Vicarious Liability Tidak Ada Alasan Pemaaf

keseluruhannya tindakan mereka akan meruapakn suatu kejahatan atau seniali dengan apabila perbuatan dan niat itu dilakukan oleh satu orang.

3. Reactive Corporate Fault

Suatu pendekatan berbeda tentang tanggung jawab pidana korporasi yaitu dengan mengemukan bahwa perbuatan yang merupakan tindak pidana dilakukan oleh atau atas nama sebuah korporasi, pengadilan harus diberi kewenangan untuk memerintahkan korporasi untuk melakukan investigasi sendiri guna memastikan orang yang bertanggungjawab dan mengambil suatu tindakan disiplin yang sesuai atas kesalahan orang tersebut dan mengambil langkah-langkah perbaikan untuk menjamin kesalahan tersebut tidak akan terulang kembali. 178 Apabila korporasi mengambil langkah penangan yang tepat, makan tidak ada tanggung jawab pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi apbila korporasi gagal memenuhi perintah pengadilan dengan sungguh-sungguh. Dengan demikian, kesalahan korporasi bukanlah kesalahan pada saat kejahatan terjadi tetapi kesalahan karena korporasi gagal melakukan tindakan yang tepat atas kesalahan yang dilakkan oleh pekerjanya. Pendekatan ini memiliki kelebihan yaitu mewajibkan korporasi sendiri melakukan penyidikan yang sesuai, bukannya waktu negara yang melakukannya. Hal ini tidak akan menghemat waktu dan uang public, tetapi, seringkali, korporasi ini sendiri memiliki kemampuan terbaik untuk memahami dan menembus struktur organisasinya yang kompleks.

4. Vicarious Liability

178 Sebagaimana yang dikutip oleh Daniela Holler Branco dalam tetisnya :”Towards A New Paradigm for Corporate Criminal Liability In Brazoil: Lessons From Commom Law Developments”, University of Saskatchewan, Canada, 2006, hal.150. Universitas Sumatera Utara Teori atau doktrin ini diambil dari hukum perdata yang diterapkan pada hukum pidana. Vicarious liability biasanya berlaku dalam hukum perdata tentang perbuatan melawan hukum the law of torts berdasarkan doctrine of respondeat superior. Menurut asas respondeat superior, dimana ada hubungan antara master dan servavt atau antar principal dan agent berlaku maxim yang berbunyi qui facit per alium facit per se. menurut maxim yang berbuat mellaui orang lain dianggap dia sendiri yang melakukan perbuatan itu. 179 Dalam hukum pidana hal ini sesungguhnya tidak bealasan bahwa seseorang yang tidak melakukan kesalahan dihukum atas kesalahan orang lain. Bagi penganut paham utilitarian pidana hanya dapat dijatuhkan apabila dapat menimbulkan efek jera sedangkan dalam pendapat umum menjatuhkan hukuman kepada seseorang yang tidak melakukan kejahatan dan tidak dapat melakukan tindakan pencegahan tidak memiliki efek jera kecuali hanya demi keadilan semata. Apabila majikan lalai dalam mengawasi pekerjanya ada kemungkinan maaf dia dihukum tetapi kemudian dia dihukum atas kelalainnya bukan atas kesalahan orang lain. Pertanyaanya adalah: apakah konsep tersebut dapat diberlakukan pula dalam hukum pidana? Bukankah dalam hukum pidana yang berlaku selama ini pertanggungjawaban pidana hanya kepada orang yang telah melakukan sendiri tindak pidana yang bersangkutan? Dalam perkembangan terjadi dalam hukum pidana,ternyata pada saat ini, berdasarkan asas yang menyimpang dari asas umum 179 Sultan Remy, op.cit, hal. 84. Universitas Sumatera Utara tersebut di atas, suatu pihak daapt dipertanggungjawabkan secara pidana atas perbuatan pihak lain. 180 Doktrin ini, yang semula dikembangkan berkaitan dengan konteks pertanggungjawaban perbuatan melawan hukum tortuous liabily dalam hukum perdata, dengan ragu-ragu telah diambil alih ke dalam hukum pidana terutama apabila tindak pidana tersebut adalah jenis tindak pidana yang merupakan absolute liability offences strict liability ooffces, yaitu tindak pidana yang tidak mensyaratkan adanya mens rea bagi pemidanaannya. 181 Dengan melintasi semua masalah yang ada hubungannya dengan doktrin lain, seperti menemukan orang yang cukup penting di dalam korporasi yang telah melakukan kejahatan. Dengan doktrin ini, maka sepanjang seseorang itu bertindak dalam bidang pekerjaannya dan telah melakukan suatu kejahatan maka perusahaan daapt dimintai pertanggungjawaban pidana. Hal ini akan mencegah perusahaan melindungi dirinya dari tanggungjawab kriminal dengan melimpahkan kegiatan illegal hany kepada pekerjanya saja.

5. Management Failure Model