Hasil Kajian Terdahulu Strategi Peningkatan Penerimaan Retribusi Tempat Khusus Parkir (TKP) Kabupaten Bogor

Menurut Direktorat Jenderal Perhubungan Darat 1998 swastanisasi merupakan suatu alternatif pengelolaan parkir. Sistem ini biasanya lebih efisien dan manfaat yang diterima pemerintah daerah lebih besar. Sebelum diswastanisasikan, Pemerintah Daerah terlebih dahulu menghitung besarnya potensi pendapatan yang dapat diterima dan biaya yang dikeluarkan untuk penyelenggaran parkir. Besarnya pendapatan ini dihitung berdasarkan jumlah ruang parkir yang tersedia, tingkat penggunaan, lamanya parkir dilakukan dan besarnya tarif. Metode lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan dasar dari pendapatan parkir sebelum dikontrakkan kepada pihak ketiga. Sejalan konsep swastanisasi, pelayanan jasa parkir yang dilakukan di badan atau parkir Tepi Jalan Umum TJU tidak dapat dialihkan kepemilikannya kepada pihak swasta. harus dibangun gedung parkir atau pelataran parkir, sehingga akhirnya aset tersebut dapat dialihkan ke pihak swasta.

2.8. Hasil Kajian Terdahulu

Kajian mengenai pengelolaan perparkiran pernah dilakukan oleh Silalahi 1996 melakukan kajian mengenai Pengelolaan Parkir di Wilayah DKI Jakarta Suatu analisis untuk mencari Model pengelolaan parkir yang lebih Efisien dan Efektif, menyatakan bahwa pengelolaan perparkiran di DKI Jakarta belum efisien dan efektif. Hal ini disebabkan kondisi organisasi dan suasana persaingan yang belum sehat, sehingga pelayanan jasa parkir belum menunjang pada ketertiban lalu lintas dan perolehan retribusi daerah melalui retribusi parkir. Kajian dilakukan dengan metode analisis deskriptif, dan dapat dikategorikan sebagai penelitian kualitatif. Berdasarkan kajian disarakan beberapa hal diantaranya agar pengelolaan parkir efisien dan efektif, maka perlu dibangun kondisi organsasi dan suasana kompetisi yang sehat; agar tujuan pengelolaan perparkiran tercapai, maka sasaran atau fungsi pelayanan jasa parkir dapat diserahka kepada swasta. Swastanisasi pelayanan jasa parkir tidak cukup, harus didukung dengan dominasi pemegang saham yang kuat dan berpengalaman, dan juga diperlukan dukungan peraturan perundang-undangan. Dalam kajian tersebut sudah melihat pengelolaan parkir oleh pihak swasta, namun objek utama yang menjadi fokus dalam kajian ini adalah Badan Pengelola BP Parkir DKI Jakarta. Susdiyono 2003 melakukan kajian yang berjudul Kajian Pendapatan Daerah Propinsi DKI Jakarta Melalui Retribusi Parkir Menuju Pelaksanaan retribusi Parkir. Dalam kajian tersebut dipaparkan mengenai kondisi aktual penyelenggaraan perparkiran di Propinsi DKI Jakarta berkaitan dengan proses menuju pelaksanaan retribusi parkir. Selain itu juga mengkaji tentang berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah DKI Jakarta dalam mengoptimalkan pendapatan daerahnya dari perparkiran. Metode analisis yang digunakan dalam kajiannya adalah metode deskriptif eksplanatoris explanatory-decriptive. Dalam kajian tersebut mengungkapkan fenomena perparkiran di wilayah DKI Jakarta dengan masih sangat sederhana dan makro. Kajian ini juga tidak menyajikan bentuk mengujian secara kuantitatif terhadap kajian yang dilakukan. Dedyanto 2003 melakukan kajian mengenai Analisis Efektivitas Pendapatan Retribusi Parkir Propinsi DKI Jakarta. Kajian tersebut memfokuskan obyek kajiannya pada pengelolaan perparkiran oleh Badan Pengelola Perparkiran BPP Propinsi DKI Jakarta, serta membandingkan pengelolaan parkir yang dilakukan di Kota Bandung dan Kota Surabaya. Berdasarkan kajian dapat disimpulkan bahwa 1 pendapatan retribusi parkir oleh Badan Pengelola Perparkiran BPP Propinsi DKI Jakarta belum berjalan efektif, dimana realisasi pendapatan parkir masih jauh di bawah penerimaan parkir yang sebenarnya. 2 premanisme merupakan faktor yang berpengaruh terhadap efektivitas pendapatan retribusi parkir di Propinsi DKI Jakarta 3 pola pengendalian pungutan dilakukan dengan menggunakn sistem Setoran Wajib Minimum SWM dirasa tiak efektif, parajuru parkir bak resmi maupun tidak hanya membayar kewajiban minimum, tanpa memperhitungkan hasil yang mereka peroleh. Dalam hanya memfokuskan pada penyelenggaraan perparkiran oleh Badan Pengelola BP Perparkiran Propinsi DKI Jakarta. Selain itu kajian tersebut juga hanya digunakan metode deskriptif analisis. Hal yang membedakan kajian-kajian tersebut dengan kajian ini adalah pertama kajian ini fokus kepada bentuk parkir Tempat Khusus Parkir TKP dengan wilayah kajian di Kabupaten Bogor. Kedua, kajian ini melihat alternatif strategi dari peningkatan penerimaan retribusi parkir TKP oleh pihak pemerintah swakelola dan swasta di Kabupaten Bogor. Sehingga dapat dilihat bentuk penyelenggaraan dan pengelolaan perparkiran secara swakelola atau swasta yang mampu meningkatkan retribusi perparkiran dalam rangka meningkatkan kontribusi retribusi parkir TKP terhadap PAD Kabupaten Bogor. Ketiga, kajian ini juga telah menggunakan alat analisis AHP Analisis Hirarki Proses, dimana AHP merupakan alat analisis kuantitatif yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah, keputusan-keputusan yang dihasilkan adalah angka yang nantinya akan dijelaskan dalam bentuk tulisan. Keempat, dalam kajian ini telah dianalisis besarnya potensi pada titik parkir TKP.

2.9. Kerangka Pemikiran