BAB III PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA TINDAK PIDANA DI BIDANG
TEKNOLOGI INFORMASI
A. Pengertian Pelaku Dalam Hukum Pidana
Berdasarkan bunyi Pasal 55 dan 56 KUHPidana maka yang diamksud dengan pelaku tindak pidana adalah:
1. Dader orang yang melakukan yaitu orang secara sendiri melakukan semua
unsure-unsur dari suatu tindak pidana. Dalam delik formil terlihat apabila seseorang melakukan suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
apabila oleh undang-undang. Dalam delik materil terlihat apabila seseorang menimbulkan suatu akibat yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh
undang-undang.
105
2. Doenplegen orang yang menyuruh melakukan yang member perintah ialah
seseorang yang menyuruh orang lain untuk melakukan perbuatan pidana. Orang yang menyuruh melakukan tindak pidana itu tidak melakukan unsur-
unsur dari tindak pidana, akan tetapi orang yang disuruhlah yang melakukan unsur-unsur dari tindak pidana tersebut.
106
Penyuruh manus domina berada di belakang layar, sedangkan yang melakukan tindak pidana adalah seseorang
lain yang disuruh manus ministra. Orang yang disuruh itu merupakan alat di tangan penyuruh. Dalam hal ini yang disuruh itu telah melakukan tindakan
105
S. R.Sianturi, Op. Cit, hal. 237.
106
M.Hamdan, Tindak Pidana Pencemaran Lingkungan Hidup, CV. Mandar Maju, Bandung, 2000, hal. 60
Universitas Sumatera Utara
tersebut karena ketidaktahuan, kekeliruan dwaling atau paksaan sehingga padanya tiada unsur kesalahan. Penyuruh dipidana sebagai petindak,
sedangkan yang disuruh tidak dipidana karena padanya tiada unsur kesalahan atau setidak-tidaknya unsure kesalahan ditiadakan. Dapat disimpulkan bahwa
penyuruh adalah merupakan petindak yang melakukan suatu tindak pidana dengan memperalat orang lain untuk melakukannya, yang pada orang itu tiada
kesalahan, karena tidak disadarinya, ketidaktahuanya kekeliruannya atau dipaksa.
107
Contoh-contoh berikut akan memudahkan untuk memahami, dalam hal-hal apakah seseorang yang disuruh S tidak dipidana:
108
a. S adalah orang gila yang disuruh untuk memukuli orang ketiga Pasal 44 KUHP.
b. S dipaksa oleh P untuk melakukan suatu tindak pidana Pasal 48 KUHP. c. S adalah seseorang polisi bawahan yang telah menahan T atas suruhan
atasnya yang karena itikad baiknya mengira bahwa atasannya itu berhak memberikan perintah itu, dimana pelaksanaannya termasuk dalam
lingkungan pekerjaannya. Tetapi ternyata kemudian bahwa penahanan tersebut adalah atas dasar dendam dari atasan tersebut Pasal 51 ayat 2.
d. S adalah seorang buruh di stasiun. Ia mengambil suatu barang, yang mengira bahwa barang tersebut adalah milik P yang menyruhnya. Tetapi
kemudian P tersebut melakukan pencurian dengan menperalat menyuruh S.
107
E. Y Kanter dan S.R Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Storia Grafika, Jakarta, 2002, hal. 324.
108
Ibid
Universitas Sumatera Utara
3. Medeplegen orang yang turut serta melakukan ialah beberapa orang secara bersama-sama melakukan suatu tindak pidana, mereka ini secara sadar
melakukan tindak pidana tertentu. Bilamanakah orang dapat mengatakan, bahwa di dalam suatu tindak pidana itu terdapat suatu medeplegen atau suatu
keikutsertaan? Untuk bentuk pelaku-perserta ini disyaratkan adanya:
109
a Kerjasama secara sadar yaitu bahwa setiap pelaku peserta saling mengetahui dan menyadari tindakan dari para pelaku perserta lainnya.
Tidak dipersyaratkan apakah telah ada kesepakatan jauh sebelumnya. Walaupun kesepakatan itu baru terjadi dekat sebelum atau bahkan pada
saat tindak pidana ini dilakukan, namun sudah termasuk sebagai kerjasama secara sadar.
b Kerjasama secara langsung yaitu perwujudan dari tindak pidana itu adalah secara langsung sebagai akibat dari tindakan dari para pelaku peserta itu,
dan bukan dengan cara sebagimana ditentuakn dalam Pasal 56. Tindakan A membongkar brangkas dan B mengambil uangnya adalah tindakan yang
secar langsung mewujudakan tindak pidana pencurian. Tidak menjadi soal, siapakah diantara mereka yang menyempurnakan tindak pidana itu.
Yang membedakan seorang yang turut melakukan dari seorang yang membantu melakukan itu adalah, bahwa orang yang disebutkan pertama itu
secara langsung telah ikut mengambil bagian di dalam pelaksanaan suatu tindak pidana yang telah diancam dengan suatu hukuman oleh undang-
undang, atau telah secara langsung turit melakukan suatu perbuatan atau turut
109
Ibid, hal. 348
Universitas Sumatera Utara
melakukan perbuatan-perbuatan untuk menyelesaikan tindak pidana yang bersangkutan; sedang orang yang disebutkan terakhir itu hanyalah
memberikan bantuan untuk melakukan perbuatan atau perbuatan-perbuatan seperti yang dimaksudkan diatas.
110
4. Uitlokking menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana ialah kesengajaan mengerakkan orang lain yang dapat dipertanggungjawabkan pada
dirinya sendiri untuk melakukan suatu tindak pidana dengan menggunakan cara-cara yang telah ditentukan oleh undang-undang karena telah tergerak,
orang tersebut kemudian telah dengan sengaja melakukan tindak pidana yang bersangkutan.
111
Bentuk penyertaan penggerakan mirip dengan bentuk penyertaan menyuruh melakukan. Perbedaannya ialah, bahwa pada bentuk penyertaan
menyuruh melakukan terdapat syarat-syarat:
112
a Peserta yang disuruh manus ministra adalah peserta yang tidak dapat dipidana,
b Bahwa daya-upaya pada penyuruh manus domina, tidak dirumuskan secara limitative.
Sedangkan syarat-syarat dalam bentuk penyertaan penggerak adalah:
113
110
P.A. F Lamintang, Dasar-Dasar Untuk Mempelajari Hukum Pidana Yang Berlaku Di Indonesia,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, Hal. 626.
111
Ibid, hal. 634.
112
E. Y Kanter dan S.R Sianturi, Op. cIt, hal. 350.
113
Ibid
Universitas Sumatera Utara
a Yang digerakkan materielefisike dader dapat dipidana karena telah melakukan suatu tindak pidana seperti halnya penggerak auctor
intetllectualis dapat dipidana karena menggerakkan, b Daya-upaya yang digunakan penggerak dirumuskan secara limitatif.
114
B. Pelaku Tindak Pidana di Bidang Teknologi Informasi