70.6, memiliki banyak teman 55.3, senang mendapatkan teman baru 57.6, dapat berteman dengan siapa saja 65.9, dan bersedia menerima
keputusan yang tidak sesuai dengan keinginannya 68.2 mencerminkan tingginya pengertian sosial contoh.
Tabel 22 Sebaran contoh berdasarkan beberapa pertanyaan dimensi kesadaran sosial
No Pernyataan
1 2
3 4
1. Saya merasa sedih jika teman saya sedih
7,1 16,5
67,1 9,3
2. Saya mampu menjadi pendengar yang baik bagi
orang disekitar saya. 1,2
2,4 70,5
25,9 3.
Saya dapat menduga apa yang dipikirkandirasakan teman bicara saya
1,2 17,6
69,4 11,8
5. Saya dapat berteman dengan siapa saja
2,4 1,2
30,6 65,9
6. Saya memahami bahwa setiap orang memiliki
karakter yang berbeda 2,4
2,4 24,7
70,6
7. Bersama teman-teman adalah saat yang
membosankan bagi saya.
64,7 31,8
3,5 0,0
10. Saya senang bisa menjadi tempat curhat teman.
1,2 3,5
54,1 41,2
14. Saya merasa senang jika mendapat teman baru
0,0 1,2
57,6 41,2
15. Saya mengetahui jika teman saya marah
0,0 7,1
76,5 16,5
16. Saya dapat mendengarkan curhat teman dengan
fokus. 2,4
10,6 64,7
22,4 17.
Saya memiliki banyak teman 1,2
2,4 41,2
55,3
19. Teman-teman terlihat nyaman bersama saya
2,4 8,2
68,2 21,2
20. Saya bersedia menerima suatu keputusan yang
tidak sesuai dengan keinginan saya 2,4
8,2 68,2
21,2 Keterangan: 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= setuju, 4= sangat setuju
Fasilitas Sosial
Dimensi kedua dari keterampilan sosial adalah fasilitas sosial. Fasilitas sosial adalah tindakan dan perilaku yang kita berikan kepada orang lain
sehubungan dengan kesadaran sosial yang kita miliki. Fasilitas sosial meliputi sinkroni, presentasi diri, pengaruh dan kepedulian.
Tabel 23 Sebaran contoh berdasarkan dimensi fasilitas sosial dan jenis kelamin, rata-rata skor serta standar deviasi
Kategori fasilitas sosial Jenis Kelamin
Total Laki-laki
Perempuan n
n n
Rendah 0.0
0.0 0.0
Cukup 25
29.4 27
31.8 52
61.2
Tinggi 25
17 16
18.8 33
38.8 Rata-rata skor±SD
60.2±6.8 59.3±8.0
59.8±7.5 p-value
0.576
Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari separuh contoh memiliki fasilitas sosial pada ketegori cukup 61.2 dengan persentase contoh perempuan lebih
besar 31.8 daripada laki-laki 29.4. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cavins 2005 yang menyebutkan bahwa perempuan lebih
mampu membangun hubungan interpersonal yang lebih baik daripada laki-laki. Namun, berdasarkan hasil uji beda t-test tidak menunjukkan adanya perbedaan
antara contoh perempuan dan laki-laki dalam hal fasilitas sosial Tabel 23. Sinkroni adalah kemampuan untuk menyampaikan perasaan secara
nonverbal. Sementara presentasi diri adalah kemampuan mempresentasikan diri secara efektif. Sinkroni dan presentasi diri kemudian akan menimbulkan
pengaruh dalam dunia sosial. Pengaruh ini kemudian akan menciptakan kepedulian sosial dalam diri seseorang Goleman 2007.
Tabel 24 Sebaran contoh berdasarkan jawaban pada beberapa pertanyaan
dimensi fasilitas sosial
No Pernyataan
1 2
3 4
2. Saya mampu menahan emosi saya
4.7 17.6
60.0
17.6 3.
Saya mampu mendengarkan keluh kesah teman 1.2
2.4 75.3
21.2 5.
Saya siap membantu ketika teman membutuhkan bantuan.
1.2 3.5
65.9 29.4
6. Saya selalu menjaga perasaan teman
2.4 4.7
67.1 25.9
8. Saya merasa mudah untuk bekerja sama dengan
orang lain. 0.0
9.4 63.5
27.1 9.
Saya berupaya memahami orang lain. 1.2
9.4 61.2
28.2 10.
Saya mampu membawa diri untuk menunjukkan jati diri saya secara efektif
2.4 4.7
71.7 21.2
16. Saya selalu berbagi makanan dengan teman
saya. 2.4
11.8 64.7
21.2 17.
Saya sering mendamaikan teman yang bermusuhan
4.7 22.4
56.4 16.5
18. Saya berusaha membantu teman yang sedang
kesulitan. 2.4
17.6 55.3
24.7 Keterangan: 1= sangat tidak setuju, 2= tidak setuju, 3= setuju, 4= sangat setuju
Keterkaitan antara keempat sub dimensi fasilitas sosial tersebut dapat diamati melalui jawaban contoh mengenai beberapa pertanyaan mengenai
fasilitas sosial yang disajikan pada Tabel 24. Kemampuan untuk menahan emosi 60.0, memahami orang lain 61.2, dan menjaga perasaan teman 67.1
menunjukkan telah munculnya sinkroni dalam keterampilan sosial contoh. Presentasi diri contoh yang efektif terlihat dari pernyataan contoh yang
menyebutkan bahwa contoh mampu menunjukkan jati diri secara efektif 71.7.
Pengaruh sosial yang muncul akibat adanya sinkroni dan presentasi diri yang efektif tercermin dari pengakuan bahwa contoh sering mendamaikan teman yang
bermusuhan 56.4 dan mudah dalam bekerja sama dengan orang lain 63.5. Sementara itu, tingakat kepedulian terhadap orang lain akibat adanya
pengaruh sosial tercermin dari pernyataan yang menyebutkan bahwa contoh berusaha membantu teman yang sedang kesulitan 55.3, berbagi makanan
dengan teman 64.7, mendengarkan keluh kesah teman 75.3 dan siap membantu teman yang membutuhkan bantuan 65.9 Tabel 24.
Hubungan antara Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, Teman Sebaya dan Media Massa
Karakteristik Contoh, Teman Sebaya dan Media Massa
Jenis kelamin, usia, urutan kelahiran, cabang olahraga dan tipe olahraga tidak memiliki hubungan yang nyata dengan pola hubungan dan kualitas
hubungan pertemanan dengan teman sebaya Lampiran 4 dan 5. Hal ini berarti jenis kelamin tidak berhubungan dengan pemilihan maupun dalam melakukan
interaksi dengan teman sebaya. Hasil temuan ini bebrbeda dengan pendapat Bester 2007 yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan antara laki-laki dan
perempuan dalam hal hubungan dengan teman sebaya. Perempuan lebih mengutamakan masalah emosi dalam membangun hubungan pertemanan
dengan teman sebaya. Pada laki-laki, hubungan dengan teman sebaya berhubungan positif dengan kestabilan emosional kematangan emosi, realistis,
dan dapat dipercaya. Pada perempuan, hubungan dengan teman sebaya berhubungan dengan partisipasi, kegembiraan diri dan kegembiraan teman
sebaya. Sementara itu, urutan kelahiran sulung, tengah, bungsu, tunggal dan
usia contoh juga tidak berhubungan dengan pola hubungan dan kualitas hubungan pertemanan Lampiran 5. Hal ini disebabkan karena latar belakang
siswa SMA Negeri Ragunan yang sangat beragam baik dari segi suku, usia seluruh contoh penelitian tidak memiliki kategori usia yang sama, dan latar
belakang keluarga. Latar belakang sekolah yang merupakan sekolah atlet dan adanya sistem asrama yang memungkinkan siswa memiliki teman dengan
beragam usia juga diduga melatarbelakangi hal ini. Sementara itu, banyaknya siswa SMA Negeri Ragunan yang sebelumnya juga sudah bersekolah di SMP
Negeri Ragunan juga menjadi salah satu penyebab status dan usia contoh tidak berhubungan dengan karakteristik dan kualitas hubungan dengan teman sebaya.
Cabang olahraga dan tipe olahraga tidak berhubungan dengan pola hubungan maupun dengan kualitas hubungan pertemanan Lampiran 4.
Temuan ini kemungkinan karena terdapat beragam karakteristik teman sebaya dan kategori interaksi teman sebaya pada satu cabang olahraga dan tipe
olahraga, mengingat sebagian besar 70.6 contoh menggeluti cabang olahraga sedang dan menggeluti olahraga individu 88.2.
Tipe olahraga berhubungan nyata dan positif dengan pemanfaatan media massa Lampiran 4. Hal ini berarti contoh yang menggeluti olahraga beregu
akan memiliki frekuensi penggunaan media massa yang tinggi pula. Hubungan yang positif antara tipe olahraga dengan
pemanfaatan media massa
mengindikasikan kuatnya pengaruh media massa bagi remaja yang berprofesi sebagai atlet. Tipe olahraga individu membuat remaja yang berprofesi sebagai
atlet memilih menggunakan media massa di waktu senggangnya. Berdasarkan hasil observasi, jenis media massa yang paling banyak
digunakan oleh contoh adalah blackberry. Contoh memanfaatkan fasilitas blackberry messanger BBM untuk dapat berkomunikasi dengan teman
sebayanya. Menurut Louge 2006, internet memberikan kesempatan untuk membangun hubungan sosial melalui berbagai jejaring sosial yang disediakan.
Remaja kini masih dapat berhubungan dengan teman sebayanya tanpa perlu harus bertatap muka. Bagi remaja yang sibuk seperti remaja yang berprofesi
sebagai atlet, kesempatan yang disediakan oleh internet ini merupakan alternatif yang bisa diambil agar terus dapat berhubungan dengan teman sebaya
meskipun harus bertanding atau disibukkan dengan latihan.
Karakteristik Keluarga, Teman Sebaya dan Media Massa
Hasil uji korelasi Chi-square menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik keluarga status orangtua, status kerja ayah dan
ibu, kualitas hubungan pertemanan dan media massa Lampiran 4. Sementara itu, hasil uji korelasi Pearson antara karakteristik keluarga usia, pendidikan, dan
pendapatan orangtua dengan pemanfaatan media massa menunjukkan adanya hubungan yang nyata dan positif antara usia ibu dengan pemanfaatan media
massa r=0.215, p0.05. Hubungan yang nyata dan positif antara umur ibu dengan jumlah teman
sebaya di sekolah. Hal ini berarti, semakin tinggi usia ibu maka jumlah teman di
sekolah juga akan semakin banyak. Santrock 2007 menjelaskan bahwa ibu yang menghargai kemampuan sosial anak dengan baik seperti kemampuan
bersosialisasi dengan teman sebaya akan memiliki anak yang lebih asertif, prososial dan mampu memecahkan masalah dibandingkan dengan ibu yang
kurang menghargai kemampuan sosial anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia ibu berhubungan dengan
pemanfaatan media massa. Hal ini berarti semakin tinggi usia ibu maka pemanfaatan media massa juga akan semakin tinggi. Santrock 2007
mengemukakan bahwa bersamaan dengan berkembangnya aspek kognitif, sering muncul perbedaan pendapat antara remaja dengan orang tuanya atau
orang dewasa lainnya. Mereka tidak lagi memandang orang tua sebagai sosok manusia yang mengetahui segalanya, sehingga banyak orang berpikir bahwa
masa remaja merupakan masa yang penuh dengan pertentangan dan menolak nilai-nilai yang digariskan oleh orang tuanya. Selain itu, kebanyakan dari remaja
juga tidak ingin diperintah, dicampuri dan mendengarkan banyak nasehat. Kerenggangan hubungan dengan orangtua akan menyebabkan anak
memanfaatkan fungsi social learning dan penyampaian informasi dari media massa Bungin 2009. Menurut Greenfield dan Yan 2006 media massa telah
menyediakan ruang baru bagi remaja untuk dapat besosialisasi dan sebagai sumber informasi mengenai hal-hal yang tidak dapat diperoleh dari lingkungan
sosial keluarga dan sekolah.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keterampilan Sosial Usia Ibu
Hasil uji korelasi Pearson pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa usia ibu berhubungan nyata dan positif dengan keterampilan sosial pada taraf 0.05
dengan koefisien korelasi 0.264. Hal ini menggambarkan bahwa semakin tinggi usia ibu maka keterampilan sosial remaja akan semakin tinggi. Hasil penelitian
juga menunjukkan bahwa sebanyak 67.6 persen contoh memiliki keterampilan sosial pada kategori tinggi dengan ibu yang berusia dewasa madya 41-60
tahunTabel 25. Sayogyo dalam Harisudin 1997 mengatakan bahwa ibu memiliki waktu
yang lebih banyak dalam mengalokasikan sumberdaya waktunya untuk urusan keluarga terutama dalam hal pengasuhan. Menurut Gunarsa S dan Gunarsa Y
2009, pertambahan usia akan seiring dengan kedewasaan seseorang. Dengan
semakin tingginya usia ibu diduga ibu akan semakin menghargai kemampuan sosial anak. Santrock 2007 menjelaskan bahwa terdapat hubungan sosialisasi
timbal balik antara anak dan orangtua khususnya ibu. Ibu yang menghargai kemampuan sosial anak dengan baik seperti kemampuan bersosialisasi dengan
teman sebaya akan memiliki anak yang lebih asertif, prososial dan mampu memecahkan masalah dibandingkan dengan ibu yang kurang menghargai
kemampuan sosial anak. Tabel 25 Sebaran contoh berdasarkan usia ibu dan keterampilan sosial
Usia ibu Keterampilan Sosial
Rendah Cukup
Tinggi Dewasa muda 20-40 tahun
0.0 43.7
32.4 Dewasa madya 41-60 tahun
0.0 50.0
67.6
Dewasa akhir atau usia lanjut 60 tahun 0.0
0.0 0.0
Almarhum 0.0
6.3 0.0
Total 0.0
100.0 100.0
Jumlah Teman Sebaya di Sekolah
Data yang tersaji ada Tabel 26 menunjukkan bahwa sebanyak 35.5 persen contoh memiliki keterampilan sosial pada kategori cukup dengan jumlah
teman sebaya berjumlah antara 1-3 orang. Sementara itu, sebanyak 35.1 persen contoh yang memiliki teman sebaya berjumlah lebih dari 10 orang dengan
keterampilan sosial berada pada kategori tinggi. Hasil uji korelasi Pearson juga menunjukkan bahwa adanya hubungan yang nyata dan positif r=0.254, pada
taraf 0.05 antara jumlah teman sebaya di sekolah dan keterampilan sosial Lampiran 7. Hal ini berarti semakin banyak jumlah teman sebaya di sekolah
maka keterampilan sosial remaja juga akan semakin tinggi. Tabel 26 Sebaran contoh berdasarkan jumlah teman sebaya di sekolah dan
keterampilan sosial
Jumlah teman sebaya di sekolah Keterampilan Sosial
Rendah Cukup
Tinggi 1-3 orang
0.0 35.5
16.2 4-6 orang
0.0 20.8
21.7 7-9 orang
0.0 8.3
13.5 10 orang
0.0 25.0
35.1
Tidak ada 0.0
10.4 13.5
Total 0.0
100.0 100.0
Sekolah merupakan salah satu tempat sosialisasi bagi remaja karena di sekolah remaja bisa bertemu dengan teman sebayanya. Menurut Papalia et. al
2008 teman sebaya merupakan model perilaku bagi remaja yang menjadi sumber afeksi, simpati, pemahaman dan panduan moral. Hurlock 1980
menyebutkan bahwa remaja akan memiliki kecenderungan untuk membentuk kelompok dan melakukan interaksi bersama teman-temannya, sehingga akan
berusaha melepaskan diri dari ketergantungan dengan keluarganya. Kelompok teman sebaya ini biasanya akan berjumlah 1-3 orang dimana kelompok laki-laki
akan lebih besar dari pada perempuan. Kelompok teman sebaya memiliki peran yang sangat besar bagi
penyesuaian diri remaja dan sebagai persiapan bagi kehidupan di masa yang akan datang. Kelompok teman sebaya menjadi tempat latihan untuk membangun
hubungan yang intim dengan orang lain. Jumlah teman sebaya yang semakin banyak akan membantu remaja untuk lebih mengasah keterampilan sosial agar
dapat diterima oleh kelompok teman sebayanya.
Kualitas Hubungan Pertemanan dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock 2007 kualitas hubungan pertemanan dengan teman sebaya akan memberikan umpan balik bagi remaja mengenai bagaimana
seharusnya bersikap dan mengevaluasi diri dan orang lain. Hal ini sulit dilakukan di rumah karena saudara biasanya berusia lebih tua atau lebih muda. Hal ini
didukung pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Meijs et al. 2010 mengenai keterampilan sosial dan prestasi akademik sebagai prediktor
popularitas remaja, yang menunjukkan bahwa keterlibatan remaja dalam aktivitas peer group dan dapat diterima di dalamnya akan membantu remaja dalam
membangun perasaan menjadi anak yang populer. Menjadi anak yang populer dapat membantu anak dalam melakukan tindakan prososial dan menciptakan
kebiasaan membantu kelompok teman sebayanya. Tindakan prososial yang dimaksud seperti kemampuan untuk memecahkan masalah sosial, perilaku
sosial yang positif, dan membantu mereka dalam menjalin hubungan
pertemanan. Tabel 27 Sebaran contoh berdasarkan kualitas hubungan pertemanan dengan
teman sebaya dan keterampilan sosial
Kualitas Hubungan Pertemanan dengan Teman Sebaya
Keterampilan Sosial Rendah
Cukup Tinggi
Rendah 0.0
0.0 0.0
Cukup 0.0
8.3 0.0
Tinggi 0.0
85.4 83.8