Curahan Tenaga Kerja Tinjauan Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Tinjauan Teoritis

3.1.1. Curahan Tenaga Kerja

Secara sederhana, tenaga kerja diartikan sebagai upaya manusia untuk melakukan usaha. Usaha tersebut dalam hubungannya dengan perikanan adalah usaha melaut dan nonmelaut. Dalam usaha tersebut terdapat perbedaan penggunaan tenaga kerja, antara lain: 1. penggunaan tenaga kerja dalam perikanan bersifat tidak tetap dan tidak berkelanjutan, sedangkan dalam perindustrian bersifat lebih tetap. 2. penggunaan tenaga kerja melaut sebagian besar adalah pria dan untuk industri perikanan adalah wanita. 3. kegiatan dalam perikanan pada dasarnya harus disesuaikan dengan alam, sedangkan dalam perindustrian dapat berlangsung sepanjang tahun. Sumber tenaga kerja dalam perikanan dapat diperoleh dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Sumber tenaga kerja dari dalam keluarga yaitu: suami, istri, anak-anak, orang tua dan orang lain yang hidup serumah dan mendapatkan fasilitas dari rumahtangga nelayan tersebut, sedangkan tenaga kerja dari luar diperoleh dari luar rumahtangga nelayan. Analisis tentang curahan tenaga kerja merupakan analisis tentang penawaran tenaga kerja, yang pada prinsipnya membahas tentang keputusan- keputusan anggota rumahtangga dalam pilihan jam kerjanya. Anggota rumahtangga individu-individu dalam mengalokasikan jam kerja akan bertindak rasional yaitu memaksimumkan utilitasnya. 19 O Maksimasi utilitas rumahtangga dilakukan dengan mengkombinasikan waktu santai dan barang konsumsi untuk memaksimumkan kepuasan. Setiap angkatan kerja anggota rumahtangga dihadapkan pada pilihan bekerja atau tidak. Apabila memilih bekerja berarti akan memberikan nilai guna pendapatan yang lebih tinggi dan akan lebih mencurahkan waktunya bagi pencapaian kebutuhan konsumsi. Sebaliknya jika tidak bekerja, maka waktu santai akan mempunyai nilai guna lebih tinggi dari pada pendapatan Mangkuprawira, 1984. Adanya kedua pilihan tersebut akan menghasilkan berbagai kombinasi untuk mencapai kepuasan yang maksimum, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1. Sumber: Mangkuprawira 1984 Gambar 1. Fungsi Kepuasan Seorang Anggota Rumahtangga Anggota rumahtangga akan mengkonsumsi B dan W untuk mendapatkan tingkat kepuasan U . Jika makin banyak B dan W yang dikonsumsi maka makin tinggi kepuasan U yang dicapai U 2 U 1 U U . Dalam mengkonsumsi barang dan waktu santai, anggota rumahtangga individu akan menghadapi dua kendala yaitu waktu yang jumlahnya terbatas 24 jam per hari U 2 U 1 W B 1 B 2 B W 1 W 3 Waktu Santai Barang Konsumsi 20 dan anggota rumahtangga yang menawarkan tenaga kerja dalam suatu pasar bersaing sempurna sehingga tidak akan mempengaruhi tingkat upah yang berlaku, kedua kendala tersebut adalah kendala anggaran. Untuk memperoleh kombinasi maksimum dengan mempertimbangkan kendala yang ada, maka kombinasi optimum terletak pada garis anggaran yang menyinggung kurva indiferent. Apabila terjadi kenaikan tingkat upah berarti terdapat tambahan pendapatan. Dengan status ekonomi yang lebih tinggi seseorang cenderung meningkatkan konsumsi dan waktu santainya yang berarti pengurangan jam kerja efek pendapatan. Dilain pihak kenaikan tingkat upah berarti harga waktu santai menjadi lebih mahal dan mendorong anggota rumahtangga mensubtitusikan waktu santainya dengan lebih banyak bekerja untuk menambah konsumsi barang efek subtitusi. Efek total dari perubahan tingkat upah adalah selisih dari efek pendapatan dan subtitusi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. Sumber: Simanjuntak 1985 Gambar 2. Fungsi Kepuasan, Efek Pendapatan, Efek Subtitusi dan Efek Total U 2 D 2 D 3 F Waktu Santai B H E 2 E 3 Upah, Barang konsumsi B” U 1 D 1 C 1 A C” C 2 E 1 21 Misalkan suatu rumahtangga mempunyai pendapatan OA=HB di luar hasil pekerjaan non earned income, misalnya sewa, warisan. Apabila seluruh waktu yang tersedia OH digunakan untuk waktu luang maka pendapatan rumahtangga tersebut hanya OA=HB. OD menunjukkan jumlah waktu yang digunakan rumahtangga untuk waktu luang dan HD 1 merupakan waktu yang digunakan untuk bekerja waktu luang diukur dari titik O ke titik H dan waktu bekerja diukur dari H ke O. Dengan bekerja sebanyak HD 1 Rasio tingkat upah awal barang konsumsi per waktu luang ditunjukkan oleh slope garis anggaran BC jam maka rumahtangga memperoleh pendapatan senilai barang konsumsi AF. Jumlah barang konsumsi rumahtangga adalah jumlah barang senilai hasil kerja ditambah jumlah barang senilai pendapatan di luar hasil kerja yakni: OF = OA + AF. Nilai barang konsumsi yang dapat dibelu dari hasil kerja satu jam dinamakan tingkat upah yang dicerminkan dengan kecenderungan slope dari budget line. Semakin tinggi tingkat upah maka akan semakin besar slope dari budget line. 1 dengan kondisi keseimbangan pada titik E dengan utilitas U 1 . Apabila upah meningkat, maka budget line berubah dari BC 1 menjadi BC 2 . Perubahan tingkat upah tersebut akan menghasilkan pertambahan pendapatan sebagaimana dilukiskan dengan garis B”C” yang sejajar dengan BC 1 . Pertambahan pendapatan akan menambah waktu luang OD 1 ke OD 2 sehingga tingkat utilitas meningkat menjadi U 2 U 1 ke U 2 pada titik keseimbangan E 2 . Hal ini merupakan efek pendapatan income effect. Apabila upah meningkat maka untuk mendapatkan pertambahan barang konsumsi harus mengorbankan waktu luang waktu untuk bekerja ditambah dari HD 2 ke HD 3 supaya berbeda pada tingkat utilitas yang sama yaitu tingkat utilitas U 2 pada titik keseimbangan E 3 . 22 Uraian di atas menyimpulkan bahwa adanya penyediaan waktu bekerja sehubungan dengan perubahan tingkat upah merupakan teori penawaran tenaga kerja. Dalam analisis penawaran tenaga kerja, rumahtangga memainkan peranan yang sama dengan perusahaan pada teori permintaan tenaga kerja. Artinya, keputusan anggota rumahtangga untuk masuk dalam angkatan kerja bukanlah semata-mata ditetapkan oleh pribadi seseorang akan tetapi secara bersama-sama oleh anggota rumahtangga. Dengan demikian, penawaran tenaga kerja rumahtangga merupakan hasil proses simultan untuk mencapai kepuasan maksimum bagi rumahtangga dengan sumberdaya yang terbatas. Mangkuprawira 1984 menyimpulkan bahwa meskipun wanita istri memiliki peluang yang sama dengan laki-laki suami, namun suami sebagai kepala rumahtangga masih lebih besar tingkat partisipasinya dalam mengalokasikan waktu kerja. Hal ini bisa dikatakan suami memberikan kontribusi pendapatan yang lebih besar terhadap total pendapatan rumahtangga.

3.1.2. Pendapatan dan Konsumsi