tersebut di atas, suatu pihak daapt dipertanggungjawabkan secara pidana atas perbuatan pihak lain.
180
Doktrin ini, yang semula dikembangkan berkaitan dengan konteks pertanggungjawaban perbuatan melawan hukum tortuous liabily dalam hukum
perdata, dengan ragu-ragu telah diambil alih ke dalam hukum pidana terutama apabila tindak pidana tersebut adalah jenis tindak pidana yang merupakan
absolute liability offences strict liability ooffces, yaitu tindak pidana yang tidak mensyaratkan adanya mens rea bagi pemidanaannya.
181
Dengan melintasi semua masalah yang ada hubungannya dengan doktrin lain, seperti menemukan orang yang cukup penting di dalam korporasi yang telah
melakukan kejahatan. Dengan doktrin ini, maka sepanjang seseorang itu bertindak dalam bidang pekerjaannya dan telah melakukan suatu kejahatan maka
perusahaan daapt dimintai pertanggungjawaban pidana. Hal ini akan mencegah perusahaan melindungi dirinya dari tanggungjawab kriminal dengan melimpahkan
kegiatan illegal hany kepada pekerjanya saja.
5. Management Failure Model
Lahirnya konsep seperti ini karena, pada masa komisi hukum Inggris telah mengusulkan satu kejahatan pembunuhan tanpa rencana manslaughter yang
dilakukan oleh korporasi ketika ada kesalahan manejemen oleh korporasi yang menyebabkan seseorang meninggal dunia dan kegagalan tersebut merupakan
perilaku yang secara rasional berada jauh dari yang diharapkan dilakukan oleh suatu korporasi. Kejahatan ini diidentifikasikan dengan mengacu ke gagalan
180
Glanville Williams, Textbook Of Criminal law, Stevens Sons, London, 1978, hal. 925.
181
Sultan Remy, op.cit, hal. 86.
Universitas Sumatera Utara
manajemen sebagai lawan dari kegagalan korporasi, sebab secara implisit komisi hukum Inggris melihat orang-orang daalm korporasi yang melakukan
kejahatan dan syarat dari kejahatan yang mereka usulkan, yaitu “pembunuhan akibat kesembronoankelalaian” tidak tepat diterapkan kepada korporasi.
Berdasarkan hal itu, kejahatan didesain tanpa mengacu ke konsep klasik mens rea dalam rangka memastikan perbedaan sifat perbuatan salah oleh korporasi.
182
Berdasarkan padangan di atas maka konsep ini tidak lebih dari perluasan identification doctrine. Daripada melihat kegagalan dari pihak individu atau
kelompok individu yang menduduki posisi tinggi, maka yang dilihat adalah kegagalan manajemen.
6. Corporate Mens Rea Doctrine
Pada awalnya doktrin in dikenal dengan istilah “corporate ethos standard” atau “strategic mens rea”. Gagasan ini paling radikal yang oleh Fisse
disebut sebagai “strategic mens rea” dimana mens rea dimanifestasikan melalui hirarki dan kebijakan perusahan. Sebuah pendangan yang menyatakan betapa
pentingnya pemahaman akan sejumlah kegiatan-kegiatan perusahan. Teori organisasi menekankan bahwa korporasi memiliki kebaradaan yang lebih penting
dari pekerjanya, direktur, agen dan para original incoprporators. Lebih lanjut keputusan korporasi merupakan hasil dari seluruh prosedur dan proses persetujuan
internal yang tidak dapat ditelusuri kepada pribadi yang memberikan kontribusi terhadap kebijakan tersebut.
Berdasarkan pandangan inilah maka korporasi dapat diyakini sebagai agen yang melakukan kesalahan yang bertindak melalui staf mereka dan pkerja dan
182
http”www.lawlink.nsw.com pages Criminal Liability14april200914.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
men rea-nya dapat ditemukan dalam prakek dan kebijakan korporasi. Barangkali mudah untuk memahami gagasan tentang pengabaian besar yang dilakukan
korporasi tidak membutuhkan unsur mental element. Ini penting untuk ditekankan bahwa keduanya, yaitu kesembronoan atau maksu, dapat ditemukan di dalam
kebijakan-kebijakan, operasional prosedur dan lemahnya tindakan pencegahan korporasi.
183
7. Specific Corporate Offences