Kerangka Pemikiran Operasional Kerangka Pemikiran 1 Kerangka Pemikiran Konseptual

23

3.1.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Setiap organisasi yang bergerak dalam bidang apapun akan menghadapi suatu kondisi ketidakpastian di masa yang akan datang. Bagi Institut Pertanian Bogor yang merupakan institusi pendidikan juga tidak terlepas dari kondisi tersebut. Rencana strategis IPB 2008-2013 memuat beberapa isu strategis yang kemungkinan akan dihadapi oleh Institut Pertanian Bogor di masa yang akan datang diantaranya yaitu arah pembangunan Indonesia, khususnya di bidang ekonomi, pangan, bioenergi, kesehatan, manajemen sumberdaya alam dan lingkungan. Selain itu, terdapat pula isu kecenderungan persaingan global pendidikan tinggi yang mengharuskan perguruan tinggi di dalam negeri untuk meningkatkan daya saingnya, baik dalam penyelenggaraan maupun mutu lulusan yang kompetitif bertaraf internasional. Isu atau faktor-faktor ketidakpastian tersebut tentunya berada diluar kemampuan kendali organisasi IPB. Menurut Siagian 2008, situasi ketidakpastian di masa yang akan datang dapat berpengaruh pada perencanaan sumber daya manusia. Oleh karena itu, setiap organisasi dituntut untuk bersikap proaktif dan antisipatif tidak hanya di bidang fungsional seperti perencanaan produksi dan strategi pemasaran tetapi juga yang menyangkut perencanaan sumber daya manusia. Sikap proaktif dan antisipatif organisasi dalam perencanaan SDM dapat dilakukan dengan mendefinisikan atau menguraikan secara jelas tugas-tugas dan tanggung jawab yang akan dilaksanakan oleh karyawan. Hal ini penting dilakukan agar karyawan dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab itu dengan baik sehingga tujuan organisasi keseluruhan dapat tercapai. Beban kerja untuk setiap karyawan harus sesuai dengan standar beban yang telah ditetapkan. Apabila pada kenyataannya terjadi kekurangan atau kelebihan beban, maka organisasi harus mengkaji ulang beban kerja standar yang ditetapkan untuk suatu pekerjaan tertentu. Hal ini dikarenakan penetapan beban kerja memiliki dampak terhadap hasil pekerjaan. Beban kerja pada setiap unit pekerjaan juga mencerminkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Ketidaksesuaian antara beban pekerjaan dengan jumlah tenaga yang mengerjakannya, membutuhkan penyesuaian melalui pengurangan dan penambahan jumlah karyawan. 24 Uraian aktifitas atau tugas pokok yang dilakukan karyawan perlu diketahui sebelum melakukan penelitian. Pengamatan terhadap aktifitas yang dilakukan oleh karyawan melalui metode work sampling dalam interval waktu tertentu berguna untuk mengetahui gambaran penggunaan waktu kerja oleh karyawan. Selanjutnya dilakukan pencatatan terhadap frekuensi serta waktu untuk menyelesaikan aktifitas. Frekuensi dan waktu untuk menyelesaikan aktifitas mencerminkan nilai beban kerja yang selanjutnya digunakan untuk menentukan jumlah kebutuhan tenaga kerja melalui analisis perhitungan kebutuhan tenaga kerja. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan kemudian dapat dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja riil yang ada di unit tata usaha. Hasil perbandingan kemudian dapat dijadikan rekomendasi bagi perencanaan SDM organisasi. Alur pemikiran operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. 25 Gambar 2. Alur kerangka pemikiran operasional Perhitungan Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Beban Kerja Frekuensi dan Waktu Aktivitas Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Perhitungan Beban Kerja Karyawan Administrasi Analisis Beban Kerja Unit Tata Usaha Departemen IPB Perencanaan SDM Evaluasi Jumlah Tenaga Kerja yang Dibutuhkan Jumlah Tenaga Kerja Riil Rekomendasi Analisis Perhitungan Kebutuhan Tenaga Kerja 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian