Perbedaan Retribusi dan Pajak Daerah Reribusi Parkir dan Pajak Parkir 1. Retribusi Parkir

2.3. Perbedaan Retribusi dan Pajak Daerah

Pendapatan Asli Daerah PAD dapat bersumber dari pajak dan retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan lain-lain PAD yang sah. Dalam sejarah pemerintahan di Indonesia, pajak dan retribusi daerah merupakan sumber penerimaan yang dapat diandalkan bagi daerah. Di masyarakat pajak daerah sering kali disamakan dengan retribusi daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa keduanya merupakan pembayaran kepada pemerintah. Pandangan ini tidak benar karena pada dasarnya terdapat perbedaan yang besar antara pajak dan retribusi. Menurut Siahaan 2006 perbedaan antara pajak dan retribusi adalah: 1. Kontra prestasinya. Pada retribusi kontra prestasinya dapat ditunjuk secara langsung dan secara individu dan golongan tertentu sedangkan pada pajak kontra prestasinya tidak dapat ditunjuk secara langsung. 2. Balas jasa pemerintah. Hal ini dikaitkan dengan tujuan pembayaran, yaitu pajak balas jasa pemerintah berlaku untuk umum, seluruh rakyat menikmati balas jasa, baik yang membayar pajak maupun yang bebaskan dari pajak. Sebaliknya, pada retribusi balas jasa negarapemerintah beraku khusus, hanya dinikmati oleh pihak yang telah melakukan pembayaran retribusi. 3. Sifat pemungutannya. Pajak bersifat umum, artinya berlaku untuk setiap orang yang memenuhi syarat untuk dikenakan pajak. Sementara itu retribusi hanya berlaku untuk orang tertentu, yaitu yang menikmati jasa pemerintah yang dapat ditunjuk. 4. Sifat pelaksanaanya. Pemungutan retribusi didasarkan atas peraturan yang berlaku umum dan dalam pelaksanaannya dapat dipaksakan, yaitu setiap orang 5. Lembaga atau badan hukumnya. Pajak dapat dipungut oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah, sedangkan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. 2.4. Reribusi Parkir dan Pajak Parkir 2.4.1. Retribusi Parkir Retribusi parkir berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 20 Tahun 2002 adalah retribusi yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan oleh pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Penerapan kebijakan retribusi parkir dibeberapa daerah di Indonesia pada umumnya cederung berorientasi pada peningkatan PAD dan belum menjadi instrumen pengendalian lalu lintas. Selain itu kegiatan perparkiran sering berbenturan dengan undang-undang lalu lintas. Pada dasarnya penggunaan badan jalan tidak proporsional jika digunakan sebagai ruang parkir. Selain bertentangan dengan undang-undang lalu lintas juga menjadi potensi kemacetan. Dengan demikian penetapan lokasi parkir harus tidak menimbulkan gangguan terhadap aksesibilitas lalu lintas dan gangguan lainnya. Pengelolaan perparkiran akan mempengaruhi besarnya PAD yang akan diperoleh dari kebijakan penyediaan fasilitas, sistem pengelolaan, besaran tarif parkir, atau pungutan retribusi parkir dan persentase retribusi parkir kepada pengelola swasta. Kabupaten Bogor memiliki dua perundang-undangan terkait dengan retribusi parkir, yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 10 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum dan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2003 tentang parkir Tempat Khusus Parkir TKP. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 10 tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, retribusi pelayanan parkir TJU selanjutnya dinamakan retribusi, yaitu pungutan daerah atas pelayanan parkir di tepi jalan umum yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi. Berdasarkan Peraturan Daerah tersebut juga ditetapkan bahwa parkir di Tepi Jalan Umum TJU merupakan retribusi jasa umum. Retribusi jasa umum yaitu pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Retribusi parkir Tempat Khusus Parkir TKP Kabupaten Bogor menurut Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2003, yaitu pembayaran atas pelayanan tempat khusus parkir. Tempat Khusus Parkir diartikan sebagai tempat parkir yang khusus disediakan, dimiliki atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, tidak termasuk yang disediakan dan dikelola oleh badan dan pihak swasta. Perparkiran yang disediakan dan dikelola oleh badan dan pihak swasta akan dikenakan suatu iuran dengan nama pajak parkir dan selanjutnya akan dipungut oleh Dinas Pendapatan Daerah Dispenda. Lebih lanjut yang dimaksud dengan pajak parkir.

2.4.2. Pajak Parkir

Menurut Siahaan 2006 yang dimaksud dengan pajak daerah secara umum adalah pembayaran wajib pajak yang dikenakan bedasarkan undang- undang yang tidak dapat dihindari bagi yang berkewajiban dan bagi mereka yang tidak mau membayar pajak dapat dilakukan paksaan. Sedangkan yang dimaksud dengan pajak parkir menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 20 tahun 2002 adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan oleh pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran untuk pemakaian tempat parkir yang dikelolah oleh swasta. Besaran tarif pajak dihitung berdasarkan persentase, yaitu 20 persen dari jumlah kendaraan yang parkir total per bulan. Objek pajak parkir yang tidak terpungut sebagai berikut : b. Penyelenggaraan tempat parkir oleh bPemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah; c. Penyelenggaraan parkir oleh kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dan perwakilan lembaga-lembaga internasional dengan asas timbal balik sebagaimana berlaku untuk pajak negara; d. Penyelenggaraan tempat parkir dalam kegiatan sosial keagamaan.

2.5. Strategi Peningkatan Retribusi