Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

E. Keaslian Penulisan

Topik diangkat karena ketertarikan penulis terhadap kejahatan di bidang teknologi informasi atau yang sering dikenal dengan kejahatan dunia maya dimana dampak yang ditimbul oleh kejahtan ini cukup besar. Skripsi dengan judul “Tindak Pidana Di Bidang Teknologi Informasi Di Pandang Dari UU No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik” belum pernah di tulis di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sepanjang yang di telusuri dan diketahui oleh penulis. Hal ini sejalan deengan pemeriksaan oleh sekretaris departemen hukum pidana fakultas hukum Universitas Sumatera Utara mengenai judul tidak ada yang sama. Kalaupun ada judul yang sama ataupun menyerupai penulis yakin substansi dan isinya berbeda.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Tindak Pidana

Istilah “Peristiwa Pidana” atau “Tindak Pidana” adalah sebagai terjemahan dari istilah bahasa belanda “strafbaar feit”. Dalam bahasa Indonesia disamping istilah “peristiwa pidana” untuk terjemahan strafbaar feit atau delict dikenal juga beberapa terjemahan lain Tindak Pidana, Perbuatan Pidana, Perbuatan yang boleh dihukum, dan Perbuatan yang dapat dihukum. 14 Beberapa sarjana telah berusaha untuk memberikan perumusan tentang pengertian dari peristiwa pidana, diantaranya: 14 C.S.T Kansil dan Christine S.T Kansil, Pokok-Pokok Hukum Pidana, Cet ke-1, Pradnya Paramita, Jakarta,2004, hal 37. Universitas Sumatera Utara 1. Vos Vos hanya memberikan perumusan yang sangat singkat mengenai tindakperbuatan pidana. Menurut beliau bahwa straafbar feit ialah kelakuan atau tingkah laku manusia yang oleh peraturan perundang-undangan diberikan pidana. 2. D. Simons Perumusan peristiwa pidana menurut Prof. simons adalah “Een Strafbaargelesetelde, onrechtmatige, met schuld in verband standee handeling van een teorekeningvatbar person”. Adapun maksud dari perumusan tersebut adalah salah dan melawan hukum yang diancampidana dan dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggungjawab. Perumusan simons tersebut menunjukkan unsur-unsur peristiwa pidana diantaranya handeling perbuatan manusia dimana perbuatan manusia tidak hanya een doen perbuatan akan tetapi juga een nalaten atau niet doen melakukan atau tidak terbuat. 15 Unsur-unsur yang lain adalah perbuatan manusia itu harus melawan hukum wederchtelijk, perbuatan itu diancam dengan pidana strafbaargestelde oleh undang-undang, harus dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggungjawab toerekeningsvarbaar, dan pada perbuatan itu harus terdapat kesalahan schuld sipelaku. 3. Van Hamel Perumusan perbuatan pidana atau tindak pidana yang dikemukakan Van Hamel sebenarnya sama dengan yang dikemukakan oleh Simons. Van Hamel menguraikan bahwa makna kesalahan schuld lebih tegas lagi. Menurutnya 15 Ibid Universitas Sumatera Utara kesalahan meliputi juga kesengajaan, kealpaan, serta kelalaian dan kemampuan bertanggungjawab. Van Hamel juga menyatakan bahwa istilah stafbaar feit tidak tepat, tetapi dia mengunakan istilah strafwaardig feit peristiwa yang bernilai atau patut dipidana. 16 4. Prof. Moeljatno Prof. Moeljatno cenderung lebih suka menggunakan kata “perbuatan pidana” daripada kata “tindak pidana”. Menurut beliau, kata “tindak pidana” dikenal karena banyak digunakan dalam perundang-undangan untuk menyebutnya suatu “perbautan pidana”. 17 Moeljatno berpendapat bahwa perbautan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh aturan hukum, larangan mana disertai ancaman sanksi berupa pidana tertentu bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. Larangannya ditujukan pada perbuatan yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelakuan orang sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang menimbulkan keadaan atau kejadian tersebut. Antara larangan dan ancaman pidana terdapat jika bukan orang yang menimbulkan keadaan atau kejadian tersebut dan orang tidak dapat diancam pidana jika tidak keadaan atau kejadian yang ditimbulkan olehnya. 18 Penggunaan kata “orang” sebagai pelaku’ oleh Prof. Moeljatno kemungkinan karena dipengaruhi dengan pendapat bahwa hanya orang- 16 Ibid 17 Moeljatno, Asas-Asas Hukum pidana, cetakan v, PT Rineka cipta, Jakarta, 1993, hal. 56. 18 Ibid, hal, 54. Universitas Sumatera Utara peroranglah yang dapat melakukan pidana. Lebih lanjut, Beliau tidak menyamakan pengertian perbuaatn dan strafbaar feit. Berdasarkan pendapat Van hamel dan Simons, Moeljatno menunujukkan perbedaan antara pengertian perbuatan pidana dan strafbaar feit terletak pada ada tidaknya kelakuan, akibat dan kesalahan didalamnya. 19 Van Hamel memberikan pengertian perbuatan pidana dan strafbaar feit sebagai kelakuan orang yang dirumuskan dalam wet, yang bersifat melawan hukum dan patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Pendapatnya tentang strafbaar feit terdiri dari kelakuan tanpa akibat, sedangkan Moeljatno menekankan bahwa perbuatan pidana terdiri dari kelakuan dan akibat. Simons memberikan pengertian starfbaar feit paling lengkap dengan menyebutkan sebagai suatu perbuatan yang oleh hukum diancam dengan hukuman, bertentangan dengan hukum, dilakukan oleh orang bersalah dan orang itu dapat bertanggungjawab atas perbuatannya. 20 Moeljatno tidak sependapat dengan Simons yang memasukkan kesalahan dalam pengertian perbuatan pidana. Menurut Moeljatno, kesalahan seharusnya berada di luar perbuatan pidana, yaitu keadaan batin pelaku dan hubungan batin pelaku dengan perbuatannya untuk dapat tidaknya mempertanggungjawabkan perbuatannya. 21 5. J.B. Daliyo, S.H. Berbeda dengan sarjana lain J.B. Daliyo membedakan pengertian perbuatan pidana dan peristiwa pidana antara lain; Peristiwa pidana adalah 19 ibid 20 E. Utrecht, Rangkaian Sari Kuliah Hukum Pidana I, Pusaka Tinta Mas, Surabaya, 1994, hal. 256. 21 Moeljatno, loc.cit. Universitas Sumatera Utara suatu kejadian yang mengandung unsur-unsur perbuatan yang dilarang oleh undang-undang sehingga siapa yang menimbulkan peristiwa itu dapat dikenai sanksi pidana hukuman. Sedangkan, Perbuatan pidana adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menimbulkan peristiwa pidana atau perbuatan yang melanggar hukum pidana dan diancam dengan hukuman. Perbuatan pidana dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu: 1. Perbuatan pidana delik formal ialah suatu perbuatan pidana yang sudah dilakukan dan perbuatan itu benar-benar melanggar ketentuan yang dirumuskan dalam pasal undang-undang yang bersangkutan. 2. Delik Material adalah suatu perbuatan pidana yang dilarang, yaitu akibat yang timbul dari perbuatan itu. 3. Delik Dolus adalah suatu perbuatan pidana yang dilakukan dengan sengaja. 4. Delik Culpa adalah perbuatan pidana yang tidak sengaja, karena kealpannya mengakibatkan matinya seseorang. 5. Delik Aduan adlah suatu perbuatan pidana yang memerlukan pengaduan orang lain. 6. Delik Politik adalah delik atau perbuatan pidana yang ditujukan kepada keamanan Negara baik secara langsung maupun tidak langsung. 22 6. Van Apeldoorn Beliau merumuskan peristiwa pidana sebagai suatu peristiwa yang berdasarkan hukum menimbulkan atau penghapusan hak. 23 22 J.B.Daliyo, Pengantar Hukum Indonesia, PT Prenhallindo, Jakarta, 2001, hal. 92-94. Universitas Sumatera Utara 7. Prof. Chainur Arrasjid Peristiwa hukum adalah suatu kejadian dalam masyarakat yang dapat menimbulkan akibat hukum atau yang dapat menggerakkan peraturan tertentu sehingga peraturan yang tercantum di dalamnya dapat berlaku konkret. Artinya bahwa tidak setiap peristiwa dalam masyarakat bias menggerakkan hukum dan merupakan suatu peristiwa hukum. Di sini hukum digerakkan untuk bekerja karena hukum memberikan perlindungan terhadap orang lain tersebut. Oleh karena itu hanya peristiwa yang dicantumkan dalam hukum saja yang menggerakkan hukum sehingga disebut peristiwa hukum. 24 8. Pompe Pompe merumuskan bahwa suatu strafbaar feit itu sebenarnya adalah tidak lain daripada suatu tindakan yang menurut sesuatu rumusan undang- undang telah dinyatakan sebagai tindakan yang dapat dihukum. 25 9. R. Tresna Tresna menyatakan walaupun sangat sulit untuk merumuskan atau member definisi yang tepat perihal peristiwa pidana, nmaun juga beliau menarik suatu definisi, yang menyatakan bahwa, peristiwa pidana itu adalah suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan undang-undang atau peraturan perundang-undangan terhadap perbuatan mana diadakan tindakan penghukuman. 26 23 E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, Ichtiar, Jakarta,1961, hal. 291. 24 Prof. Chainur Arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, cetakan III, Sinar Grafika Offet, Jakarta,2004, hal. 134. 25 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana I, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 72. 26 Ibid, hal. 73. Universitas Sumatera Utara 10. J.E. Jonkers Jongkers menrumuskan peristiwa pidana ialah perbuatan yang melawan hukum wederrecttlijk yang berhubungan dengan kesengajaan atau kesalahan yang dilakukan oleh orang yang dapat dipersalahkan. 27 Pendapat Jongkers ini sangat berbeda dengan pendapat H.J. Van Schravendijk, yang merumuskan perbuatan yang boleh dihukum adalah kelakuan orang yang begitu bertentangan dengan keinsyafan hukum sehingga kelakuan itu diancam dengan hukuman, asal dilakukan oleh seorang yang kearena itu dapat dipersalahkan. 11. Prof. Dr. Zainal Abidin Farid Zainal Abidin tidak menyetujui istilah perbuatan pidana strafbaar handeling karena strafbaar ialah orangnya dan bukan perbuatannya. Beliau menyarankan digunakan istilah perbuatan criminal, yang menunjukkan sifat kriminalnya perbuatan itu. Namun karena didalam perundang-undangan khusus, seperti Hukum Pidana Ekonomi, bukan saja orang diancam pidana, tetapi juga badan hukum, maka menurut beliau istilah deliklah yang lebih baik didalam merumuskan suatu perbuatan atau tindak pidana. Dalam Hukum Pidana Indonesia sebuah perbuatan dikatakan sebagai tindak pidana apabila memiliki unsur kesalahan didalamnya. Hal ini dapat dilihat dari penafsiran pasal-pasal dalam KUHP yang mengatakan bahwa seseorang tidak dapat dipidana tanpa danya kesalahan. Permasalahan ini lebih ditekankan dalam RUU KUHP sebagaimana terlihat dengan dimasukkannya sebuah pasal baru mengenai kesalahan. 27 Ibid, hal. 75. Universitas Sumatera Utara Setiap orang dalam kehidupan mempunyai berbagai macam keinginan. Keinginan ini timbul karena rangsangan baik dari dalam maupun dari luar. Akibat ransangan ini timbulnya kehendakniat yang kemudian direalisasikan dengan tindakan. Jadi dapat disimpulkan bahwa tahapan-tahapan yang harus dilalui seseorang dalam melakuakn tindakan adalah: 28 a. Adanya perangsang, b. Adanya kehendak bebas, c. Adanya tindakan. Dalam tindak pidana kita tidak hanya melihat dari perbuatannya actus reus saja tetapi juga harus memperhatikan si pelaku apakah terdapat unsure kesengajaan atau tidak. Apakah perbuatan yang dilakukan itu dikehendaki atau tidak. Jadi unsure mens read an actus reus adalah unsure-unsur pokok dalam tindak pidana. Ke-2 unsur ini harus dapat dibuktikan sesuai dengan asas yang dianut yaitu tidak dapat dipinana seseorang tanpa adanya kesalahan geen straf zonder schuldactus non facit reum nisi sir rea. Dalam undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik ITE, dalam perumusan ketentuan-ketentuan pidana digunakan kata “tindak pidana” sebagaimana hal tersebut, dalam ketentuan pidana pasal 52 Undang-Undang ITE. Berdasarkan hal tersebut, dalam tulisan ini digunakan kata “tindak pidana” tanpa ada maksud untuk memperdebatkan kembali perbedaan pengertian dengan kata “perbuatan pidana” dan “peristiwa pidana” sebagimana yang dipaparkan diatas. 28 S.R. Sianturi, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan penerapannya, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1996, hal. 165 Universitas Sumatera Utara

2. Pengertian Teknologi Informasi

Teknologi berasal dari kata yunani “technologia” yang berarti pembahasan sistematik tentang seluruh seni dan kerajinan systematic treatment of the arts and crafts. Perkataan tersebut mempunyai akar kata techne dan logos perkataan atau pembicaraan. Akar kata techne pada zaman yunani kuno berarti seni art, kerajinan craft. Dari hal tersebut maka pada zaman yunani, teknologi diartikan sebagai seni memproduksi alat-alat produksi dan menggunakannya. Kemudian berkembang memjadi penggunaan ilmu pengetahuan sesuai dengan kebutuhan manusia. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai keterampilan saja. Teknologi dapat juga diartikan sebagai the know-how of making things. Juga, dapat diartikan sebagai the know-how of doing thing, dalam arti kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan hasil nilai yang tinggi, baik nilai kegunaan maupun nilia jual. 29 Beberapa sarjana merumuskan pengertian teknologi informasi antara lain sebagai berikut; 1. B.N. Bhattasali Beliau mengatakan bahwa the term technology in the English language stands for the application of science to the industrial arts. 30 Dengan demikian , maka teknologi bukanlah ilmu pengetahuan dan juga bukan produk. Teknologi adalah penetapan atau aplikasi ilmu pengetahuan untuk memproduk atau 29 Agus Raharjo, op, cit, hal. 11. 30 Sunaryati Hartono, Dalam Seminar Aspek-Aspek Hukum Pengalihan Teknologi, Dipublikasikan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional, Binacipta, Bandung, 1981, hal. 189. Universitas Sumatera Utara membuat barang danatau jasa. Produk tersebut merupakan hasil akhir teknologi, tetapi produk itu sendiri bukanlah teknologi. 31 2. Keith Pavit Keith Pavit mempertegas rumusan teknologi tersebut dengan mengatakan: Technological knowledge consist not only access to scientific papers, formulae, blueprints, and hardware. At consist also-and perhaps mainly of what people know and what people can do. 32 3. James F. Childress Bila dibandingkan dengan definisi dari Keith Pavit, James mendefinisikan teknologi sebagai penerapan sistematis, dari pengetahuan ilmiah dan keterampilan teknis demi pengendalian bahan, energy dan sebagainya untuk tujuan-tujuan praktis. 4. World Intelectual Property Right Organization WIPO Pengertian yang lebih luas mengenai teknologi dapat dijumpai dari definisi yang dibuat oleh WIPO yaitu: Technology mean systematic knowledge for the manufacture of a product, the application of a process or the rendering a service, whether that knowledge be reflected in an invention, an industrial design, a utility model or a new plat variety, or in technical information or skill, or in the service and the assistance of an industrial plat or the management of an industrial of an industrial of commercial enterprise or its activities. 33 5. T. Jacob Perkembangan teknologi telah mempengaruhi kehidupan manusia bahkan sampai hal-hal yang bersifat pribadi. Dalam hal perkembangan teknologi 31 Agus Raharjo, op,cit, hal. 12. 32 Ibid 33 WIPO Licencing Guide for Developing Countries, Geneva, 1997, hal. 28. Universitas Sumatera Utara Jacob membagi siklus ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi 5 lima siklus Kondratieff, yaitu yang berulang-ulang setiap 50 lima puluh tahuan. Kelima siklus itu adalah: 34 1. Siklus pertama dimulai dengan revolusi teknologi 1760, 2. Siklus kedia ditandai dengan terbentangnya jaringan kereta apai 1848, 3. Siklus ketiga dimulai dengan ban berjalan 1895, 4. Siklus keempat ditandai dengan tenaga atom dan motorisasi masal 1945, 5. Siklus kelima sekarang ditandai dengan cirri perkembangan mikroelektronik dan bioteknologi. Dari beberapa definisi teknologi tersebut diatas, ada beberapa segi atau aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: 35 a. Teknologi terdiri dari informasi yang mampu mengaplikasikan semua tahapan dari perencanaan, organisasi, dan operasi suatu industry atau perusahaan komersial dengan segenap aktivitasnya. b. Teknologi mempunyai kontribusi untuk membuat setiap tahapan yang mencakup perencanan, organisasi dan operasi kegiatan suatu industry atau perusahaan; maka teknologi tidak hanya terdiri dari scientific knowledge, tetapi juga pengetahuan bisnis atau organisasi. c. Teknologi bias berupa teknologi yang berwujud bertubuh dan tidak berwujud. 34 T. Jacob, Ilmu dan Teknologi, PT Tiara Wacana, Yogyakarta,1993 hal. 13. 35 Agus Raharjo, op,cit, hal. 13. Universitas Sumatera Utara 6. Edmundo O’ Gorman Berbeda dengan pendapat sarjana lainnya Edmundo mengatakan bahwa Kita boleh saja mempunyai pengandaian positif bahwa teknologi selalu diciptakan untuk lebih mensejahterahkan kehidupan kita. Tetapi perkembangan dan penggunaannya di tangan manusia membuktikan bahwa kehadiran dan penggunaan teknologi tidak selalu positif. Oleh karenanya, tidak dapat dikatakan bahwasanya teknologi bertanggung jawab terhadap segala akibatdampak yang ditimbulkannya, baik positif ataupun negative, sebab teknologi sendiri hanyalah alat, sebuah sarana yang penggunaannya berpulang kepada masing-masing individu yang menggunakannya. “technology of itself is neither good nor evil, and the blame it is like reproaching the iceberg for having sunk the Titanic. Obviously, the sin is not to be found in technology but in the use to which it may be put. Teknologi pada dirinya sendiri tidak baik maupun tidak jahat, dan menyalahkannya adalah seperti mencela gunung es karena telah menggelamkan titanic. Jelaslah, dosa itu tidak dapat ditemukan pada teknologi, melaikan dalam penggunaan yang dapat dilakukan padanya.” Dilihat dari definisi para sarjana mengenai teknologi, maka dapat kita lihat yang menjadi pengertian teknologi informasi. Pengertian teknologi informasi sedikit sulit untuk diberikan definisi yang sangat jelas karena teknologi informasi ini meruapakan salah satu bidang baru dalam kejahatan. Namun disini Turban 1996 mendefinisikan teknologi informasi dengan ungkapan: “……in its narrow definition, refers to the technological side of an information system. It includes hardware, databeses, software, networks and other devices”. Sementara mengenai system informasi didefinisikan sebagai: a collection of components that Universitas Sumatera Utara collects, processes, stores, analyzes, and disseminates information for a specific putrpose. 36 Dalam perspetif lain, Teknologi informasi menjadi mungkin dalam formatnya saat ini karena difasilitasi oleh komputer yang di dalamnya terdapat dua komponen pokok yaitu perangkat keras hardware dan perangkat luank software. Wujud hardware berupa antara lain namun tidak terbatas pada: personal komputer, komputer mini dan mainframe, notebook, palmtop, printer, modem, danlain sebaginya. Adapun software antara lain terdiri dari kelompok: system operasi, data base, system aplikasi, dan bahasa pemprograman programming language. 37 Dalam UU No. 11 Tahun 2008 menjelaskan pada pasal 1 ayat 1 mengenai apa yang menjadi definisi teknologi informasi.Teknologi Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memproses, mengumumkan ,menganalisis, danatau menyebarkan informasi. 38 Oleh karena pengertian Teknologi Informasi telah diuraikan secara jelas maka seharusnyaa penyalahgunaan tehadap bidang ini karena tealah jelas bahwa Teknologi informasi itu bertujuan untuk mengumpulkan dan memproses segala hal mengenai teknologi kedalam sebuah wadah secara teknik dan terlaksana sesuai wujud pemproses tersebut. 36 Hinca IP Pandjaitan,dkk, Membangun Cyberlaw Indonesia yang Demokratis, IMLPC, Jakarta, 2005, hal. 86. 37 Ibid 38 Undang-undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Universitas Sumatera Utara

3. Pengertian Pertanggungjawaban Pidana

Suatu perbuatan melawan hukum wederrechtelijk belumlah cukup untuk menjatuhkan pidana. Di samping perbuatan yang melawan hukum harus ada seorang pembuat yang bertanggungjawab atas perbuatannya , yaitu dasar kesalahan dalam arti tanggungjawab strafbaarheid van de dader. Seseorang melakukan kesalahan, jika pada waktu melakukan delik, dilihat dari segi masyarakat patut dicela. Dengan demikian seseorang mendapatkan pidana, tergantung pada dua hal: 1. Harus ada perbuatan yang bertentangan dengan hukum, atau dengan kata lain; harus ada unsure melawan hukum, jadi ada unsure objektif. 2. Terhadap pelakunya ada unsure kesalahan dalam bentuk kesengajaan dan atau kealpaan, sehingga perbuatan yang melawan hukum tersebut dapat di pertanggungjwabkan kepadanya, jadi ada unsure subjektif. 39 Adapun bebarapa pendapat para sarjana mengenai pengertian pertanggungjawaban pidana, adalah: 1. Pompe menurut Pompe unsure-unsur toerekenbaarheid, adalah: a. Kemampuan berpikir psychis pada pembuat yang memungkinkan pembuat menguasai pikirannya dan menentukan kehendaknya. b. Dan oleh sebab itu, pembuat dapat mengerti makna dan akibat perbuatannya. 39 Martiman Prodjohamidjojo, Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1997, hal. 31. Universitas Sumatera Utara c. dan oleh sebab itu pula, pembuat menentukan kehendaknya sesuai dengan pendapatnya tentang makna dan akibatnya. 40 Kemampuan berpikir itu terdapat pada normal, dan oleh sebab itu kemampuan berpikir dapat diduga pada pembuat. Pendeknya, adanya toerekeningsvatbaarheid, itu berarti bahwa pembuat cukup mampu menginsyafi arti perbuatannya, dan sesuai dengan keinsyafannya itu dapat menentukan kehendaknya. 2. Satochid Kartanegara Menyatakan bahwa toerekeningsvatbaarheid atau dipertanggungjawabkan adalah mengenai keadaan jiwa seseorang, sedangkan toerekenbaarheid pertanggungjawaban adalah mengenai perbuatan yang dihubungkan dengan si pelaku atau pembuat. Selanjutnya Satochid Kartanegara, mengatakan seseorang dapat dipertanggungjawabkan, jika: 41 a. Keadaaan jiwa orang itu adalah sedemikian rupa, sehingga ia dapat mengerti atau tahu akan nilai dari perbuatannya itu, juga akan mengerti akan akibatnya. b. Keadaan jiwa orang itu adalah sedemikian rupa, sehingga ia dapat menentukan kehendaknya atas perbuatan yang dilakukan. c. Orang itu harus sadar, insyaf, bahwa perbuatan yang dilakukan adalah perbuatan yang dilarang atau tidak dibenarkan dari sudut hukum, masyarakat maupun tat susila. 40 Ibid 41 Satochid Kartanegara, Hukum Pidana 1, 1975, hal. 144. Universitas Sumatera Utara 3. Roeslan Saleh Mengatakan bahwa dalam hal kemampuan bertanggungjawab ada du factor, yaitu: akal dan kehendak. Dengan akal atau daya piker, orang dapat membedakan antara perbuatan yang diperbolehkan dan perbuatan yang tidak diperbolehkan. Dan dengan kehendak atau dengan kemauan, atau keinginan orang dapat menyesuaikan tingkah laku mana ynag diperbolehkan dan mana yang tidak diperbolehkan. Lebih lajut Roeslan menjelaskan bahwa adanya kemampuan bertanggungjawab ditentukan oleh dua faktor. Dengan akal dapat membedakan antara perbuatan yang diperbolehkan atau tidak diperbolehkan, sedangkan faktor kehendak bukan faktor yang menentukan mampu bertanggungjawab, melainkan salah satu faktor dalam menentukan kesalahan, karena faktor kehendak adalah tergantung dalam kelanjutan dari factor akal. Lagi pula bahwa kemampuan bertanggungjawab hanya salah satu faktor dari kesalahan. 42 Dari pendapat para pakar hukum pidana tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan: 43 1. Pertanggungjawaban pidana atau kesalahan dalam arti luas schuld in riume zin mempunyai 3 bidang, yaitu; a. Kemampuan bertanggungjawab orang yang melakukan perbuatan toerekeningsvatbaarheid. b. Hubungan batin sikap psikis orang yang melakukan perbuatan dengan perbuatannya: 42 Roeslan Saleh, Perbuatan Pidana dan Pertanggung Jawab Pidana, Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana, Centra, Jakarta, 1968. 43 Martiman Prodjohamidjojo, op,cit, hal.35. Universitas Sumatera Utara 1 Perbuatan yang ada kesengajaan, atau 2 Perbuatan yang lalai atau kurang hati-hati atau kealpaaan. culpa, schuld in enge zin. c. Tidak ada alas an menghapuskan pertanggungjawaban pidana pembuat anasir toerekenbaarheid. 2. Kesalahan dalam arti sempit schuld in enge zin mempunyai bentuk, yaitu: a. Kesengajaan dolus b. Kealpaan culpos Sesuai dengan tujuan dan fungsi hukum dan hukum pidana sebagai sarana perlindungan social social defences dalam rangka mencapai tujuan utama yaitu kesejahteraan masyarakat adalah dimana kecenderungan melakukan pelanggaran hukum dalam mencapai tujuan hukum tersebut, maka oleh karena itu suatu pertanggungjawaban pidana kepada setiap pelanggar hukum perlulah dimintai kepada si pelanggar dengan dank arena telah sesuai dengan rumusan hukum pidana Nasional Negara ini.

G. Metode Penelitian