja akan berbeda-beda. Perubahan pendapatan rumahtangga akan menghasilkan garis anggaran baru yang akan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi rumahtangga tersebut. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan kurva ICC Income Consumption Curve, atau dinamakan juga kurva Engel, untuk mengingatkan pada Ernst Engel sebagai seorang pertama yang meneliti hubungan perubahan pendapatan dengan jumlah yang diminta Kelana, 1994. Pada Gambar 3 peningkatan pendapatan ditandai dengan perubahan I 1 ke I 2 dimana I 2 lebih tinggi dari I 1 , maka diperoleh garis anggaran baru dari B 1 ke B 2 keduanya paralel dengan equilibrium A dan B. Lebih jauh lagi Engel menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara permintaan terhadap barang perikanan atau barang yang bersifat mudah rusak perishable goods dan permintaan barang industri sehubungan dengan perubahan pendapatan. 24 I 1 I 2 I 3 ICC C A B Q y B 3 B 1 Q X B 2 Sumber: Kelana 1994 Gambar 3. Kurva Hubungan Pendapatan dengan Konsumsi Perubahan kenaikan pendapatan tidak menyebabkan permintaan terhadap barang perikanan meningkat secara progresif. Misalnya pendapatan meningkat dua kali, maka permintaan terhadap ikan tidak akan meningkat sebanyak dua kali juga, sehingga dapat dikatakan elastisitas pendapatan terhadap permintaan ikan rendah. Sebaliknya, peningkatan pendapatan akan menyebabkan permintaan terhadap barang industri lebih progresif, dapat dimaklumi jika pendapatan konsumen naik maka permintaan terhadap barang elektronik dan kebutuhan akan barang mewah juga akan meningkat seiring dengan peningkatan pendapatannya. Miller dan Meiners 1997 mengemukakan beberapa sebab terjadinya ketimpangan pendapatan riil. 1. Perbedaan usia Sampai batas tertentu pendapatan meningkat seiring dengan bertambahnya usia dan masa kerja seseorang, lewat dari batas tersebut pertambahan usia akan diiringi dengan penurunan pendapatan. 25 2. Keberanian mengambil resiko. Seseorang yang bekerja di lingkungan kerja dengan pekerjaan yang berbahaya, ceteris paribus biasanya memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. 3. Ketidakpastian dan variasi pendapatan Bidang-bidang kerja yang hasilnya serba tidak pasti, misalnya bidang pemasaran mengandung resiko yang besar. Seseorang yang menekuni bidang ini akan menuntut dan menerima pendapatan yang lebih tinggi. 4. Bobot pendidikan dan latihan Pendidikan dan pelatihan sangat erat hubungannya dengan keterampilan seseorang sehingga dia mampu menghasilkan produk fisik marginal yang lebih tinggi. 5. Kekayaan warisan Seseorang yang memang berasal dari rumahtangga kaya mempunyai kesempatan yang lebih baik dibandingkan dengamereka yang tidak mempunyai kekayaan warisan, sekalipun kemampuan dan pendidikan mereka setara. 6. Ketidaksempurnaan pasar Monopoli, monopsoni, kebijakan sepihak serikat buruh, penetapan tingkat upah minimum oleh pemerintah, ketentuan syarat-syarat lisensi, sertifikasi dan sebagainya turut mengakibatkan perbedaan-perbedaan pendapatan di kalangan kelas-kelas pekerja. 7. Diskriminasi Berbagai penelitian yang mencoba mengoreksi perbedaan produktivitas kelas- kelas marginal yang dikelompok atas dasar ras atau jenis kelamin umumnya mendapati adanya faktor “residual” yang tidak bisa dijelaskan yang 26 diakibatkan oleh deskriminasi tersebut. Dengan kata lain, meskipun semua faktor kuantitas dan kualitas pendidikan dan berbagai bentuk latihan kerja, usia, masa kerja dan sebagainya, antara tenaga kerja perempuan dan laki-laki sama, tetapi tingkat pendapatan mereka dari bidang pekerjaan yang sama tetap saja berbeda.

3.2. Tinjauan Studi Empirik