a Yang digerakkan materielefisike dader dapat dipidana karena telah melakukan suatu tindak pidana seperti halnya penggerak auctor
intetllectualis dapat dipidana karena menggerakkan, b Daya-upaya yang digunakan penggerak dirumuskan secara limitatif.
114
B. Pelaku Tindak Pidana di Bidang Teknologi Informasi
Para pengguna komputer dan internet tampaknya selalu mempunyai pikiran ingin mengetahi apa yang terkandung dalam suatu data komputer atau
bagaimana sistem atau jaringan intenet, yang sering kali dibarengi keinginan untuk melakukan perbuatan yang dilarang. Mereka melihat sistem keamanan yang
digunakan oleh suatu sistem teknologi informasi sebagai suatu tantangan, dan selalu cenderung berkeinginan untuk menaklukannya. Dalam pelaksanannya
mereka sering dapat menerobos sistem pengamanan tersebut, dan kemudian melanjutkan penelitiannya untuk maksud-maksud yang sama sekali bukan untuk
kesenangan saja.
115
Para pelaku tindak pidana ini pada umumnya adalah orang yang berpendidikan tinggi dengan penampilan yang cukup representative sehingga
tidak memperlihatkan cirri-ciri seoarng penjahat seperti umumnya terlihat pada pelaku tindak pidana lainnya.
Dalam teknologi informasi pelaku tampaknya memiliki keunikan-keunikan tersendiri. Selama ini, secara klasik kejahatan dibagi dua, yaitu blue collar crime
dan white collar crime. Para pelaku blue collar crime biasanya dideskripsikan
114
lihat Pasal 55 ayat 1 sub 2 KUHP, misalnya dengan pemberian sesuatu, dengan janji, dengan menggunkan pengaruh dan lain sebagainya
115
Ulrich Sieber, ”The Emergence of Criminal Information Law”, dalam Amongst Friends in Computer Law, Computer Series, 1990.
Universitas Sumatera Utara
memiliki steorotip tertentu, misalnya, dari kelas sosial bawah, kurang terdidik, berpenghasilan rendah, dan sebagainya. Sedangkan untuk white collar crime,
pelakunya sering digambarkan sebaliknya. Mereka memiliki penghasilan tinggi, berpendidikan, memegang jabatan-jabatan terhormat di masyarakat. Untuk pelaku
teknologi informasi, pembagian teoritis seperti itu tampaknya kurang mengena. Pelaku teknologi informasi yang sempat tertangkap kebanyakan remaja, bahkan
beberapa di antaranya terhitung masih anak-anak. Sudah barang tentu mereka belum menduduki jabatan-jabatan penting di masyarakat sebagaimana para white
collar. Para pelaku ini juga jauh dari profil anak jalanan. Mereka jarang sekali terlibat kenakalan remaja, dari keluarga baik-baik, dan rata-rata cerdas.
Menangani anak-anak semacam ini, jelas memerlukan pendekatan tersendiri. Sejauh pengetahuan saya, sampai saat ini belum ada penelitian yang komprehensif
tentang pelaku tindak pidana cybercrime.
116
Adapun para pelaku tindak pidana teknologi informasi dapat dilihat dari pengolongan kejahatan atau tindak pidana apa yang dilakukan:
117
1. Katagori pelaku kejahatan Carding Carding
pelakunya biasa disebut carder , adalah kegiatan melakukan
transaksi e-commerce dengan nomor kartu kredit palsu atau curian. Pelaku tidak harus melakukan pencurian atau pemalsuan kartu kredit secara fisik,
melainkan pelaku cukup mengetahui nomor kartu dan tanggal kadaluarsanya saja
.
116
http:www.crimemedia.org Problema yuridis “cyber-crime”.htm31juli200017 febuary 2009, 14.00 WIB
117
http:www.crimemedia.org menjerat pelaku kejahatan cybermedia.htm 8 April 2008 17 febuary 2009, 14.00 WIB
Universitas Sumatera Utara
2. Kategori pelaku kejahatan Cracking Craking
pelakunya biasa disebut cracker , Dalam kejahatan komputer
computer crime, perbuatan perusakan, penghancuran barang mempunyai pengertian suatu perbuatan yang dilakukan dengan suatu kesengajaan untuk
merusak menghancurkan media disket atau media penyimpan sejenis lainnya yang berisikan data atau program komputer sehingga akibat perbuatan tersebut
data atau program yang dimaksud menjadi tidak berfungsi lagi dan pekerjaan- pekerjaan yang melalui proses komputer tidak dapat dilaksanakan . Sedangkan
pada kejahatan mayantara perbuatan perusakkan dan penghancuran barang ini tidak saja ditujukan untuk merusak menghancurkan media disket atau media
penyimpan sejenis lainnya melainkan dapat juga perbuatan merusak dan menghancurkan tersebut ditujukan terhadap suatu data, web site ataupun
hompe page. Delik ini juga termasuk didalamnya perbuatan merusak barang- barang milik publik Crime Againts Public Property.
118
3. Kategori pelaku kejahatn Hacking Hacking
pelakunya biasa disebut hacker , perbuatan membobol sistem
komputer. Tujuan dari hacker dalam menjalankan atau melakukan aksinya adalah hanyalah untuk memperoleh pengetahuan tentang sistem-sistem
komputer dan apabila mugkin menggunakan pengetahuan tersebut untuk sekedar “bercanda” tanpa merugikan orang lain,awalnya demikianlah tujuan
para hacker ini. Tapi tujuan yang sebenarnya adalah untuk menunjukkan atau
1 pamer kebolehan karena berhasil masuk kedalam sistem komputer orang
lain dengan meninggalkan suatu hal yang merugikan pengguna komputer, 2
118
Ibid
Universitas Sumatera Utara
merusak sistem komputer, hal ini dapat dilakukan dengan pemerasan terhadap sebuah perusahan-perusahan yang sistem dan program bahkan data dalam
komputer perusahaan rusak dengan cara memasuki program atau data-data dengan virus dalam berbagai bentuk, bahkan lebih para para hacker dapat
menghapus dan mengubah program dan sistem tersebut menjadi tidak dapat dikendalikan , 3 melumpuhkan sistem komputer yaitu bentuk penyerangan
terhadap suatu jaringan komputer yang tujuan akhirnya agar jaringan tersebut bertekuk lutut, dengan cara membanjiri jaringan tersebut dengan lalu lintas
data yang tidak bermanfaat useless traffic dilakukan terus-menerus sehingga jaringan tersebut down karena overloaded.
119
4. Kategori pelaku kejahatan Cyberstalking Cyberstalking
pelakunya biasa disebut cyberstalker, perbuatan yang
sering dilakukan oleh para pelaku cyberstalking ini adalah menyangkut perbuatan harassing menganggu atau threatening mengancam yang
dilakukan secara terus-menerus dan berulang-ulang.
120
Perbuatan ini sama halnya dengan terror dimana kehidupan pribadi menjadi terusik atas perbuatan
pelaku tersebut. Perbuatan tersebut dilakukan dengan berbagai cara dan daalm bentuk tulisan dan kata-kata yang kadang mengancam dan kata-kata yang
kotor. Korban dari kejahatan ini bisa siapa saja karena tidak menutup kemungkinan si pembuat juga akan terkena imbasnya. Perbuatan ini dilakukan
dengan berbentuk pengiriman pesan baik melalui hand-phone, email pribadi yang terpenting objek yang dituju adalah barang teknologi informasi.
119
Sultan Remy Syahdeini, op,cit, hal. 120-121.
120
Ibid, hal. 94.
Universitas Sumatera Utara
5. Kategori pelaku kejahatan Cybersquatting Cybersquatting
pelakunya biasa disebut cybersquatter, merupakan
kejahatan yang dilakukan seorang speculator untuk mendaftarkan suatu domain name mendahului pihak lain, yaitu pihak yang sesungguhnya akan
menggunkan domain name tersebut. Tujuannya untuk ditawarkan kembali kepada pengguna domain name yang sesungguhnya untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar. Dalam artinya bahwa pelaku melakukan suatu penipuan kepada pengguna domain name nantinya dengan cara melakukan
pemalsuan identitas pelaku dengan identitas lain agar lebih mudah dipercaya.
121
Dilihat dari sifat kejahatannya diatas maka dapat dikenali siapa-siapa asaja yngdapat dikatakan dengan pelaku dan biasanya disebut seperti apa, namun
pada dasarnay setiap pelaku di dalm dunia maya atau kejahatan di dunia teknologi infornasi ini pelaku dikenal dengan sebutan Hacker dan Craker
diman tujuan yang mereka capai sama-sama untuk merugikan orang lain sebagai pengguna media teknologi informasi atau jaringan teknologi informasi
produk teknologi informasi. Pelaku-pelaku ini daapt melakukan segala jenis kejahatan dalm bentuk apapun dari mulai yang paling kecil sampai yang besar.
C. Pertanggung jawaban Pidana Pelaku Tindak Pidana di Bidang