menggali, dan mendayagunakan potensi pendapatan daerah secara efektif dan efisien untuk pencapaian target Pendapatan Asli Daerah.
Menurut Arsyad 1999, hasil riset tentang penggalian potensi PAD selama ini menunjukkan, daerah masih mempunyai banyak keterbatasan dalam
peningkatan PAD, sehingga tidak seluruh potensi dapat dioptimalkan. Hal ini disebabkan PemkotPemkab dihadapkan pada berbagai kendala, diantaranya
keterbatasan SDM yang profesional, kesadaran wajib pajakretribusi yang masih rendah, belum tersedianya data base sumber-sumber PAD secara lengkap,
penentuan target PAD yang belum menggunakan pola perhitungan baku, pengelolaan PerusdaBUMD yang belum efisien, manajemen pelayanan dan
pengawasan yang belum optimal, belum diberdayakannya kecamatan dan desakelurahan dalam pengelolaan PAD serta banyaknya perda yang sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan. Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang potensial untuk
dikembangkan diantaranya adalah retribusi daerah. Oleh karen itu Pemerintah Daerah perlu memperhatikan pengelolaan retribusi daerah sebagai salah satu
sumber pendapatan daerah.
2.2. Retribusi Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor. 66 Tahun 2001 menyatakan bahwa retribusi daerah adalah Pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin
tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Beberapa karakteristik retribusi daerah
yang diterapkan di Indonesia antara lain Siahaan, 2006:
a. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang
dan peraturan daerah yang berkenaan. b.
Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah. c.
Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi balas jasa secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya.
d. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah yang dinikmati oleh orang atau badan. e.
Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Retribusi daerah sebagai salah satu komponen sumber PAD dimaksudkan
untuk dapat memasukkan dana bebas daerah sebanyak-banyaknya guna membiayai pengeluaran pembangunan sehingga kestabilan ekonomi yang mantap
dapat tercapai karena laju pertumbuhan ekonomi yang layak dipertahankan Suparmoko, 2002. Sebagai instrumen kebijakan fiskal, retribusi daerah
mempunyai beberapa kemampuan strategi yang mencerminkan manfaat dari retribusi itu sendiri dalam membantu meningkatkan pembangunan daerah,
manfaat tersebut adalah: retribusi daerah dapat meningkatkan kemampuan penerimaan PAD, dan mendorong laju perumbuhan ekonomi daerah.
Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 dan PP No. 66 Tahun 2001 objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh pemerintah
daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan
sosial-ekonomi layak dijadikan objek retribusi. Jenis retribusi berdasarkan objek retribusi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
1. Retribusi jasa umum, yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. 2. Retribusi jasa usaha, yaitu pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah
dengan menganut prinsip komersial. 3. Retribusi perizinan tertentu, yaitu kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam
rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan
pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga
kelestarian lingkungan. Berdasarkan pengelompokan tersebut dapat dilihat bahwa retribusi Tempat
Khusus Parkir TKP merupakan jenis retribusi yang ternasuk dalam jenis retribusi jasa usaha. Sedangkan retribusi pada Tepi Jalan Umum TJU merupakan
jenis retribusi jasa umum. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa parkir TJU lebih mengarah pada pelayanan publik publik service kepada masyarakat sehingga
dikelompokkan ke dalam retribusi jasa umum. Sedangkan pada pelaksanaan pengelolaan parkir TKP bersifat jasa usaha sehingga dimasukkan ke dalam
retribusi jasa usaha. Meskipun demikian, kedua jenis retribusi parkir tersebut tetap merupakan bagian dari retribusi daerah yang harus ditingkatkan kontribusinya
dalam rangka meningkatkan PAD secara keseluruhan.
2.3. Perbedaan Retribusi dan Pajak Daerah